Chapter 10

125 16 4
                                    


Sorry for typo!

Happy reading!!

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

"Jadi lo malam itu ada di depan rumah gue?!"

"Iya."

Plak!!

"Aw!! Kenapa gue di pukul sih." Yeonjun usap pahanya yang di pukul kencang sama Soobin.

Posisi mereka sekarang lagi duduk sebelahan sambil bersandar di dinding roof top, dengan tangan Yeonjun yang asik memainkan jari-jari Soobin.

"Kan bego! Kalo udah di depan rumah kenapa gak pencet bel."

"Gue gak enak.."

Soobin noyor kepala Yeonjun. "Udah putus aja, ayo! Gue kesal juga lama-lama sama lo."

"Yakin mau putus? Tadi aja udah ngomong 'gue kangen tau!' sambil peluk erat-erat badan gue yang gak seberapa badan bongsor Lo itu."

"Ih! Parah lo! Ngatain fisik gue.. ckckck jahat!"

Yeonjun hanya merespon dengan tawa ringan melihat reaksi Soobin yang agak berlebihan itu.
Karena posisi sekarang Soobin lagi di depan Yeonjun, Mereka tatap-tatapan untuk beberapa saat.

"Ee.." Soobin bangun dari posisi Ambigu mereka barusan lalu ambil ponsel nya, liat jam.
"10 menit lagi bel. Gue__"

"Kita bolos aja gimana?" potong Yeonjun menarik Soobin sampai pemuda manis itu terduduk di pangkuan Yeonjun.

"Eh!! Mau ngapain?!"

"Bolos untuk pagi ini aja, ya?"

"Gak!! Ya kali."

"Bin."

"Yeonjun!"

Yeonjun mendengus Soobin ini kalau urusan bolos susah sekali di ajak. Mau apapun sogokannya tetap saja dia menolak.

Anak teladan memang.

"Okay. Then... Give me one more kiss."

Soobin mendelik kaget.. Apa-apaan dengan satu ciuman lagi!

Yeonjun sepertinya habis terbentur sesuatu yang keras. Makanya isi kepalanya mulai error begini.

Ciuman untuk mereka berdua itu adalah sesuatu yang jarang di lakukan paling sering ya.. Seperti blow kiss dari Yeonjun atau kalau Yeonjun gemas ia akan mencium pipi, kepala dan pelipis Soobin saja.
Hanya sebatas itu.

Ini benar-benar seperti bukan Yeonjun sekali.

"Just one more kiss."

Soobin menggeleng, mengusap pipi Yeonjun menatapnya dengan senyuman.
Sepertinya, untuk kali ini ia harus berbicara dengan halus pada Yeonjun.
"Gue gak tau lo kenapa. Tapi, ini bukan lo banget. Bukannya gue gak mau ngasih.. Lo sendiri yang bilang,"

"Hanya ada satu ciuman satu dari gue dan satu dari lo. Kalo ada dua, tiga dan seterusnya itu bisa bahaya. Lo sendiri yang bilang begitu 'kan??"

Yeonjun menatap lekat sang kekasih kemudian mengangguk mengerti.

Mengesampingkan soal keinginan tak jelas dalam dirinya, Yeonjun lebih memilih keinginannya itu kembali terpendam asal Soobin tak menganggap dirinya ingkar pada kata-katanya sendiri.
"Ok, maaf untuk yang ini. Jadi lo sudah gak marah lagi kan sama gue? Gue rasa penjelasan gue tadi udah detail."

Soobin mengangguk. Merapikan rambut Yeonjun yang agak berantakan akibat... ekhem! Ulah nya tadi.
Duh! Soobin jadi memerah 'kan kalau mengingat itu lagi.

"Kenapa? Kok blushing? Mikir apaan?"

"Engga.. Bukan apa-apa. Chaa! Ayo balik." Soobin berdiri lebih dulu kemudian membantu Yeonjun untuk berdiri juga.

Bersama menuruni anak tangga, dan berjalan di lorong sekolah, Yeonjun memandang punggung Soobin yang melangkah santai di depannya. Seperti merasa terlalu beruntung memiliki Soobin, sebab anak itu terlalu sabar dengannya. Jarang sekali menuntut hal yang macam-macam. Soobin paling jarang memintanya untuk menjemput atau sekedar mengantar pulang. Soobin paling jarang mengganggunya dengan sifat manja atau kekanak-kanakan, anak itu paling bisa mengerti dirinya lebih dari pada dirinya sendiri.
Soobin benar-benar terlalu baik untuknya, memikirkannya membuat Yeonjun ingin melepaskan Soobin untuk seseorang-diluar sana- yang mungkin lebih baik dari dirinya.
Hampir 1 tahun bersama, Yeonjun rasa ia lebih banyak memperlakukan Soobin bukan seperti pacar, mungkin lebih seperti hanya sebatas teman dengan embel-embel pacar.

Itu sangat parah bukan?

Memikirkannya membuat Yeonjun pusing.
Yeonjun menghentikan langkahnya.
"Choi Soobin,"
Berakhir hanya dengan menatap Soobin yang sudah berbalik menanggapi panggilannya dengan alis terangkat bertanya.
"Kenapa?"

Pemikiran itu muncul lagi..

Yeonjun mengusap kasar wajahnya..
Mengapa sangat berat rasanya untuk mengatakan apa yang ada di dalam pikirannya. Hati dan pikirannya berlawanan.
Jadi, ia harus mengikuti yang mana?

Di saat hatimu ingin mengungkapkan yang sebenarnya, tapi pikiran mu membuat segalanya menjadi rumit.

"Kenapa, sih?"
"Ada yang masih mau lo omongin?"

"Just say, gue dengarin kok." Soobin akhirnya menghampiri Yeonjun.
"Ada apa?"

"....kalau.. Kita beneran putus lo bakal gimana?"

Kan!

Soobin mengerutkan keningnya bingung, sedikit susah menebak arah pembicaraan Yeonjun.
"Lo mau putus dari gue?"

Yeonjun menggeleng, sedetik kemudian ia kembali mengangguk, kemudian menggeleng ragu, dan "Gue gak tau..." balas menatap Soobin putus asa.

"Kok lo jadi labil gini sih? Jadi mau yang mana? Putus apa enggak nih?"

"Gue juga bingung. Lo terlalu baik untuk gue__"

"Basi banget sih alasannya. Drama tau lah! Nonton dimana sih?!" Soobin memotong pembicaraan Yeonjun dengan kesal.
"Cari alasan lain kalo beneran mau putus dari gue."
"Gue gak terima alasan pasaran begitu."
Soobin berbalik pergi meninggalkan Yeonjun yang masih berdiri diam di tempatnya.

"Gue balik duluan. Datang kalo lo sudah punya alasan yang jelas buat putus dari gue."








Bersambung...

Maaf kalau alurnya maju mundur dan lebih tepatnya tak jelas 🤣 ini semua salahkan pada mood saya yang juga tidak jelas 🤭

Untuk maksud dari bagian 'Soobin mengangguk. Merapikan rambut Yeonjun yang agak berantakan akibat... ekhem! Ulah nya tadi.
Duh! Soobin jadi memerah 'kan.'

Yeah, they kiss di akhir chapter 9 kemarin cuman aku gak masukkan detail nya kalian di suruh berimajinasi sendiri saja 🙏

Oke! See you next chapter~

Maze In The Mirror [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang