Aku sesekali menatap ke arahnya. Dia sama sekali tidak memperhatikanku, bahkan menghiraukan ku saja tidak pernah.
Pernah waktu itu, guru mata pelajaran bahasa Inggris memberikan tugas kelompok. Setiap siswa sudah di tentukan kelompoknya masing-masing. Kebetulan aku satu kelompok dengan dia.
"Maaf bu!" Gadis muslim itu tunjuk tangan
"Bisakah saya mengerjakan tugas ini tanpa berkelompok?" ucap gadis itu.
Seketika semua siswa yang ada di ruangan kaget dan menjadi gaduh. Aku melihat tatapan kebencian semua siswa di kelasku dilemparkan ke arah dia. Aku baru menyadari, gadis itu memang benar-benar di benci oleh semua siswa.
Tapi aku heran, walaupun begitu dia terlihat biasa saja. Tidak seperti siswa korea umumnya yang mulai merasa dirinya terancam oleh teman sekelasnya.
"Ada alasan kenapa kamu tidak ingin mengerjakan tugas ini secara berkelompok?" tanya bu Kim Soo-ri
"Saya hanya ingin mengerjakan tugas ini sendiri, itu saja" jawabnya dengan percaya diri.
"hei" bisik Choi Gang-Nim. "sssshh kau merasa tidak dia itu sok sekali?" tanya-nya kepadaku sambil mengerutkan keningnya ke arah gadis itu.
"Tidak" jawabku cuek. "Aku rasa sifatnya memang seperti itu, maklumi saja" sambungku.
"Tapi tetap saja, aku merasa penasaran dengan gadis itu. Lihat wajahnya, dia sama sekali tidak menunjukkan ekspresi ketakutan" bisik Gang-Nim.
"Kau merasa gadis itu unik gak?" tanya-nya kepadaku.
"Entahlah" jawabku. Ternyata tidak aku saja yang berpikir gadis itu unik di antara gadis lainnya di sekolahku.
"Yah, baiklah jika itu maumu. Kerjakan tugasnya dengan sebaik mungkin" ujar bu Kim Soo-ri.
Bel istirahat berbunyi, Guru itu segera meng-akhiri pelajarannya. "Jangan lupa kerjakan tugasnya ya! kurangi bermain, semoga harimu menyenangkan!" ucap bu Soo-ri sambil menyemangati kami.
"Makan! Makan! yey!" ucap Park Duk Young sambil berlari ke arah pintu.
Aku bergegas ke arah kantin. Yah, hari ini sangatlah panjang menurutku.
Aku mengambil lauk makanan yang ada di kantin. "Hei, menu makanan hari ini apa saja?" tanyaku kepada Gang Nim.
"Emmm, aku lihat tadi menunya Kimchi " Jawabnya sambil mencari tempat duduk. "Hey, kita duduk disana saja" sambungnya sambil menarik bajuku. "Ei pelan-pelan nariknya, nanti makananku jatuh bodoh!" ucapku.
Kami akhirnya sampai di meja yang ingin kami tempat duduki tadi. "Aku tidak sabar, aku lapar. Bosan sekali pelajaran bahasa Inggris." ucapnya.
"Itu karena kau tidak bisa bahasa Inggris payah" ejek-ku. "Sebenernya bisa, cuma aku malas saja mengeluarkan kemampuanku ini" balasnya sambil menyuapi makanan ke arah mulutnya.
"Kenapa harus kimchi lagi menunya. Perasaan kemarin sudah kimchi, ini kimchi lagi" keluhku sambil mengaduk aduk kimchi tersebut.
"Hey, tidak baik mengeluh terus. Jika tidak mau untukku saja" ucapnya sambil menarik piringku. "Yasudah makanlah bagianku, aku ke toilet dulu sebentar" ucapku sambil meninggalkan meja makan.
Ketika aku melewati toilet perempuan, aku mendengar seperti ada seseorang menjerit ketakutan dan sesaat seperti ada segerombolan orang yang tertawa.
"Ck, lagi lagi. Ga ada habisnya mereka nge-bully anak orang" pikirku.
Tapi karena aku tidak tahan dengan suara berisik tersebut di tambah tertawa mereka semakin menjadi sambil mengucap kata-kata kotor yang keluar dari mulutnya, aku mendobrak pintu toilet tersebut.
Sesaat suasana menjadi hening dan mereka tersontak kaget. "Hey! kau tidak sopan masuk ke toilet anak perempuan!" bentak salah satu gadis ke arahku.
"Jadi? aku peduli? berhentilah bermain main dengan nyawa" ucapku.
"nyawa?" ucap gadis berambut panjang dan mengenakan baju yang sedikit acak-acakan.
"BWAHAHAHAHAHAHHAHA!" aku kaget ketika mereka tertawa secara bersama seolah-olah mempermainkan ucapanku.
"Hei, kalian memang ingin aku hajar? terserah jika kalian pria atau wanita, mau aku bikin babak belur dengan tanganku ini?" ucapku mulai serius. Aku memang terkenal jika berkelahi tidak memandang jenis kelamin.
"Tcih, cepat keluar" ucap gadis berambut pendek sambil melangkah keluar mengajak 2 temannya.
"haaahh.." aku menghela nafas, syukurlah waktu itu aku tidak bikin dosa. aku secepatnya mencari gadis yang di bully di dalam toilet.
Krieeetttt.. saat aku buka pintu toilet yang terakhir, aku sangat terkejut.
KAMU SEDANG MEMBACA
MUALAF
Romance"Kenapa aku sangat penasaran dengan Islam?" ya, dulu begitulah pikiranku sebelum menjadi seorang Mualaf. Ternyata menjadi seorang muslim tidak semudah yang aku bayangkan. Banyak rintangan yang harus aku hadapi ketika aku ingin masuk ke agama Islam...