22 - A Gift

3.1K 280 18
                                    

••

••

••

••

••

°°






Bagaimana Yeseul bisa tahu, bukankah Jimin tidak pernah memberitahunya sekalipun. Apa Yoongi bahkan Yeseul baru memegang ponsel sekarang itupun milik Taehyung.
Jimin memicingkan matanya melihat Yeseul, didalam kepala Jimin mungkin saja Yeseul hanya menebak. Bukankah orang mencari jawaban dengan merujuk kepada suatu pertanyaan acak.

Tidak, nampaknya Yeseul serius. Walau dengan bertanya dengan gaya santai seakan tiada beban dipundaknya, Jimin tahu calon ibu muda itu tengah merasakan sakit yang tidak bisa di tanggung oleh orang lain.
Jimin mengalihkan tatapannya. Ketika kedua manik Yeseul, merlirik kearahnya.

Yeseul mencari jawaban dari Jimin, namun Jimin hanya terdiam. Mulutnya terkunci.
Taehyung sedikit berdehem karena suasana yang cukup canggung, tapi ia mendapat tatapan dari Jimin. Seakan menyuruh Taehyung untuk keluar. Ia sih, iya saja dari pada berada di tengah suasana yang tidak jelas dari tadi. Ketika kakinya hendak melangkah ucapan dari Yeseul kembali membuat Taehyung terpaksa berhenti.

"Kau tetap disini, jangan ada yang beranjak. Aku tidak tahu salah satu dari kalian mungkin mata-mata dari Kang Joohyun. Bukan begitu Jimin?" Yeseul menatap kearah Jimin ketika ia mengajukan kembali pertanyaan seakan memojokan Jimin kembali. Jimin mau tidak mau mengiyakan ucapan dari Yeseul tersebut.

"Taehyung, lebih baik kau periksa dia apa otaknya tidak terbentur?" Taehyung menatap was-was pada Yeseul. Ia juga mengikuti arah pandangan Jimin yang terlihat bingung pada Yeseul. Bukankah kata Jimin gadis ini pendiam dan tidak terlalu banyak omong, tapi buktinya kenapa Yeseul terlihat seperti seorang wanita kaya raya yang suka menjatuhkan lawan saingnya dengan perkataan pedas.

Maafkan pikiran liar Taehyung yang sudah terbang jauh kesana. Salahkan sikap Yeseul yang begitu angkuh saat ini. Bahkan sejak membuka mata ia sudah menunjukan sisi yang bisa jadi bahan gunjingan orang.

"PARK JIMIN!!" Teriak Yeseul lantang membuat mereka disana sedikit terjingkat kaget.
Diiringi napas yang menggebu, ia menatap Jimin sengit.
"Kau menginginkan surat kuasa yang berada di Sisilia kan?" Jimin terdiam ketika Yeseul kembali bersuara. Benar hal itulah yang diinginkannya ketika ia berencana membawa Yeseul sebagai sandera agar Yoongi menyerahkannya.

"Iya, itu tujuanku." Jawab Jimin kini berani bersuara. Namun ia tidak berani menatap Yeseul. Gadis itu menunjukan senyumnya saja. Senyuman terpaksanya. Benar adanya jika ia hanya tak lebih dari sebuah umpan dan hadiah. Yang berada diantara pertikaian Yoongi dan Jimin.

"Kau sama saja dengannya. Kau sama buruknya dengan Yoongi!" Teriak Yeseul lagi, membuat Jimin merasa tertampar secara tak kasat mata. Jimin menatap ke arah Yeseul yang memandangnya dengan mata memerah.

"Jika aku buruk lalu Yoongi apa, bajingan? Ya kurasa lebik buruk dari itu lagi. Karena seorang yang burukpun tidak akan menghamili wanita lain jika ia sudah mempunyai istri!"

Kini Yeseul hanya merasakan hatinya sedikit ngilu. Bahkan semua yang diucapkan Jimin itu benar. Dalam hatinya, ia hanya memikirkan bagaimana bisa ia terjerumus dalam kehidupan Yoongi yang rumit dan hanya ia yglang menjadi tumbal akan kepentingan mereka sendiri.
Seutas senyuman miring menghiasi wajah Yeseul yang seperti kertas kanvas sekarang.



"Kau benar, aku akan membantumu mendapatkan surat kuasa itu. Dengan syarat kau harus mengamankan diriku untuk ke Brazil." Ucap Yeseul, tanpa ada keraguan ia mengatakan hal itu. Di kepala Jimin hanya ada pertanyaan mengapa Yeseul ingin pergi kesana.

[COMPLETE] The Way Of Life- MIN YOONGI×AHN YESEULTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang