Kaki ku melemas setelah mendengar ucapan terakhir Jimin oppa, aku tidak percaya dia akan mengatakan itu padaku 'pelacur' apa saat ini dimatanya aku seperti itu? Rasanya benar benar sakit, aku tak tau harus mendeskripsikannya seperti apa. Tapi kalian bisa membayangkannya sendiri, orang yang kalian sukai bahkan kalian sayangi menyebut diri kalian sebagai 'pelacur' hanya karna sebuah kesalah pahaman .kurasapada akhirnya akan sperti ini apapun yang ku lakukan dia pasti akan menjauh dari ku.
***
Sebulan telah berlalu bahkan ini sudah memasuki hari ke 6 minggu ujian sekolah setelah Jimin oppa meyebutku seorang 'pelacur', rasanya hari ku yang sudah berat karna teror teror dan skandal ku itu semakin berat. Ia sama sekali tidak mau berbicara dengan ku bahkan melihatku saja dia tak mau, ia selalu membuang mukanya baik itu disekolah mauapun saat di apartment. Tapi beruntungnya aku masih bisa mencoba memfokuskan diriku pada ujian sekolah.
Ini benar benar membunuhku, aku masih tak mngerti walau aku sudah menjauh dari Jimin oppa tapi aku masih terus mendapat teror teror itu. Merka benar benar tidak berhenti, bahkan kemarin seseorang datang ke apartment ku dan mengedor gedor pintu apartment ku. Di tambah dengan hampir setiap malamnya aku mengalami mimpi buruk yang membuat ku tidak bisa tidur dan mengonsumsi pil penenang itu.
Aku menghabiskan waktu ku untuk belajar hingga pukul 3 pagi, ini aku lakukan agar aku merasa lelah dan bisa langsung tidur tanpa harus bermimpi buruk. Ini sudah kulakukan sejak hari pertama ujian, walau pada akhirnya aku kurang tidur.
Suara alarm pukul set 6 pagi membangunkan ku, aku beranjak dari kasurku lalu mulai bersiap untuk sekolah. Setelah selesai memakai sepatu aku segera melangkah menuju lift. Pintu lift terbuka dan terlihat pria dengan seragamm yang sama dengan ku, itu Park Jimin.
Mata kami bertemu namun ia membuang mukanya, dengan perlahan aku masuk kedalam lift. Ini benar benar canggung, bagaimana tidak diantara kita sama sekali tidak ada yang berbicara, menyapa satu sama lain saja tidak.
Saat sudah sampai di lantai dasar, Jimin oppa langsung keluar tanpa melihatku. Kita benar benar seperti orang asing sekarang. Aku membenci ini.
***
TET....
TET...
TET...
Suara bel pulang berbunyi, hari ini adalah hari terakhir ujian jadi banyak murid yang merencanakan untuk pergi jalan jalan atau sekedar berkumpul dengan teman teman. Sama halnya dengan ku, Haeryeong, dan Wonwoo sekarang.
"Yak.. apa sebaiknya nanti mala kita berkumpul di cafe Yoongi Hyung, ia tau hari ini adalah hari terakhir jadi mengajak kita berkumpul disana" ucap Wonwoo
"Call" ucap Haeryeong semangat.
"Bagaimana dengan mu Hanna? kau ikut?" tanya Wonwoo padaku.
"Entahlah.. kurasa-"
"Ahhh pokoknya kau harus ikut, aku akan menjemputmu" ucap Wonwoo memaksa.
Aku hanya melihatnya kemudian melanjutkan merapikan barang barangku kedalam tas kemudian meninggalkan kelas.
"Hei Hanna.. bagaimana jika kita bermain malam ini? aku akan membayar dengann jumlah besar" ucap salah satu pria yang sedang berkumpul dengan teman-temannya.
"Benar Hanna, aku juga ingin di puaskan seperti Jungkook" timpal temannya kemudian tertawa.
"Yak.. kau mau mati?" ucap Haeryeong memberikan tatapan mematikan pada mereka. Aku menahan lengan Haeryeong. "biarkan saja" ucapku pelan kemudian kembali berjalan.
KAMU SEDANG MEMBACA
First Sight (Complete)
FanfictionI'm sorry but I'm in love with you at the first sight Aku tau mungkin jatuh cinta pada pandangan pertama itu terdengar konyol, biasanya pada saat pertama kali kita melihat seseorang kita mungkin akan tertarik atau suka padanya. Tapi berbeda denganku...