K A R E N A |24| R A S A

18 2 0
                                    

Rasa POV

" jangan tanya kenapa aku bisa ada disini. "

" Kamu berbohong, " seruku

Aku masih menatap risa dan rina bergantian, mereka berdiri ditempat yang sama. Tadi saat aku hendak melewati cahaya disini hal gila yang membuatku berteriak seperti itu adalah mereka.

Aku menemukan risa sedang duduk bersama rina.

Ditempat yang aku tidak tahu.

" Kamu bilang kamu lenyap, tapi apa ini?! " tanyaku lagi.

" Sudahlah duduk. "

" Bisa jelaskan? " kataku.

Rina mendekatiku lalu memeluk tubuhku, tinggi badan kami yang sama serta wajah kami yang sama membuat perasaan tersendiri saat ini. Seperti memeluk bayangan tapi itu terasa nyata.

Rasanya seperti kembar.

" Resa kembali. " Bisik risa.

Sensasi pelukan dari rina serta bisikan dari risa membuat tubuhku kaku.

" Tunggu!?? . . . Siapa resa? " tanyaku penasaran.

Ekspresi rina tidak jelas tapi aku melihat jari nya bergetar bisikan yang ia keluarkan tadi juga terasa serak dan penuh rasa takut.

" Resa dd-dia. . . " Risa menggeleng cemas sebelum melanjutkan " jangan disini. Dia akan muncul sebentar lagi. Dan kamu harus kuat. "

Risa dan rina menghilang.

Meninggalkan aku yang kehilangan kesadaranku kembali.






Normal POV

Dokter itu sedikit cemas, saat pasien nya tadi sempat bangun lalu pinsan lagi. Beruntung denyutnya masih ada dan normal.

Dibantu suster, dokter itu menyuntikan sesuatu pada tubuh itu.

" Kamu baik - baik saja. "

" Bisa dengar saya. " Suara dokter itu.

" Tabung oksigen. " Teriak dokter itu panik.

Pasiennya rasa tidak bisa bernafas dengan benar tadinya masih baik - baik saja, dokter itu memutuskan memasangkan oksegien pada wajahnya.

" Perlahan - lahan, tenang. . . Jangan panik. "

Diluar ruangan.

" Apa yang terjadi? " tanya rici.

" Tidak ada apa- apa? "

" Rici kmau pulang saja terlebih dahulu. "

" Van, antarkan ica juga, ini bawa mobil papa. "

" Baik. "

Rici tadinya tidak mau ia masih ingin memastikam rasa baik - baik saja. Tapi keputusan sudah bulat mereka juga masih ingat bahwa rici punya keluarga. Berada setengah harian ia disini membuat rici sedikit lelah.

" Besok rici kembali keseini boleh tan? "

" Iya boleh sayang. Kamu pulang saja dulu ya. "










•••

' jadi kenapa kalian terus berbohong padaku! '

' . . .  '

' risa aku takut. ' ujar rina tanpa menoleh padaku, dia terus mengabaikan aku yang terua berteriak kenapa semua ini?

Aku depresi

Tertekan

Dan penasaran!

Melihat rina dan risa lebih membuatku sakit kepala. Darah ditubuhku seakan mencoba mengalir pada kepalaku seakan ingin pecah.

Karena Rasa || Ssst. . . Kepribadian GandaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang