Happy Reading
___________________
Sepuluh tahun telah berlalu, segalanya telah benar-benar berubah. Vernatha mendapatkan perawatan diluar negeri ditemani ibunya, sesuai janji kakek Andrian. Setelah kelulusan sekolah menengah atas, Andrian melanjutkan pendidikannya di perguruan tinggi. Setelah berhasil meraih gelar S2-nya, sesuai kesepakatan pula Andrian melanjutkan bisnis keluarganya.
Andrian yang dingin, cuek semakin bertambah parah setelah kepergian Natha. Dia bahkan tidak bisa berkutik, kakeknya menyembunyikan Natha dengan rapat. Dia sama sekali belum menemukan keberadaan gadis itu. Tetapi dia belum menyerah, dan puncaknya dua belas tahun setelah kepergiannya, Andrian rasanya hampir menyerah mencari Natha. Dia hanya bisa mencari diam-diam, mungkin usahanya yang belum maksimal atau mungkin takdir belum mengizinkan mereka untuk bertemu. Padahal setiap harinya dia selalu di awasi sang Kakek.
"Gimana Dri, udah ada titik terang belum?"
Andrian hanya menggeleng lemah dan menunjukkan wajah frustasinya, "Tolong bantuin gue Lex."
"Gue akan bantuin lo semaksimal mungkin, cuma diluar itu bukan kuasa gue lagi."
"Mending lo udahan mencarinya Dri, ini udah dua belas tahun lamanya, lo mau usaha apalagi? Kita berdua pun udah bantuin." Kini Jonathan member nasihat, bukan dia tidak mau menolong. Hanya saja dia kasihan melihat sahabatnya begitu frustasi. Andrian memang tidak pernah menunjukkan perasaannya itu selain kepada kedua sahabatnya. Yang orang lain tau Andrian orang yang sangat dingin, perfeksionis dan kejam.
Setelahnya tidak ada lagi yang membahas tentang keberadaan Natha, meskipun begitu Adrian tak perlnah lelah mencari dan berharap.
***
Setelah sukses mengembangkan bisnisnya, Kakek Andrian tidak henti-hentinya mengganggu kehidupan cucunya. Selalu memaksakan kehendak, kini Andrian pun harus menuruti mau kakeknya, yaitu menerima perjodohan dari sang kakek. Andrian selalu berhasil menghindar, namun tidak dengan hari ini.
Pintu ruangannya terbuka, dan menampilkan seorang wanita yang begitu sempurna, cantik, berkulit putih, tinggi. Wajahnya terlihat begitu dewasa. Dia berjalan menghampiri meja Andrian, setelah sampai tepat di depan meja pria itu.
"Ha..haii.." sapa kaku wanita itu. Bagaimana tidak, setelah dia masuk kedalam ruangan itu auranya sangat dingin dan orang yang disapanya tidak kunjung membalas. Dia memberanikan diri lagi.
"Eh, gue dapat amanat dari kakek lo buat ke sini sendiri nemuin lo setelah acara tadi malam lo enggak hadir."
"Gak usah nemuin gue lagi, bilang sama kakek gue nggk perlu melakukan perjodohan konyol seperti ini, gue gak akan nurutin kemauannya kali ini. Sekarang mending lo keluar dari sini." Tanpa mau repot-repot menatap lawan bicaranya, Andrian tetap fokus pada layar komputernya.
Wanita itu terperajat, sangat terkejut dengan sikap Andrian, karena ini kali pertama mereka bertemu.
"Lo budeg?!!!" sentak Andrian setelah mendapati wanita itu tidak bergerak sedikitpun dari posisinya.
"Ii iyya gue pergi. Maaf ganggu waktu lo. " tidak butuh waktu lama, wanita itu pun keluar dari ruangan.
***
Andrian menjadi sosok yang gila kerja, bukan tanpa alasan. Dia selalu terbayangkan dengan sosok Natha, entah yang kini ada dimana. Pergi pagi pulang hampir tengah malam, demi mengalihkan pikirannya.
"Sebenarnya lo dimana Nath... jangan buat gue terus-terusan begini."
"Bahkan gue gak tau apakah lo benar-benar masih hidup atau..."
"Arghhhh... berhenti nyiksa gue Nath, beri gue sedikit petunjuk. Kakek bahkan tidak bisa membiarkan masalah ini selesai lebih mudah."
Andrian rasa benar sudah mendekati gila, setiap malam-malam dia akan berbicara sendiri sambil memandangi foto Natha. Ya, banyak foto Natha dalam frame yang ada didinding kamarnya, usahanya agar bisa sedikit mengobati rasa rindunya pada gadis itu. Foto-foto itu dia dapatkan secara diam-diam selama usahanya menjauhi Natha. Dari foto tersenyum, tertawa atau bahkan fotonya saat sedang kesal sembari mengerucutkan bibirnya lucu.
Setelah lelah memandangi siluetnya dalam foto itu, Andrian akan tertidur dengan sendirinya dan keesokan paginya dia akan bersikap seolah semuanya baik-baik saja. Dia tinggal sendiri dalam apartemennya. Jarang sekali pulang kerumah orang tuanya, bahkan kepulangannya bisa di hitung dengan jari.
Pagi itu, Alex menelfonnya. Tidak biasanya sahabatnya menelfon pagi-pagi, jika bukan ada hal yang sangat penting.
"Gue nemuin sebuah petunjuk Dri, semoga ini bisa membantu"
Dan benar saja, dia menyampaikan informasi yang sangat-sangat penting. Semoga saja, setelah ini, semuanya akan berada dititik terang.
Semoga takdir berpihak padanya kali ini.
Ya, semoga saja.
END
Annyeoong...
Haaiii kalian apa kabar?
HAH Ending?!! beneran end? Yups, benar sekali.
Next part bakal menjadi part terakhir untuk penutup cerita ini. Terimakasih sudah membaca dan memberi dukungan. Terimakasih banyaak.
Tetap stay di rumah yaa, jangan nakal dengan berkeliaran bebas di luar jika tidak ada keperluan mendesak. Setidaknya patuhi protokol yang ada, itu pun demi kebaikan kita bersama.
Sampai jumpa di part depan... bye bye...
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Memilih Pergi (END)
Teen FictionAku akan memilih jalan lain agar aku bisa melihat mu bahagia meski tak bersama ku -Vernatha Mikhaella Smith Karena egoku terlalu tinggi untuk mengalahkan perasaan yang sesungguhnya ku rasakan -Andrian Ramatha Tidak selamanya sebuah cerita akan berak...