16. Ruang Kosong

2.4K 169 18
                                    


Maxime menghentikan langkahnya sejenak begitu melihat pintu yang menuju tangga darurat. 3 hari yang lalu,  ruangan di balik pintu itu menjadi saksi jika dia masih memiliki hati, sisi kemanusiaan juga rasa empati. Ruangan kosong itu tau, bagaimana dia menghadapi detik-detik yang membuatnya cemas bercampur rasa takut yang tak pernah hinggap sebelumnya.

#Flash back on

Maxime menuruni tangga darurat dengan cepat. Jas yang membalut tubuhnya, dia lepas kemudian dia lemparkan asal. Jika benar, wanita itu berada di sini, entah bagaimana kondisinya mengingat sudah beberapa jam berlalu sejak meninggalkan ruangannya.

“Katherine! Katherine! Kau di sini?”

Suara Max menggema di lorong tangga yang melingkar itu. Belum dia lihat ada jejak Kathe di sana, karena penerangan ruangan yang kurang.

“Katherine! Jawab aku!”

Max mengusap wajahnya kasar. Kakinya semakin cepat menuruni tangga. Dia ingin segera menemukan Katherine dan memastikan jika Katherine baik-baik saja.

Dan begitu dia sampai di lingkaran undakan tangga ke tiga, Max sukses mengumpat kesal saat melihat Katherine sudah terbaring lemah dengan wajah pucat.

“Astaga, Max sialan!” umpatnya.
Max menghampiri Kathe, dan menarik kepala Kathe ke atas pangkuannya.

“Kathe, sadarlah. Please, jangan seperti ini,” ujar Max sambil menepuk-nepuk pipi Kathe yang pucat.

“Astaga, sial!”

Max mengangkat tubuh lemah Kathe ala bridal. Kemudian dengan cepat menuruni sisa tangga yang masih tersisa dua putaran. Tak peduli adanya Lift, yang dia mau segera sampai di rumah sakit.

Bagaimana wanita ini masih mau bertahan, saat aku suruh naik turun tangga sialan ini?

Max menendang pintu kuat-kuat. Sampai-sampai membuat pekerja lain yang berada di sana tercengang. 

Pemandangan itu tentu menimbulkan tanda tanya besar. Bagaimana tuannya yang terkenal dingin dan kejam itu menggendong tubuh tukang bersih-bersih yang dia musuhi?

Max tetap melangkah cepat. Tak peduli dengan tatapan-tatapan haus akan urusan kehidupan orang lain. Jika saja, dia punya waktu lebih banyak, dia pasti akan menundukkan kepala mereka.

“Tuan? Ada apa? Mau di bawa ke mana dia?”

“Tentu saja, rumah sakit, bodoh! Kau tidak lihat kondisinya!?”

Edlise terdiam. Hanya saja, dia dengan sigap mendahului Max kemudian membuka pintu mobil.
Max memangku tubuh lemah Kathe dan tak sekalipun melepaskan pandangannya. Berharap Kathe mau membuka matanya sekejap saja.

Maaf. Batin Max penuh sesal.

Mobil pun melaju dengan kecemasan para penumpangnya.

#Flash back off

“Tuan?”

Edlise yang melihat Max melangkah ke arahnya, sontak menundukkan sedikit tubuhnya. Aneh saja, melihat tuannya mau berkunjung ke tempat  yang sebelumnya paling tak ingin tuannya kunjungi.

“Kau harus menemui klienku di Restoran Gold 5 menit lagi. Aku tidak bisa hadir. Masih ada beberapa berkas penting yang harus aku tanda tangani.”

“Baik, Tuan,” jawab Edlise dengan penuh hormat. “Kathe aku pergi dulu. Kapan-kapan, aku akan mentraktir mu makan masakan pedas,” lanjutnya membuat Kathe tertawa kecil.

“Baik, Tuan. Saya menunggu.”

Edlise pergi dari sana. Tinggallah Max dan Katherine, yang tampaknya dalam situasi canggung.

Katherine menundukkan kepala, sedangkan Max melihat sekeliling ruangan walaupun terkadang melihat ke arah Katherine yang mengacuhkan keberadaannya.

“Buatkan aku kopi. Antarkan ke ruanganku sekarang.”

“Baik, Tuan,” jawab Katherine dengan lemah. Nampak nya hari ini, dia harus menaiki tangga lagi. Baru saja, hidupnya tenteram. Sekarang, harus di uji kesabaran lagi.

Katherine mengangkat kepala begitu tuannya itu sudah pergi dari sana. Tapi, baru saja dia berbalik arah,  suara tuannya kembali menggelegar, tapi sukses membuatnya bersorak riang.

“Tangga darurat di tutup. Kamu bisa menggunakan lift sekarang.”

***
“Tuan, ini kopi yang Anda minta.”

Katherine meletakkan cangkir berisi kopi yang masih mengepul. Walaupun dengan tangan sedikit gemetar, kopi itu akhirnya mendarat juga di meja.

“Hm.”

Jawaban Max yang pelit suara, membuat Katherine segera berbalik arah. Dia harus segera keluar dari ruangan menyeramkan itu sebelum tuannya yang sedang jinak berubah pikiran.

“Mau ke mana kau?”

Tap!

Langkah Katherine terhenti. Baru saja dia berniat melarikan diri, singa jinak itu sudah kembali garang lagi.
Ya Tuhan, apa dosaku sampai-sampai harus berhadapan dengan pria menyebalkan ini?

“Ada yang masih harus saya kerjakan, Tuan?”

Max mengangguk. “Iya. Kau harus tetap berada di sini.”

“Hah?! Untuk apa?” Katherine tentu saja kaget. Ada maksud apa coba, tuannya yang dingin itu menyuruhnya untuk tetap di sana. Di ruangan menyeramkan itu bersama penunggunya pula.

“Duduk. Tidak usah melakukan apa-apa. Jangan banyak komentar. Turuti saja. Cerewet amat?”

Boleh tidak wajah menyebalkan itu aku timpuk paket nampan? Batin Katherine menjerit. Sungguh, seandainya dia bisa menghilang setelah melakukannya, sudah pasti, dia akan memukuli wajah Max sampai biru menggunakan nampan aluminium di tangannya itu berkali-kali.

Katherine menyerah. Tidak ada juga yang bisa dia lakukan. Dia pun duduk manis setelah menarik bangku yang tadinya berhadapan dengan Maxime. Lebih baik jadi penurut, dari pada harus di terkam di sana. Ingat. Pria itu berkuasa atas segala-galanya.

Satu jam

Dua jam

Tiga jam

Benar. Tidak ada pekerjaan untuknya. Dari tadi, dia hanya duduk manis sampai-sampai pantatnya terasa panas.

“Sekarang, waktunya pulang. Besok, kau akan berada di sini lagi jika ketahuan mengobrol dengan orang lain.”

Nah? Apa?

Katherine mengerjap dengan mulut sedikit terbuka. Dia tak salah dengar ‘kan? Serius, dia di kurung selama beberapa jam di sana, hanya karena berbicara dengan orang lain? Whatt? Aturan macam apa itu?

“Pulang? Atau mau berada di sini sampai malam, hm ?”

Mendengar perkataan Maxime selanjutnya, Katherine tentu saja segera bangkit dan keluar dari sana. Astaga, bisa mati karena kepanasan pantat dirinya.

Maxime tertawa lepas. Senang rasanya bisa menghukum Katherine yang seenaknya berbicara dengan Edlise. Sialan memang. Karena dirinya tidak suka, saat Kathe justru akrab dengan orang lain, dan masih menjadikan dia musuh.
Dan sayangnya, dia tidak akan pernah mengakui perasaan aneh itu.

****

Double up ya.
🤩🤩🤩

King Bastard For Beauty Slut (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang