Aku tertegun mendengar lantunan yang dibaca gadis tersebut.
"Sedang apa kamu disini?" Tanya gadis itu
Aku tidak sadar bahwa gadis itu sudah selesai membaca buku itu. Bahkan aku sangat malu.
Aku dipergoki sedang duduk di depan kelas sambil melamun. "Sialan!" kataku dalam hati
"ah ma-maaf, aku hanya tidak sengaja mendengarkanmu tadi!" aku segera mendekatkan diriku kepadanya. Tujuanku hanya ingin menunduk untuk meminta maaf
Tapi aku sangat kesal ketika aku segera ingin menunduk untuk meminta maaf, gadis itu malah menghindariku dan melangkah cepat keluar dari kelas.
"Tidak perlu" gadis itu mengucapkan kalimat itu sambil lewat di hadapanku.
Aku terkejut, aku baru sadar ternyata aku di acuhkan untuk pertama kalinya oleh seseorang.
Hatiku merasa ditusuk-tusuk oleh pisau yang sangat tajam. Hiks, kalo di ingat-ingat lagi rasanya sangat menyebalkan T_T
"Hei!" aku berteriak memanggil gadis itu. Tapi dia tidak menghiraukan panggilanku dan berjalan makin cepat menuju tangga keluar sekolah.
Untuk kedua kalinya aku merasa di cuekin, aku ingin mengecil sekecil butiran debu. Kalo bisa lebih dari debu T_T
Ke-esokan harinya aku menunggu gadis tersebut di gerbang sekolah.
"kyaa oppa itu sangat tampan, bagaimana cara agar oppa itu dapat jatuh hati padaku?" Kata seorang anak perempuan yang sedang berbicara kepada temannya sambil melirik ke arahku.
Ya. itulah asupan pertamaku ketika menginjakkan kaki di sekolah.
"Kenapa ga pake toak aja sekalian ngomongnya?" ocehku dalam hati.
Dikagumi oleh adik kelas sudah biasa bagiku. Aku bahkan beberapa kali berurusan dengan adik kelas karena sikapku yang tidak sopan kepada mereka.
Aku sengaja begitu karena supaya tidak dikagumi oleh mereka. Tapi nyatanya? aku semakin populer karena keberandalanku.
"Maunya perempuan disekolah ini apa sih?" Aku seketika merinding akibat kehororran perempuan-perempuan di sekolahku.
Aku melihat jam tanganku yang sudah menunjukkan pukul 08.00 AM.
"Mana dia?" aku melihat-lihat sekitar sambil mencari gadis itu.
"YO MEEENNN!!" Kejut temanku Choi Gang Nim.
"Nyari apa brother?" tanya Gang Nim.
Ya. ini temanku, Choi Gang Nim. Anak dari pengusaha ternama yaitu paman Choi Gang Sul. Ayahnya adalah rekan kerja ayahku. Jadi tak heran jika kami berdua sangat dekat. Bahkan kami waktu itu disangka nge-guy oleh siswa di sekolahku karena sangking dekatnya
"Mencari seseorang" aku kembali fokus untuk mencari gadis tersebut.
"Mencari seseorang ya? sini katakan padaku seperti apa orangnya?" ucap Gang Nim sambil menarik lenganku.
"Haisssh! sana masuk saja ke kelas bodoh! tidak usah ikut campur urusanku!" Kataku membentaknya, sambil menebas tangannya dari lenganku.
"Tcih, awas saja kalo butuh bantuan" ucap Gang Nim sambil meninggalkan ku.
"Ck, sejak kapan aku butuh bantuan mu sialan!" teriakku, meneriakki Gang Nim yang sedang berlari menuju kelas.
Gang Nim berlari sambil menunjukkan jari tengah miliknya. "Lihat saja nanti!" ucap Gang Nim.
Tak beberapa lama aku merasa lelah karena tidak menemukan gadis tersebut. Akhirnya aku memutuskan untuk tidak mencarinya.
Sampai di kelas aku terkejut, ternyata gadis itu sudah duduk di tempat duduknya.
Aku melihatnya sambil melongo "Haish, untuk apa mencarinya jika dia sudah berada di tempat duduknya?" dumel ku sambil berjalan ke arah tempat dudukku.
Aku melempar tasku ke arah meja akibat kesal. Aku duduk karena merasa capek. sudah hampir 1 setengah jam lebih aku berdiri di gerbang hanya untuk menunggu gadis sialan itu.
Gadis itu hanya melirik ke arahku, dan sesekali menggeleng-geleng kepalanya.
"tcih" ucapku sambil melekukkan tanganku di atas meja, dan melihat gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
MUALAF
Romance"Kenapa aku sangat penasaran dengan Islam?" ya, dulu begitulah pikiranku sebelum menjadi seorang Mualaf. Ternyata menjadi seorang muslim tidak semudah yang aku bayangkan. Banyak rintangan yang harus aku hadapi ketika aku ingin masuk ke agama Islam...