the charming guy

188 37 0
                                    

Yerim duduk di samping Jaehyun dalam mobil lelaki itu. Sementara Jaehyun berkendara dengan santai dalam kecepatan yang tidak terlalu tinggi. Seperti membeli waktu dan kesempatan untuk bersama yerim lebih lama.

Setidaknya itu yang yerim pikirkan.

Mereka mulai bercakap tentang hal yang lebih beragam. Sekolah, hobi, makanan favorit, tontonan favorit. Hal-hal yang bersifat personal. Dan yang cukup mengejutkan adalah begitu nyaman Jaehyun membawa obrolan mereka berdua hingga Yerim tak merasa kikuk sama sekali.

'Jaehyun is such charmer' kata Kook suatu hari pada Yerim saat ia membujuk Kook untuk jadi matchmaker dan menegaskan pengakuan kalau sepertinya ia naksir salah satu teman baru Jungkook di band-nya.

Dan dalam perjalanan menuju tempat lelaki itu, Yerim dapat melihat alasannya.

Cara Jaehyun memujinya bahwa Yerim begitu menyenangkan diajak bicara, kocak dan begitu atentif. Mengiyakan pendapat-pendapat yerim tentang beragam hal yang mereka bahas. Tanpa sadar mengingatkan Yerim tentang seseorang.

'He's such a charmer, indeed. Just like my father was.'

Lalu kepingan memori itu tanpa permisi melintas di ingatannya.

Di dalam mobil tua yang merupakan warisan almarhum kakeknya, Yerim kecil duduk di bangku belakang sendirian. Orang tuanya duduk di kursi depan, Ayahnya mengemudi. Usia Yerim kala itu hampir 6 tahun dan dia begitu bersemangat memikirkan bahwa sebentar lagi ia akan masuk sekolah dasar.

Yerim tidak begitu mengingat apa yang mereka bicarakan di balik kursi masing-masing. Ia hanya ingat percakapan itu begitu ramai, seriuh saat dia beradu kata dengan Sohyun, teman sebaya yang tinggal di sebelah rumah, saat mereka berebut peran siapa jadi dokter atau jadi pasien.

Yerim mengingat beberapa nama tersebutkan oleh sang mama. Sebagian besar nama perempuan dan Yerim tidak familiar dengan nama-nama itu. Yang paling dekat dengan ingatannya adalah saat Mama-nya menyebut nama bibi Yeonhee. Anak angkat nenek dari pihak Mama.

Setelah nama bibi Yeonhee muncul beberapa kali dalam percakapan mereka, Yerim tiba-tiba mendengar Mamanya terisak dan bergerak gelisah di kursinya, sementara Ayahnya sekuat tenaga menyeimbangkan laju kendaraan sambil mencoba menenangkan Mama.

Saat itulah Yerim kecil angkat suara, "Mama, kenapa? Ada yang sakit?"

Mamanya sontak terdiam, tenang kembali. Dari balik kursi Yerim melihat Mama mengusap wajahnya dengan punggung tangan. Sementara telapak tangan kiri Ayah masih mengelus lembut puncak kepala Mama sambil membisik pelan. Sayangnya Yerim tak menangkap kalimat apa itu.

Kepolosan anak 6 tahun melihat gestur itu begitu romantis, begitu hangat. Ada nuansa halo yang melingkupi sekeliling tubuh sang ayah membuat dirinya begitu bersinar di mata Yerim kecil. Selama ini Ia bertekad siapapun yang menyayanginya harus bersikap seperti sang ayah memperlakukan Mamanya.

"Yerim.. tidak apa-apa, sayang.." ucap papanya lembut dari balik kursi kemudi, "Mama hanya nggak enak badan.."

Saat itu sang Mama akhirnya menoleh ke arah Yerim, bahunya kembali bergetar. Namun yang paling Yerim ingat adalah kedua mata Mamanya yang begitu basah. Meski senyum menenangkan yang familiar ia coba berikan pada putri sematawayangnya.

Mama kembali menghadap Ayahnya, suaranya lirih namun masih terngiang jelas hingga Yerim dewasa saat ini, "Aku menutup mataku untuk perempuan lain, tapi, please, Mas, jauhi Yeonhee.. tinggalkan dia.. demi Yerim."

Pinta sang Mama terdengar begitu mengiba.

Detik itu Yerim kecil menyadari ada sesuatu yang salah dalam hubungan Mama dan Ayahnya. Melibatkan sekian nama yang telah Yerim dengar sebelumnya. Termasuk bibi Yeonhee. Momen itulah, awal kolapsnya keluarga kecil Yerim.

Akibat sikap Ayahnya yang terlampau menawan, pada perempuan lain.

"Rim.." seseorang menepuk bahu Yerim pelan. Raut khawatir Jaehyun menyambutnya. Mobil telah berhenti di carport sebuah rumah. "Kamu nggak apa-apa? Tadi kamu tiba-tiba diam dan melamun melihat keluar jendela. Kamu nggak apa-apa, kan? Jungkook sudah aku kabari kalau kamu bareng aku. Tapi dia belum bales, sih.."

Yerim menggeleng. "Sudah sampai?"

"Yupp!" jawab Jaehyun sambil mematikan mesin mobil dan mulai melangkah keluar, menuju rumahnya, "Yuk!"

Yerim membuka sisi pintu mobilnya perlahan, menatap rumah mungil yang asing, mencoba menyisihkan keraguan yang mulai menyambut keinginannya menghabiskan waktu bersama Jaehyun malam ini. Setidaknya sebelum Kook datang menjemput.

Tiba-tiba saja langkahnya terasa begitu berat.

TakenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang