Chapter 9
Dengan ragu, Stella menggenggam flashdisk yang diberi Gean kemarin malam. Flashdisk ini titipan dari mendiang kakaknya, Daniel. Sebelum meninggal, Daniel memberi ini pada Gean. Sebuah flashdisk berbentuk persegi panjang berpelat alumunium. Tertulis di pinggirnya dua kata: Untuk Stella.
Stella melihat laptopnya, lalu melihat flashdisk. Ia tersenyum kecil. Jika Wira tau akan hal ini, ia pasti akan memaksa Stella menyambungkan flashdisk pada komputer.
Dan itu yang Stella lakukan sekarang.
Begitu data-data pada flashdisk diterima dengan cepat oleh laptopnya, berbagai video, dokumen dan rekaman suara hadir di layarnya. Stella membuka salah satu video yang sepertinya cukup lama. Tertera dari tanggalnya; 25.02.1990.
Stella nyaris terjatuh dari kursinya begitu melihat dirinya berada di layar. Ia kembali jeli melihat. Itu bukan dirinya, tetapi ibunya. Ibunya yang sangat muda dan cantik.
Di samping ibu Stella, ayahnya berdiri. Kedua pasangan itu tampak bahagia. Senyum mereka terukir.
"Kapan pernikahan kalian diselenggarakan?" terdengar suara wartawan bertanya.
Ibunya menjawab. "Enam Maret."
Sesuai yang Stella ingat. Tanggal 6 Maret hari pernikahan mereka.
Seluruh interview berbicara tentang pernikahan mereka. Mereka, yang tadinya berwajah bahagia dan sangat senang menerima pernikahan ini.
Kandas. Selesai. Begitu saja.
Stella menutup video itu, membuka yang baru.
"You've got a sister, My Boy," suara ayahnya terdengar.
Di layar, terlihat Daniel kecil sedang duduk di ruang tunggu rumah sakit. Ia memeluk boneka kuda yang sekarang ada di kamar Stella.
Daniel yang bermata sembab lantas membelalak. Ia melompat senang dan buru-buru ke suatu ruangan.
"Mommy! I've got a sister?" tanya Daniel dengan suara cemprengnya.
Terlihat ibu Stella, menggendong seorang bayi di pangkuan tangannya. Wajahnya begitu lelah. Ia mengangguk pada Daniel sambil tersenyum.
"Can I see her? Please, Mom. I wanna see my sister," rengek Daniel.
Ibunya mengangguk. Dengan kecepatan kilat, Daniel mendekati ibunya dan melihat buntalan selimut yang ada di pangkuan ibunya. Buntalan itu membalut tubuh mungil adiknya, Stella.
"Mom, she is so beautiful. Like you. Look at her eyes. I feel like I see you, Mom. I love her so much," Daniel kecil tersenyum riang. "Look, she's smiling. So adorable."
"So, you have to take care of her, right, Dani?" suara ayah Stella terdengar. Dia menepuk pundak putranya.
Daniel melihat ayahnya, ia tersenyum tulus.
"It's already been my job, Daddy."
Stella tidak kuasa menahan tangisnya. Daniel begitu baik. Dulu maupun sekarang. Bahkan saat perceraian kedua orangtuanya, Daniel tetap baik pada sikap Stella yang kurang ajar.
Daniel.
Lagi, Stella membuka video yang lain.
"Namanya Stella. Stella Oselyn," ayahnya menjawab begitu ditanya oleh seorang wartawan. "Dengan harapan menjadi seorang perempuan yang kuat dan tegar. Menjadi perempuan yang bisa tangguh pada segala situasi."
![](https://img.wattpad.com/cover/28475114-288-k593995.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Fix
Teen FictionStella Oselyn sudah tau orangtua mereka cepat atau lambat akan bercerai. Begitu juga Daniel, kakaknya, yang entah kenapa sangat mengesalkan Stella karena menerima dengan pasrah akan berita itu. Sakit hati dan tersendiri, Stella tidak mau memilih an...