6

46 13 5
                                    

"Kau sangat nikmat honey," ujar Rey sambil menyeringai di ikuti kekehan ketiga sahabatnya.

Setelah mengatakan itu mereka berempat berlalu pergi meninggalkan Ryn sendirian ditengah kehancuran yang mereka buat.

"Hiks... M-mama" gumam Ryn.

.....

3 minggu berlalu, Ryn menjalankannya dengan semua rasa sakit yang ada di hatinya. Sepulangnya dari tempat terkutuk itu Ryn mengunci diri di dalam kamar.

Betapa frustasinya Ryn, ia harus menghadapi semua ini sendirian, dia terlalu takut untuk mengatakan semua ini dengan keluarganya. Keluarga Ryn merupakan orang terhormat dan orang berpengaruh seperti keluarga Rey.

Ia tau apa yang akan terjadi jika keluarganya tau, semua tekanan ini membuat Ryn semakin frustasi. 3 minggu ini keluarganya, lebih tepatnya mama Ryn selalu menanyakan keadaan Ryn. Karena Ryn yang mengunci diri di dalam kamar dan tidak mau makan, bahkan Ryn sering menangis.

"Ryn cuma demam biasa mah," kata Ryn untuk kesekian kalinya.

Sarah mama Ryn hanya bisa membuang nafas pasrah mendengar jawaban putri kesayangannya itu. Ia sudah menganjurkan agar mau pergi kedokter, tapi Ryn terus menolak ajakan tersebut.

Setelah 3 minggu memutuskan bolos sekolah, hari ini Ryn akan pergi untuk kembali berangkat kesekolah. Dia tidak ingin keluarganya curiga dengan kondisinya, apalagi sang Mama, Ryn tidak ingin menjadi beban pikiran Mamanya.

Sesampainya di sekolah, Ryn merasakan semua tatapan orang-orang mengarah kepadanya.
Risih?  Tentu saja Ryn tidak biasa dengan tatapan mereka yang seakan merendahkan kearah Ryn.

Ryn berusaha mengacuhkan berbagai tatapan itu hingga, ia melihat salah satu sahabatnya, Eva. Dengan tergesah Ryn menghampiri Eva untuk menanyakan ada apa dengan mereka.

"Eva," panggil Ryn saat sudah berada tepat di belakang tubuh Eva.

Ryn melihat Eva yang tersenyum kearahnya ada sedikit kelegaan di dalam hatinya entah karena apa itu.

"Ohh Ryn,  masih berani lo nampakin muka di sekolahan ini?" tanya Eva sinis.

Ryn mengernyit saat melihat sikap Eva yang seperti ini padanya, Ryn berfikir apa dia pernah buat salah pada Eva? Tapi kayaknya tidak pernah.

"Kamu kenapa Eva?" tanya Ryn balik.

"Ohhh, jalang mau sok-sok polos?" perkataan Eva membuat Ryn terdiam.

Apa katanya jalang? Sahabatnya memanggil dia seorang jalang? Benarkah?

"Heh, lo itu seharusnya malu ngapain juga datang kesekolah ini mencemarkan nama sekolah aja," ujar Eva sambil mendorong tubuh Ryn.

Ryn yang tidak siap dengan dorongan itu, terjatuh dan keributan itu mengundang perhatian semua siswa.

"Ehh itu Ryn kan? Berani banget masuk sekolah"

"Ihh gak tau malu banget ya,"

"Iya, bener keliatan polos rupanya mudah lolos."

"Cantik sih tapi murahan,"

"Jijik gua liatnya, keliatanya aja gadis baik-baik rupanya jalang."

"Gadis apanya, dia bukan gadis lagi kali."

"LO ITU GAK PANTAS DI SINI!  JALANG ITU PANTASNYA DI TEMPAT LACUR! GAK TAU DIRI BANGET SIH." teriak Eva dengan smirknya

Ryn berusaha menahan air matanya ia tidak menyangka akan kejadian ini. Tidak! Seharusnya dia sadar kalau kejadian ini akan terjadi.

StrunggleDie {Revisi}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang