Bagian 9. Kau separuhku

328 50 19
                                    

Februari pertengahan 2019

"Ayo pegang tanganku" ujar Hanbin sambil memberi ekspresi yang meyakinkan.

Jennie masih terus menggelengkan kepalanya menolak ajakan Hanbin. "Kau akan tetap di situ? Aku bisa meninggalkanmu"

Jennie yang ketakutan untuk menaikan flying fox meski bersama Hanbin.

Hanbin tersenyum, "Aku akan memelukmu erat, percaya padaku. Ini akan sangat menyenangkan Jen" kata Hanbin masih terus mencoba meyakinkan perempuannya.

Hari ini Jennie ikut Hanbin dalam acara perayaan akan kesuksesan film yang diautradarai Hanbin tahun lalu. Kegiatan alam yang akan selalu Hanbin pilih, jadilah dirinya kini seperti anak-anak sekolah yang melakukan kegiatan outbound.

Akhirnya dengan hati-hati kini Jennie melangkah untuk memasangkan alat pengaman di tubuhnya. Tangannya terus menggenggam erat telapak Hanbin. Saat akan memulai, Hanbin menarik Jennie dan memeluknya. Jadilah keduanya saling berpelukan, teriakan Jennie lolos ketika kini dirinya sudah di tengah perjalanan menggelantungnya. Kakinya lemas ketika dirinya sudah sampai di ujung tali. Hanbin tertawa melihat muka Jennie yang merah.

"Menyenangkan kan?" Tanya Hanbin yang kini berjongkok di hadapan Jennie.

Jennie mengerucutkan bibirnya dan kemudian memeluk Hanbin. "Menakutkan"

Hanbin terkekeh dan kemudian langsung membantu Jennie untuk bangun dan berindah tempat. Menyusul rekan-rekan Hanbin yang sudah menunggunya di bawah.

"Wahh, Kim Hanbin kau membuatnya menangis" kata laki-laki mungil yang kini tengah memakai celana pendek tanpa menutup tubuh bagian atasnya - Kim Jinhwan

Hanbin tak menghiraukan ucapan rekannya itu dan sibuk mencari tempat untuk duduk Jennie.

+
+
+

Dingginya angin malam menusuk ke dalam kulit masing-masing individu yang kini tengah menikmati kelanjutan perayaan film Hanbin.

Pesta barbeque dibarengi dengan nge-camp bersana menambah suasa malam seperti acara pramuka.

Api unggun sudah sempurna menyala sejak tadi memberi kehangatan.

Lampu sorot mobil menerangi kerumunan orang-orang yang sedang sibuk dengan kegiatannya. Jennie memandang lekat perempuan yang baru saja turun, sesorang yang sangat ia kenal. Tapi tunggu kenapa dia ada si sini? Apa dia akan meliput berita tentang pesta milik Hanbin ini.

"Unnie" Park Chaeyong memanggil Jennie sambil berlari kecil untuk mendekat pada perempuan yang ia panggil.

Jennie masih terdiam, tak menjawab panggilan dari rekan kerjanya ini. "Rose?" Suara pria yang sangat ia kenal ikut mendekati perempuan di depannya dan apa tadi 'rose?' Siapa yang sebenarnya dipanggil oleh Hanbin? Apa kini Hanbin sedang menggodanya dengan memanggilnya rose?

Jennie masih diam dan kebingungan. "Kau datang akhirnya" lanjut Hanbin

"Dia rekan kerjamu kan Jen?" Kini pertanyaan Hanbin beralih kepada perempuan yang masih kebingungan.

"Dia kekasih June, jadi dia datang kemari" ujar Hanbin mencoba menjelaskan.

"Mr Koo?" Kata Jennie mencari tahu apakah penafsirannya benar atau tidak.

Hanbin mengangguk.

"Kau pasti bingung unnie, aku biasa di panggil rose di sini" kini perempuan bernama Park Chaeyong mencoba menjelaskan pada Jennie.

Jennie mencoba memahami ketika Hanbin dan Rose bercerita bagaimana mereka bisa mengenal. Ternyata Rose sebelum bekerja sebagai reporter pernah bekerja dengan Hanbin, dan saat itulah terjadi cinta lokasi dengan rekan Hanbin yang bernama Koo June yang biasa Jennie panggil Mr. Koo.

Di sini tidak ada teman yang murni Jennie kenal, semua temannya adalah orang-orang yang Hanbin kenal. Kecuali Park Chaeyong tadi, Jennie mengenalnya karena rekan kerjanya.

"Jen, jadi kapan tanggal pasti untuk pernikahanmu?" Seorang aktris yang juga Jennie kenal karena teman Hanbin- Kim Jisoo.

Jennie tersenyum malu, " 18 Juni unnie"

Jisoo memberikan gelas berisi alkohol kepada Jennie, "Baguslah, jika bisa percepat saja. Banyak perempuan yang menggoda Hanbinmu itu" kata Jisoo sambil menyenggol lengan Jennie.

Rose yang ikut berbincang dengannyapun menyetujui saran Jisoo. Meski tak melihatnya secara langsung, Rose sering mendapat cerita dari kekasihnya. Memang tak bisa dipungkiri jika banyak perempuan yang mencoba mendekati Hanbin, lihat saja. Wajahnya tampan, sifatnya lembut, dan kaya. Terlalu sempurna jika dilewatkan dengan percuma.

Jennie hanya menimpli dengan kekehan, senyuman dan anggukan kepalanya tidak lebih.





2020

Jennie meringkuk di atas kasurnya, dia tidak menangis hany saja sejak tadi melamun sambil memandangin gambar dirinya dan prianya yang tengah tersenyum. Jennie mencoba memjamkan matanya, menghayal tentang kehadiran prianya. Berharap dirinya bisa memunculkan Hanbin dalam mimpinya.

Mulai menutup matanya, Jennie menarik selimut untuk menghangatkan tubuhnya. Menutup gordyng apartemennya agar sinar matahari tak bisa masuk lewat sela-selanya.

Hari ini Jennie akan tinggal di dalam apartemennya, tak berniat pergi kemanapun. Dia ingin tertidur sambil meminpikan kehadiran Hanbin.

Mata Jennie sudah terpejam sempurna. Telapak tangannya terasa ada yang menggenggam, entah sadar atau tidak kini Jennie ikut menggenggam angin ditanggannya dengan erat.

Jennie tersenyum ketika merasakan wajahnya tengah mendapatkan sentuhan. Aroma yang selama ini tak pernah ia jumpai tiba-tiba sangat terasa menusuk lewat hidungnya. Jennie lagi lagi tersenyum, tubuhnya terasa sangat hangat seperti mendapat pelukan dari seserang.

Hembusan napas Jennie tiba-tiba memburu ketika dirinya kini terlihat tidak tenang. Berkali-kali tubuhnya melenguh ke atas dan kesisi kanan dan kirinya.

Mungkin Jennie sudah gila, dia sedang bermimpi tengah dijamah.

Jen,

Kini bahkan Jennie mendesah. Peluhnya sudah membasi wajah dan kaos yang ia pakai. Selimutnya sudah ia lempar sembarangan. Kaki Jennie bergerak tak karuan. Hingga akhirnya Jennie sudah tidak bisa menahan untuk tidak memanggil nama seseorang.

"Hanbin" panggil Jennie yang kini ikut terbangun dan langsung duduk. Jennie menunduk melihat keadaanya yang penuh peluh, napasnya yang menderu-deru. Jennie langsung menarik-narik rambutnya, memukul-mukul kepalanya karena pikiran gilanya.

Jennie langsung bangun, niat awalnya untuk tetap di rumah ia urungkan.

——

Alone (Jenbin)- endTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang