11. Pekerjaan Baru

2.1K 139 4
                                    


Kathe menampilkan senyum terbaiknya. Hari ini, dia akan bekerja sebaik mungkin agar diterima sebagai karyawan di perusahaan besar itu. Ya, dia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan emas ini. Dia harus mendapatkan pekerjaan itu, agar bisa bebas dari ancaman ayahnya. Harus!

Hari masih sangat pagi. Belum banyak orang yang datang ke perusahaan besar yang menjulang dengan segala kemewahan di depannya kini. Hanya ada beberapa orang yang datang dan berlalu lalang. Mereka yang datang, kebanyakan berpakaian biasa, dan Kathe menebak jika mereka adalah karyawan yang berada dalam satu kubu dengannya, alias cleaning service di sana.

Pintu di depannya terbuka. Kathe sempat terperangah, begitu melihat fasilitas serba modern yang berada di dalam perkantoran itu. Seperti di film-film, interior dan barang-barang yang berada di sana serba canggih dan mahal.

Sempat merasa canggung, Kathe ragu-ragu melangkahkan kakinya memasuki area kantor yang bersih dan full ac. Sangat berbeda dengan rumahnya yang selalu panas di siang atau malam hari.

Penglihatannya benar-benar dimanjakan oleh kemewahan yang berada di sana. Sungguh, baru kali ini, Kathe memasuki area perkantoran se megah itu.

Kakinya otomatis melangkah mendekat ke tempat resepsionis. Ragu-ragu lagi, Kathe ingin mengajukan pertanyaan. Entahlah, dia merasa terlalu rendahan berada di sana. Dia merasa tidak layak berada di tempat semewah itu. Tapi, jika dia mundur sekarang, di mana lagi dia akan mendapatkan pekerjaan? Dia masih belum lupa ingatan, jika di kota itu, hanya perusahaan yang dia pijak sekarang, satu-satunya tempat yang berani memberikannya pekerjaan. Melepaskan kesempatan ini, sama saja dia melemparkan dirinya sendiri ke tempat pelacuran yang dijanjikan ayahnya.

“Maaf, ada yang bisa saya bantu?”
Suara wanita yang menyapa indra pendengarannya, membuat Kathe mendongak.

“Saya ingin mendaftar kerja di sini, Bu,” ucap Kathe sambil tersenyum manis. Kathe memantapkan hatinya. Tekadnya sudah bulat. Tidak ada pilihan lain. Dia harus bekerja di tempat itu. Dari pada menjadi wanita malam dan alat penebus hutang ayahnya di meja perjudian.
Resepsionis itu tersenyum sambil mengangkat ke dua tangannya, isyarat permintaan maaf.

“Maaf. Tapi, tidak ada lowongan pekerjaan di sini.”

Seketika, senyum semangat Kathe kembali memudar. Mungkin, pria yang diceritakan Risa, sudah mempermainkan mereka. Buktinya, tempat ini juga tidak mau memberinya pekerjaan.

Sepertinya, Kathe harus tahu diri. Tempat itu, bukanlah tempat yang pantas untuknya.

Kathe tersenyum tipis, sambil meletakkan kartu nama yang diberikan Risa kemarin.

“Kalau begitu, maaf saya sudah mengganggu, dan saya ingin mengembalikan kartu nama ini ke tempat asalnya,” ujar Kathe sambil meletakkan kartu nama itu di meja. Setelahnya, dia langsung berbalik arah dan melangkah menuju pintu keluar. Sepertinya, malam ini dia harus bersembunyi lagi. Dia belum siap, jika harus menjual diri.

Resepsionis itu mengambil kartu nama yang tergeletak di atas mejanya. Bukannya dia tidak tau, kartu nama itu milik siapa. Itu adalah, kartu nama milik Tuan Edlise, orang nomor satu kepercayaan tuan besarnya.

Resepsionis itu mendadak kalut. Sepertinya dia berada dalam masalah sekarang. Wanita itu, memiliki kartu nama yang tidak sembarang orang punya. Mungkin, Tuan Edlise yang mengutusnya untuk bekerja. Dan dia sudah—menolaknya. Ya Tuhan, aku dalam masalah besar. Batin wanita itu—resah.

Resepsionis itu mulai panik. Wanita tadi, juga sudah tidak ada di sana.
Ya Tuhan, jangan sampai dia kehilangan jejaknya. Bisa-bisa, hari ini dia harus rela kehilangan pekerjaannya dengan cara tidak terhormat.

King Bastard For Beauty Slut (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang