K A R E N A |19| R A S A

30 4 0
                                    

Kini rasa dan rici sedang makan dikantin  baik rasa maupun rici tidak memperdulikan suasana yang ramai disekitar masih fokus dengan makanan mereka, sangkin fokusnya mereka sampai tidak sadar silvi sudah ada dibelakang.

" Hai, boleh aku gabung? "

" Boleh/tentu " jawab keduanya.

Silvi yang mendapat persetujuan pun kini tersenyum tipis kearah mereka.

" Kamu yakin ikut drama lagi sa? " tanya rici disela - sela acara menguyahnya.

" Iya mereka membutuhkan pemeran satu lagi. "

" Aahhh baiklah kamu juga perlu menyibukan diri supaya tidak terlalu tertekan, " jawab rici keceplosan.

Rici lupa jika ia disini ada silvi, dan bagi rici silvi masihlah orang asing. Dan rasa juga sepertinya tipe orang yang tidak mau orang lain tahu bahwa ia memiliki banyak masalah, jadi rici sedikit merasa bersalah.

Rasa yang mengerti dengan arah pembicaraan itu pun langsung menjawab " aku juga tidak bisa menolak. "

" Rasa ikut drama? " Sela silvi ia tadinya bingung dengan kalimat tertekan yang rici ucapkan tapi ia memutuskan untuk tidak bertanya dan mencoba mencari topik lain saja. Menganggap itu semua hanya angin lalu.

" Iya kamu harus tahu vi dia itu ratunya protagonis. " Rici bercerita seraya menggebu - gebu.

" Menjahili rasa sepertinya enak " Batin rici.

" Ouh iya?? " Silvi menatap rasa antusias

" Hn " jawab rasa

Rasa menatap mata rici yang juga menatap balik kearahnya, matanya menyipit bibirnya juga tertekuk kebawah. Rici tidak jadi tertawa karena melihat respon dingin rasa.

Mereka melanjutkan perjalanan masih  tidak ada pembicaraan lebih lanjut sampai kembali kekelas masing - masing pun mereka masih tidak ada pembicaraan.

Silvi sebenarnya masih ingin mendekatkan diirinya pada rasa, tapi melihat respon dingin dari rasa membuat ia mengerungkan niatnya.

Rasa terlalu dingin.

Dan ia kesal.

_____________








____________________


Jam pulang sekolah sudah berbunyi kini rasa sedang membereskan alat tulisnya.

" Aku duluan ya sa! "

" Hm " setelah mengatakan itu rasa juga ikut keluar ia berjalan kearah gedung latihan drama bukan hal sulit bagi rasa untuk memerankan tokoh yang ada didrama karena pada dasarnya rasa juga memakai topeng didunia nyata.

Banyak anak yang sudah mengenal rasa salah satunya dini dia perempuan dengan rambut panjang biasanya ia menjadi pemeran pembantu ataupun mengurus make up saat akan pentas jadi rasa hanya sekedar tahu bahwa namanya dini, ia swring ikut organisasi disekolah namanya yang selalu dielu - elukan karena sifatnya yang humble dan penurut membuat semua orang tahu bahwa dia dini.

Rasa yang melihat dini duduk sendirian memutuskan menghampiri.

" Hi? " Dini yang terkejut kemudian tersenyum tipis kearah rasa mereka memang hanya sekedar tau nama dan hanya beberapa kali saja mereka bertemu.

" Ehm kamu akhirnya menerima?? " Tanya dini

Berita tentang rasa yang akan memerankan kembali tokoh didrama, ini sudah beredar. Seperti yang rici bilang rasa adalah ratunya protagonis.

" Iya. "

" Mau roti? " Tawar dini

" Roti?? " Dini yang melihat rasa kebingungan langsung mengeluarkan sekotak roti ulang tahun yang baru diambil sepotong dilihat dari bentuk rotinya itu.

Rasa tidak tahu cara menolak dengan halus  kemudian mengangguk, seketika wajah dini berubah cerah ia langsung menunjukan sifat cerewet nya. Rasa heran sebahagia itu dini mendengar bahwa rasa mau diberikan roti olenya.

" Wahh kamu mau yang besar atau kecil, tapi yang besar aja biar cepat habis. "

" Yang kecil saja din. "

" Yahhh jangan gitu euhmm bagaimana jika kamu bawa pulang, tunggu disini aku akan mencari kotak makan dibasc camp " dini yang langsung pergi begitu saja tidak dapat dicegah oleh rasa.

Rasa masih menunggu beberapa menit tiba - tiba ditarik paksa oleh salah satu panitian inti.

" Rasa ya ampun, aku menunggumu disana kenapa kamu disini? "

" Aeum aku--- "

" Hei itu bukanya kue nya dini ya? Kamu terima tawaran dini?? " tunjuknya pada roti yang ada ditangan rasa.

" Iya "

" Aduh jangan diterima, hari ini dini ulang tahun dan kita semua sudah membuat kejutan untuk nya,  pura - pura tidak ingat dan jangan ada yang mau menerima kue itu. " Dia berbicara sambil sesekali melihat sekeliling mungkin memastikan dini tidak mendengarnya.

" Ah! Aku tidak tahu. "  Rasa menujukan wajah bersalahnya.

" Eum lalu aku harus apa? "

" menolak saja kamu kan pemeran protagonis sekarang cobalah menjadi jahat, " ujar nya

Rasa yang mengertipun langsung membatin ' jahat ya. '

Setelah kepergian panitia tadi rasa kemudian hendak pergi menyusul yang lainya tapi dini sudah kembali dengan kotak kardus yang lumayan besar ditanganya.

" Rasa ini aku menemukan satu, kamu bisa bawa pulang separuhnya. " Dini masih berseri - seri.

Rasa sedikit tidak tega tapi ucapan panitia tadi membuatnya bertekad. Ia harus lakukan agar surprise berjalan lancar.

" Hm aku harus pergi din, terburu - buru soalnya waktunya sudah habis. Permisi ya " dini yang terkejut atas perkataan rasapun seketika terdiam.

" Aku. Hm. Iya sudah tidak apa. Hati - hati ya. " Dini masih mencoba menahan suara gemetarnya keluar tapi karena rasa adalah orang yang mudah peka jadi rasa mengangguk dan pergi.

' maaf ya. ' batin rasa

Tak lama kejadian itu dini langsung keposisi awal saat rasa belum datang, duduk sendirian rasa kemudian melanjutkan perjalanannya tanpa menoleh lagi kearah dini, skenario selanjutnya adalah membawa dini menuju kantor rasa dapat mendengar mereka membohongi dini dengan berpura - pura dini dipanggil untuk masuk kekantor.

" Din, ayo cepat kita harus persiapan. "

" Iya. " Dengan senyuman palsunya  ia menjawab.

BRUG*

Dini memutuskan untuk membuang kue ulang tahun nya itu lalu memasuki gedung.

Ceklek.


Tbc.

See you

Karena Rasa || Ssst. . . Kepribadian GandaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang