Sepanjang malam Ryn tidak dapat mengistirahatkan tubuh dan matanya, otaknya terus terputar pada pertemuannya kembali oleh pria itu.
Hingga pagi menjelang Ryn masih tetap terjaga, hingga azan subuh berkumandang yang membuat Ryn bersiap-siap untuk melaksanakan kewajibannya bersama sang putra.
Hari ini Ryn sampai lebih pagi di tempat kerjanya, karen setelah mengantarkan putranya ke sekolah Ryn langsung berangkat kerja.
Tapi, sepertinya hal yang ia lakukan adalah kesalahan besar, yang memuat dia harus bertatap muka dengan pria itu, Pria yang selalu ia hindari.
Ryn mengacuhkan keberadaan pria itu, dengan tergesah ia membuka pintu kafe tempat ia bekerja. "Lepaskan,"
Ryn menyentak tangan Rey dengan sangat kasar, ia menjauhkan badannya dan memilih pergi dari hadapan pria itu.
"Maaf tapi kami belum buka,"ujar Ryn berusaha profesional.
Ryn menarik nafasnya perlahan, saat ini ia sungguh ingin pergi dari hadapan pria yang ada di hadapannya ini, setiap melihat wajah pria itu rasa sakit yang pernah Ryn kubur kembali merayap setiap sudut hatinya.
Dan tanpa Ryn duga Rey pria itu menerobos masuk ke dalam kafe dan duduk dengan penuh keangkuhan di salah satu kursi yang telah di sediakan.
Matanya menatap kearah Ryn dengan tatapan yang sulit di artikan yang membuat hati Ryn was-was karenanya.
Mata itu masih sama indah tapi penuh akan bahaya, Ryn dapat melihat kalau sudut bibir pria itu sedikit menyunggingkan senyum mengejek.
"Halo Ryn," sapa Rey dengan santai.
"Mau apa kamu kesini dan kenapa bisa ... "
Rey tersenyum merendahkan ke arah Ryn. "Wah ternyata ingatan mu masih sangat baik honey," tanpa Ryn sadar kini Rey pria itu sudah berada di depannya dengan tatapan tajam.
"A-apa yang kau inginkan?" tanya Ryn ketakutan.
Rey mengangkat sebalah alisnya saat mendengar pertanyaan dari wanita di sampingnya, tanpa ada kata Rey mengangkat dagu wanita yang dulu pernah bersama dengannya.
Semuanya masih sama, tidaka ada perubahan yang besar pada wanita itu cuma satu saat ini ia tampak sangatlah menyedihkan.
"Aku mohon, jangan ganggu aku," lirih Ryn dengan mata yang sudah berkaca-kaca.
"Tenang saja honey, aku tidak sudi menyentuh apa lagi menikmati tubuhmu yang kotor itu," Rey menatap sekeliling kafe ini, yah tentu saja banyak CCTV yang menggangu kegiatannya.
"Aku gak menyangka kalau kau akan pindah ke kota ini, sejak kapan?" tanya Rey yang tidak di guberiskan sama sekali oleh Ryn.
Rey yang merasa Ryn sengaja mengabaikannya menarik kuat rambut Ryn yang membuat wanita itu meringis kesakitan. "Aku bertanya padamu Ryn."
"Itu semua bukan urusanmu Rey, jadi sebaiknya kau pergi," kata Ryn mengusir secara jelas.
"Tapi anak itu menjadi urusanku," tubuh Ryn menegang saat mendengar kalimat tersebut, anak? Siapa? Apa yang pria itu maksud adalah putranya.
"A-aku tidak mengerti maksudmu."
"Cih, anak laki-laki itu bukankah dia milikku."
Tubuh Ryn gemetar, kapan? Sejak kapan pria itu mengetahuinya? Apa kejadian kemarin?. Apapun itu pria tu tidak berhak mengatakan putranya milik dia, Reza anaknya dan akan selalu seperti itu.
"Tidak usah merancau Rey, dia bukan siapa-siapamu!" tekan Ryn di setiap kalimatnya.
....
KAMU SEDANG MEMBACA
StrunggleDie {Revisi}
General Fiction[(UP SETIAP HARI)] MULAI dibulan Juli tepatnya 1 juli ini, aku ikutan EVENT 35 HARI MENULIS bersamaaaa The Best Wattpad Writer dan Hydra Redaksi😊 Cerita ini akan menceritakan seorang gadis keturunan Indonesia-korea yang memiliki mata sipit seperti...