Hari demi hari sudah ku lalui. Pada akhirnya aku lulus dari Universitas Nasional Seoul. Aku mempunya gelar sarjana sekarang. Haha, akhirnya aku lulus juga.
Ibu dan hyung sudah menyiapkan bunga untukku ketika mereka datang di acara wisuda kelulusanku. Ketika itu, ayah tidak datang di acara kelulusanku karena sibuk dengan pekerjaannya. Yah, aku lumayan sedih. Tapi tidak apa-apa, selama ada ibu dan hyung datang di acara kelulusanku, aku sudah cukup bahagia.
"Oh adikku tersayang!" Ucap hyung sambil memelukku dengan erat.
"Aku memberikan sebuah kado di hari kelulusanmu, pasti kau sangat terkejut" ucap hyung sambil menyodorkan sebuah kotak kado kepadaku.
"Apanih hayooo?" Tanyaku bercanda terhadap hyung. Seketika hyung tertawa melihat ekspresi wajah konyolku. Aku membuka hadiah dari hyung.
Aku sangat terkejut, Ternyata hyung memberikanku baju batik dari Indonesia. Aku memang suka mengoleksi Baju atau selendang, atau sejenisnya yang bercorak Batik khas negara Indonesia.
"Taraaaa! Kagetkan, kagetkan" Ucap hyung.
"Whoaa, daebak hyung!" Ucapku. "Terima kasih hyung!" lanjutku, aku terharu dengan hadiah pemberian hyung. Aku sangat merindukan Indonesia, sangat rindu!. Aku sudah tidak sabar lagi untuk pulang ke Indonesia.
"Siapa dulu dong, hyung gitu loh" Ucap hyung membanggakan dirinya.
PLAK! Ibu memukul pelan pundak hyung.
"Maaf bu" Seketika hyung tertunduk murung.
"Ibu hanya bercanda hyung" Ucapku sambil cengengesan melihat ekspresi hyung.
"Hyun Gi" Panggil ibu dengan suara lembut khasnya.
"Ibu ingin bertanya" Ucap ibu.
Aku hanya diam, menatap wajah ibu. Sudah lama aku tidak melihat wajah ibu dengan jarak sedekat ini. Aku tidak menyadari bahwa ibu sudah setua ini. Selama ini aku hanya melihat ibu dari jarak jauh. Aku tidak berani mendekati ibu sejak aku SMP. Aku sadar, aku hanyalah beban bagi ibu.
"Berapa umurmu sekarang?" Tanya ibu sambil membenahi topi wisudaku.
"Emmm.. 22 tahun" Jawabku masih menatap wajah ibu.
"Anakku ternyata sudah sedewasa ini haha" ucap ibu sambil tertawa manis di hadapanku.
"Ibu tidak tahu kenapa Hyun Gi selalu menjauhi ibu dari dulu, apapun yang ibu lakukan dulu, jika perlakuan ibu terhadapmu salah, ibu minta maaf. Maafkan ibu" Ucap ibu. Tidak lama ibu menangis sambil memelukku.
"Maafkan aku juga bu" aku memeluk ibu erat, tanpa disadari aku menangis di pundak ibu. Ibu mengelus-ngelus punggungku dan berkata "Jangan lupa kabari ibu setiap saat dan di setiap situasi yang kamu alami ketika kamu di Indonesia nanti nak, ibu selalu menunggumu di korea" Ucap ibu.
Hyung memalingkan wajahnya, sambil menahan tangis. Yah aku rasa saat itu, hyung sudah menangis. Hanya saja ia menyembunyikannya.
***
Acara kelulusan sudah selesai. Aku, ibu dan hyung segera menaiki mobil untuk pulang ke rumah. Sesaat aku bertanya-tanya, kemana Ha-neul? biasanya dia nomor 1 untuk mendatangiku. Ah tapi yasudahlah, mungkin dia tidak menemukanku karena terlalu ramai di kampus.
Kami bertiga berbincang-bincang seputar kelulusanku dan rencana apa yang kupikirkan untuk selanjutnya di Indonesia. Sesaat kami tertawa bersama di dalam mobil.
Sesampai dirumah, kulihat di garasi ada mobil ayah.
"Tumben ayah sudah pulang ya?" tanya hyung.
"Mungkin ada berkas-berkas yang tertinggal" Ucap ibu.
Yah seperti biasa aku hanya diam, tidak berkomentar apapun.
Sesampai di pintu, kulihat ayah sedang mondar-mandir mencari sesuatu. Seperti biasa ibu menanyakan apa yang tertinggal. Ayah menjawab, ada berkas-berkas penting yang tertinggal di rumah. Hanya saja ayah lupa meletakkan berkas tersebut dimana.
Tak beberapa lama, berkas penting tersebut di temukan oleh ibu di tumpukan berkas lainnya di meja kerja ayah.
Hyung membisikku "Ibu-ibu selalu begitu ya, padahal hyung sudah periksa-periksa di meja kerja ayah tadi"
"Hyung kurang teliti nyarinya" Jawabku dengan wajah datar.
"Ayah!" Panggil hyung.
"Sudah ketemukan berkasnya? Sambut Hyun-Gi dong! Hari inikan hari kelulusannya" Ucap Hyung kepada ayah.
"Hyung sudahlah" bisikku kepada hyung sambil menarik pelan baju kemejanya.
"Ayah, apa kau tidak mendengarkan per--" Belum selesai Hyung menyelesaikan kalimatnya, Ayah sudah berjalan keluar melewati kami berdua dengan jalan yang tergesa-gesa.
"Tuh kan, sudah aku bilang. Ayah tidak akan mendengarkanmu!" Bisikku kepada hyung. "Sudahlah, lupakan saja Hyung" Ucapku kepada hyung. Aku sudah berfirasat, ayah tidak akan mendengarkan perkataan hyung.
Aku berbalik badan menatap wajah hyung.
"Hyu-hyung?" Ucapku kaget. Aku melihat ekspresi hyung yang sangat marah sembari melihat ayah. Hyung ingin mengejar ayah, tapi aku mengahalanginya untuk tidak menyakiti ayah.
"Hyu-hyung s-sudahlah, biarkan saja ayah. Perkelahian tidak akan menyelesaikan masalah. Hanya memperburuk keadaan saja!" Aku dan ibu menahan hyung yang ingin mengejar ayah.
"Aku tidak terima anaknya sendiri di perlakukan seperti itu! Dasar penggila harta!" Teriak hyung kepada ayah. Tetapi ayah tidak memperdulikan perkataan hyung dan santai meninggalkan kami bertiga di rumah dengan mobilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MUALAF
Romance"Kenapa aku sangat penasaran dengan Islam?" ya, dulu begitulah pikiranku sebelum menjadi seorang Mualaf. Ternyata menjadi seorang muslim tidak semudah yang aku bayangkan. Banyak rintangan yang harus aku hadapi ketika aku ingin masuk ke agama Islam...