22

14 5 2
                                    

"Hiks!" suara tangis yang pilu memenuhi lorong rumah sakit membuat orang-orang yang berlalu lalang di rumah sakit itu berhenti dan merasa iba padanya.

Tubuhnya mungil itu menggil sambil menatap nanar kearah perutnya dengan linangan air mata.

Ryn memegang tangan seorang dokter dengan gemetar ia terus memohon kepada dokter itu untuk mengatak semuanya baik-baik saja.

Wanita itu terus menyangkal kata-kata dokter tersebut, tidak terima tentu saja ia tidak akan terima akan kata-kata dokter itu.

Ryn tidak akan bisa menerimanya sampai kapanpun. Anaknya, anak yang belum pernah ia lihat rupanya dan selalu di nanti kedatangannya kini pergi meninggalkan dia.

Meninggalkannya dengan putranya, tampa mau menyapanya terlebih dahulu.

"Kau pasti berbohong ... Tolong katakan kau berbohong ... Mereka baik-baik saja kan dok ti-tidak ada hal buruk bukan,"kata Ryn dengan bibir yang bergetar menahan semua rasa sesak di dadanya.

Tangis Ryn semakin pecah dengan tidak adanya reaksi dari dokter tersebut, cuma ada raut wajah simpati dan penyesalan.

"Ibu harus tenang jangan seperti ini, kalau ibu seperti ini akan membahayakan bayi ibu," Dokter yang berada di samping Ryn kini menatap penuh perhatin akan keadaan Ryn.

"Tidak! Anak-anakku semuanya baik-baik saja mereka sehat di dalam sini, tidak ada yang pergi semuanya baik-baik saja."Ryn terus mengguncang tubuh sang dokter dengan kuat.

Akibat pendarahan yang besar dan benturan salah satu bayi yang ada dalam kandungan Ryn tidak dapat untuk di selamatkan.

Sedangkan bayi yang masih ada saat ini mengalami beberapa masalah dan kondisinya sangat lemah, jika Ryn terus seperti ini hal itu akan berakibat fatal kepada bayinya.

"Mereka anak yang kuat, meraka pasti baik-baik saja. KAU SALAH DOKTER MEREKA BAIK-BAIK SAJA!"

Ryn memberontak dan berusaha pergi dari sana, ia akan menemui dokter lain dan menanyakan keadaan anaknya.

"Kalian pembohong, aku akan menanyakan pada dokter lain, kalian jahat kalian membohongiku!"

"Ibu harus tenang buk,"para suster memegang tangan Ryn dan berusaha menahan pergerakan yang Ryn lakukan.

"Jika ibu seperti ini bukan cuma putri ibu yang pergi tapi putra ibu juga akan meninggalkan ibu,"kata dokter itu yeng membuat pergerakan Ryn terhenti

"Aku ibu yang buruk," Ryn mengusap perutnya dengan perlahan, rasa sakit itu terus menggerogoti hatinya. "karena bunda kamu kehilangan adik, dan karena bunda adikmu gak bisa melihat indahnya dunia."

"Berhenti menyalahkan diri sendiri, ini bukan kesalah kamu ini semua takdir tuhan tidak tega melepas anak itu dan diapun mengambilnya."dokter itu tersenyum lembit kearah Ryn.

Tuhan jaga dia di sana aku tau kau sangat menyayanginya sehingga mengambilnya, tapi ku mohon datangkanlah putri kecilku selalu dalam mimpiku. Aku hanya ingin memeluknya, menciumnya dan bermain dengannya walau semua itu hanya sebatas mimpi.

Katakan juga padanya kalau aku sangat menyayanginya dan katakan permohonan maaf ku padanya karena telah gagal menjaganya.

Katakan suatu saat nanti aku akan menjemputnya, menggenggam erat tangannya dan selalu bersamanya untuk saat ini ku titip malaikatku pada mu.

Aku ikhlas dia bersama mu dan aku janji akan menjaga titipanmu ini dengan baik.

Ryn terus menatap perutnya dengan tatapan perih, ia berjanji akan menjaga putranya dengan baik, ia akan mengorbankan segalanya untuk putranya.

"Bunda mohon jangan tinggalkan bunda ya, bunda tidak akan sanggup sayang."

....

Prang!

Suara pecahan kaca membuat aktifitas makan malam keluarga itu terhenti dengan wajah kaget tapi tidak dengan seorang pria paruh baya wajahnya terlihat tegang dan cemas.

"Kamu kenapa mas? Kamu sakit?" wanita paruh baya itu langsung berdiri dan memegang kening sang suami.

"Aku gak apa-apa kok, cuma gak sengaja kesenggol."kilah pria itu.

"Kamu yakin?"

"Iya sayang aku yakin, gak apa-apa kok,"

Wanita itupun menganggu dan pergi kebelakang untuk mengambil sapu untuk membersihkan pecahan kaca itu.

Setelah selesai wanita paruh baya itu kembali duduk di samping sang suami, ia menatap lekat suaminya yang kini sedang melamun bahkan makananyapun kini tidak agi berarti.

"Aku kepikiran Ryn"kata wanita itu menatap lurus kedepan yang membuat Kean sepontan menghadap kearah sang istri.

kepala keluarga Fernando itu menatap istrinya sangat lekat dengan mata penuh intimidasi.

"Tidak usah membicarakan tentang anak itu!"tegas Kean.

"Aku takut dia kenapa-kenapa,"lirihnya. "kau tau setiap malam aku selalu bermimpi tentangnya dan itu membuatku semakin cemas."

"Dia bukan siapa-siapa kita lagi, biarin aja gak usah di perdulikan."

"Kau tau dalam mimpi itu kamu akan menangis meminta agar Ryn kembali tapi saat itu semuanya sia-sia apa yang kamu katakan saat ini terjadi Kean. Dia pergi sangat jauh dan kamu tidaka akan bisa mneggapainya lagi," Alana terisak saat mengingat kembali mimpinya seminggu ini.

Mimpi yang sama dan sangat menakutkan, semuanya berputar seperti yang suaminya katakan. Putrinya memilih pergi meninggalkan mereka.

"Bagus kalau begitu,"ucap Keab santai.

Alana berdiri dari duduknya, ia menatap sang suami dengan tatapan penuh luka sebelum ia memilih pergi dari sana.

Kean, pria itu menatap kepergia istrinya dengan hati yang entahlah ia pun tidak tau apa yang ia rasakan. Perih saat kata-kata itu terucapkan.

"Memang lebih baik seperti ini, dia tidak pantas berada di keluarga ku." gumam Kean.

StrunggleDie {Revisi}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang