Unexpected Findings

189 33 23
                                    

"Kamu punya taste yang bagus untuk dekor rumah, ya.." puji Yerim begitu melangkahkan kaki ke dalam ruang tamu rumah Jaehyun. Mereka harus melewati selasar pendek dari pintu utama untuk tiba di ruang tamu kecil yang tertata apik dalam balutan nuansa warna monokrom. Minimalis, maskulin namun begitu rapi.

Yerim langsung membandingkan ruang tamu ini dengan ruang tengah—yang terkoneksi dapur kecil dengan ruang makan dan berfungsi juga jadi ruang tamu, di apartemen Jungkook. Orang-orang akan langsung tahu di apartemen itu ditinggali makhluk berkromosom Y dari ketidakteraturan dan tata letak yang seadanya. Ditambah perkakas IT yang terserak di tiap sudut.

"Ini rapi banget, dan.."

"Rose bantu ngedekor begitu aku menyewa rumahnya.." potong Jaehyun cepat, tak memberikan waktu untuk Yerim menyelesaikan kalimatnya. Bahu lelaki itu mengedik acuh, senyumnya pahit. Seperti nama yang baru ia ucapkan memiliki sensasi untuk merapal luka.

"Maaf.." ucap Yerim segera, "aku sama Kook udah kedua kali ini lihat kalian berantem sebenernya.."

"Eh, iya?"

Jaehyun membimbing Yerim berjalan menuju salah satu sofa kecil, mereka duduk berdampingan, meski tersisa jarak.

Yerim mengangguk, "Kalau kamu dan Rose, udah lama pacaran?"

Jaehyun merebahkan diri ke punggung sofa, dengan nada lelah ia menjawab, "Hmm.. iya lumayan, 3 tahunan.. aku transfer ke kampus ini pun salah satu sebabnya karena dia, sih.. selain memang program studi bisnisnya bagus.. Eh, aku ambilin minum dulu, ya.. gue ada soda gapapa ya.. traktir kopinya next time, deh.."

Jaehyun lalu bangkit dan melangkah ke arah dapur kecil di sisi ruang tamu.

Yerim ikut bangkit, deretan foto yang terpajang rapi di sudut ruang tamu menarik perhatiannya.

"Dulu kamu kuliah dimana sebelumnya, Jae?"

"Di kampus Jamsil." Serunya dari arah dapur. "Pernah kesana, nggak? Banyak tuh, anak Seoul suka cabut kesitu buat cuci mata, terutama cewek-cewek. Temen-temen gue emang tampangnya di atas rata-rata, sih.."

Saat itulah yerim melihat sosok yang tak asing dalam salah satu kolom pigura yang disusun estetik di dinding ruang tamu. Dalam foto itu Jaehyun berdiri tersenyum di samping Rose yang merangkul erat seorang gadis. Jennie Kim.

Ada Lee Taeyong di belakang gadis itu, memeluknya erat.

Tata taman kampus Jamsil ini selalu menarik perhatian Yerim. Luasnya hanya dua pertiga luas taman kampus Seoul, namun dikondisikan agar mahasiswa bisa nyaman duduk dan melakukan aktivitas belajar disana. Palem dan akasia berjejer berdampingan di sisi setapak kecil yang menghubungkan sekeliling taman, dengan bangku kayu tersedia tiap antara dua pohon. Yerim bisa memilih untuk duduk menghadap setapak atau arah sebaliknya menikmati hamparan luas rumput hijau tempat mahasiswa kerap piknik kecil sambil diskusi atau merebah sendiri sambil membaca buku.

Mengingatkan yerim akan tempat piknik masa kecilnya dulu, kala ayahnya masih kerap membawanya jalan-jalan di akhir minggu tiap awal bulan.

Taman kampus Seoul, meski tidak kalah cantik, hanya punya setengah dari luas hamparan hijau tadi. Separuh yang lain dipenuhi oleh rimbunan hutan palem kecil serta beberapa kolam air mancur, yang undakannya jadi tempat berkumpul mahasiswa.

Meski demikian, sore ini, keindahan itu tak mampu mengurangi kegelisahan yang merundungnya.

Sore itu, kepastian masa depan hubungannya dengan Taeyong akan ditentukan. Pesan-pesan singkat yang lelaki itu kirimkan dalam beberapa hari terakhir membuatnya khawatir. Dingin dan tanpa afeksi. Hingga puncaknya semalam yerim memberanikan diri bertanya alasan perubahan sikap itu, karena menurutnya tidak ada masalah apapun antara ia dan Taeyong selama 3 bulan mereka bersama.

TakenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang