Chapter 7
Stella tidak percaya apa yang dilihatnya. Tapi, Satya sudah mengatakan dengan jelas, "Mantan gue, Kana, bareng Wira". Entah kenapa Stella merasa seperti kecolongan, meski sebenarnya ia dan Wira memang hanya berteman.
Stella seharusnya baik-baik saja, 'kan?
Meski Kana tampak cantik dan anggun dengan gaun putih tulang selutut, Stella tidak melihatnya demikian. Stella merasa, Kana seperti serigala berbulu domba. Lain halnya dengan Wira yang terlihat tampan, walau hanya dengan satu kali pandang. Wira mengenakan setelan jas hitam rapi. Rambutnya yang biasa menutupi dahi, kini disibak ke belakang sehingga tulang wajahnya menonjol.
Kana bukan pasangan yang cocok bagi Wira.
"Yakin, masih temen?" bisik Satya di telinga Stella, seolah mengetahui arti tatapan menilai Stella pada pasangan itu.
Mata Stella memicing pada Satya. Sepupunya ini benar-benar menyebalkan. Meski awalnya Satya baik-baik meminta Stella jadi pasangan dansanya malam ini, tetap saja sifat lama sulit diubah.
Ruangan mulai penuh dan bertepatan dengan itu, kepala sekolah memberikan sambutan dan acara dansa resmi dimulai. Satya menggamit bahu Stella, mengajaknya ke lantai dansa.
"Kenapa lo gak marah liat Kana bareng Wira?" tanya Stella pada Satya begitu mereka mulai berdansa.
Rasanya aneh saat Satya menaruh tangannya di pinggang Stella. Meski mereka sepupu, tetap saja Stella hanya terbiasa jika Gean yang melakukannya. Gean partner dansa Stella waktu SD.
"Marah? Buat apa?" tanya Satya, mendengus geli. Ia melirik ke satu titik, dimana Kana dan Wira juga sedang berdansa.
Bukan hanya Stella yang sering membohongi perasaan sendiri.
"Gue tau lo marah," ucap Stella sambil tersenyum simpul. Ia mendekat dan berbisik di telinga Satya. "Gimana, kalo kita ajak mereka Battle Dance?"
.
Untuk ukuran orang seperti Stella, Satya tau betul dia mulai nekat.
Battle Dance di sekolah mereka itu terlalu berisiko. Salah sedikit saja dalam gerakan, pemain lawan akan menang dan berhak memberi tantangan pada pemain yang kalah. Hal terburuknya bukan itu, tapi pemain lawan juga bisa membawa pulang gelar King dan Queen.
Stella nekat.
Dan entah kenapa, Satya suka hal itu.
Satya menyeringai pada Stella. Ia ikut berbisik, "Gue terima tantangan lo."
Selesai satu lagu dansa, Stella dan Satya langsung berderap menuju Kana dan Wira. Di luar dugaan, pasangan itu pun menuju Stella dan Satya. Keempatnya saling tatap dengan arti yang berbeda.
Lalu mereka mengangguk.
Hanya itu. Tapi, seluruh siswa sekolah Stella pun tau maksudnya. Battle Dance. Para siswa maupun siswi langsung berkerumun membentuk lingkaran. Menonton. Setelah lagu waltz tadi, ternyata yang dikeluarkan selanjutnya adalah romantic.
Stella selalu berdansa romantic bersama Gean. Tidak pernah bersama Satya. Dan ada beberapa gerakan yang terlihat kaku begitu Stella berdansa.
Mata Stella melihat Kana, begitupun Kana. Pandangan perempuan itu padanya sangat sinis dan angkuh, membuat Stella ingin menendang kepalanya.
"Fokus," bisik Satya pada Stella.
Stella mengangguk, berhenti melihat Kana.
Lagu selanjutnya, foxtrot.
Stella berhasil melakukannya dengan baik, begitupun Satya. Dirinya jadi teringat saat belajar dansa di SD, foxtrot selalu menjadi andalannya.
Barulah saat lagu tango diputar, Stella kesulitan. Satya menangkap kesulitan Stella dengan baik.
"Gue bantuin lo. Kita bakal menang, tenang aja," bisik Satya.
Stella mengangguk ragu.
Perlahan, Stella menoleh pada Kana. Perempuan itu sedang bersandar di bahu Wira, meski hanya sedetik, Stella yakin betul Kana menunjukkan senyum sinis.
Rival menyebalkan.
Kaki Stella terbentur oleh lutut Satya. Stella kehilangan keseimbangan. Ia jatuh terjerembab, menimpa lantai dansa yang dingin. Kepalanya terasa berputar-putar. Stella tidak mau berdiri. Tidak mau melihat orang-orang menatapnya iba.
"Stell, lo gak apa-apa?" tanya Satya cemas.
Stella masih membungkuk. Sanggulnya terlepas, membuat semacam tirai yang menutupi wajahnya. Mata Satya melebar begitu melihat lutut Stella lecet akibat tergesek dengan lantai. Lagu tango dimatikan, membuat bisik-bisik semakin terdengar.
"Stella," suara Wira terdengar.
Disusul suara lain, Kana. "Wira."
Ada arti di balik panggilan Kana pada Wira.
Satya mendengus. Dengan tangkas, ia menggendong Stella. Perempuan itu masih menunduk dalam gendongan Satya, membuat cowok itu menghela napas. Satya hanya mengangguk kecil pada Wira, lalu berbalik pergi keluar aula.
"Stell," ucap Satya begitu mereka sudah di luar aula. "Gue gak apa-apa, gak dapet gelar King. Gak penting juga."
"Tapi, Sat," suara Stella parau. "Lo mau ngalahin Kana. Gue juga."
"Yang penting itu, sekarang lutut lo harus sembuh. Nanti infeksi kalo gak segera dibebat kassa."
"Tadi, Kana mecah konsentrasi gue," Stella bersandar di bahu Satya. "Dia emang cewek ular."
Mereka telah sampai di pelataran parkir.
Satya tertawa kecil. Ia mendudukan Stella di jok mobil. Cowok itu mencari P3K, sementara Stella melihat lukanya yang cukup parah. Begitu Satya kembali dengan P3K di tangan, langsung saja ia mengobati luka Stella dalam diam.
"Gue minta ma--"
"Stell," potong Satya tanpa melihat Stella sama sekali. Fokusnya hanya pada lutut Stella. "Gue oke. Harusnya, lo juga."
Stella tau Satya sudah berjuang keras untuk mendapat gelar King. Mengajak Stella menjadi pasangannya mungkin usaha terbesar. Dan Stella sendiri yang menghancurkan kesempatan Satya mendapatkan hal itu.
Tapi, sekarang Satya bilang dia oke.
Mungkin, sekarang Satya telah masuk menjadi sepupu idaman bagi Stella.
.
26 Februari 2015
KAMU SEDANG MEMBACA
Fix
Teen FictionStella Oselyn sudah tau orangtua mereka cepat atau lambat akan bercerai. Begitu juga Daniel, kakaknya, yang entah kenapa sangat mengesalkan Stella karena menerima dengan pasrah akan berita itu. Sakit hati dan tersendiri, Stella tidak mau memilih an...