Dinda gadis yang berprofesi sebagai seorang dokter umum itu kini sedang berada di mana semua pelaku kejahatan baik kecil maupun besar berada.
Hatinya tercubit saat melihat orang yang ia sayangi harus berada di salah satu tempat di mana seharusnya tidak ia tempati.
Tidur dengan alasan tikar tanpa selimut dan bantal, dengan nyamuk yang selalu menggangu tidurnya.
Muka keempat pria di sana tampak sangat kacau dan penuh lebam bahkan belas darah masih ada di sidut bibir dari salah satu dari mereka.
"Kamu baik-baik aja kan?" tanya Dinda saat sudah bertatap muka langsung pada sang adik.
"Aku gak apa-apa kak, jangan khawatir."usaha Rey menenangkan kakaknya itu yang mulai menitikkan air mata.
"Gimana gak khawatir! Liat ini kenapa kok bisa berdarah sih!"ujar Dinda.
Dinda mengeluarkan P3K dari tasnya dan mengobati luka yang ada pada sudut bibir sang adik.
"Biasalah kerjaan cowok,"Rey menatap lembut manik mata Dinda memberi ketenangan di sana agar sang pemilik tidak tertekan akan keadaannya saat ini.
"Jangan seperti ini Rey, kakak gak bisa liat kamu kayak gini,"kata Dinda di susul Isakan demi isakan yang terus keluar dari bibir mungil Dinda.
"Iya kak maaf, jangan nangis dong kan jadi jelek noh noh."kata Rey menyesal dengan di akhiri cubitan pada hidung Dinda yang membuat Dinda kesal.
"Kakak serius ya!"
"Jangan serius-serius aku gak sanggup."
"Rey gila!"
"Ihh ngomongnya kok gitu, emang kakak mau aku gila?"tanya Rey yang di balas gelengan oleh Dinda. "makannya, lagian masa ganteng gini di bilang gila."
"Kamu gak ganteng ya Rey gantengan juga Aris,"kata Dinda sepontan.
"Aris? Siapa tu?"tanya Rey penasaran.
"Ehh itu, hemm anu bukan siapa-siapa kok."jawab Dinda gugup.
"Hayo siapa tuh, pacar ya? Cieee udah ada pacar cieee."
"Apaan sih bukan pacar aku tau."
"Ciee gak mau ngaku ciee,"
"Rey ihh jangan jahil deh,"kesel Dinda sambil menundukan wajahnya.
Deg!
Rey mematung saat melihat Dinda yang saat ini menundukan wajahnya yang saat ini sedang tersipu malu.
Sekelebat bayangan wajah itu tiba-tiba membuat hati Rey sedikit perih. Wajahnya yang bersemu, tawanya, senyumnya semua itu melintas hingga air mata itu.
Tubuh Rey kaku saat mengingat kenangan bersama gadi-ahh wanita maksudnya.
"Rey kucingnya bagus ya?"
"Rey liat-liat matanya gerak, ihh lucu tau."
"Gak mau Rey ini punya aku!"
"Apaan sihh! Jangan cium-cium dong"kata seorang cewek kesal.
"Kenapa?"
"Yah, gak boleh lah bukan muhrim tau."
"Ya udah."
Dahi wanita itu tertekuk saat mendengar jawaban Ray yang tidak jelas itu.
"Ya udah apa? "
"Ya udah abis ini aku bakal jadiin kamu muhrim aku, biar aku bisa cium kamu sepuasnya,"kata Ray dengan santainya.
Wanita yang mendengar hal itu langsung menunduk, menyumbunyikan pipinya yang tambah merah dan senyumnya yang tidak bisa ia tahan.
"Rey ihhh kamu kenapa sih,"
Rey terperanjat saat merasakan tepukan pada pipinya, di liatnya Dinda yang memasang wajah cemberut di depannya.
Apa ini? Kenapa? Tidak! Kenapa ia harus memikirkan wanita murahan itu.
"aku gak apa-apa kok Kak," kata Rey.
"Yakin?"
"Iyaaaaa,"jawab Rey sambil mencubit wajah Dinda.
"Gak usah cubit-cubit sakit tau!"
"Bodo, wlee."
"Ugh Rey mah resek,"
"Iya deh iya gak maaf ya pacarnya Aris,"goda Rey lagi.
"Apaan sih,"
Rey tertawa saat melihat Dinda yang tersenyum malu-malu itu.
"Udah ah Rey,"rengek Dinda saat Rey terus menggodanya. "Rey kakak pulang ya udah abis jamnya. Rey jaga diri baik-baik jangan banyak ulah, jangan cari masalah ok."nasihat Dinda yang hanya Rey anggukin aja.
Dinda mencium kening Rey sebelum Rey di masukan kedalam sel tahananya, ia menatap sedih sang adik tapi sebelum ia benar-benar pergi ia paksa senyum untuk menyemangati adik kesayangannya itu.
....
"Ngapain lo kesini?! Mau ngetawain gua?!" ujar seorang pria berbaju khas seorang tahanan itu. "puas lo! Puaskan lo liat gua kayak gini! Diam di tempat kayak gini!"
Pria itu terus mengeluarkan unek-unek yang ada pada hatinya terlihat jelas amar yang terpancar pada mata pria itu sedangkan orang yang di depannya itu hanya menatap datar seolah tidak terganggu sama sekali.
Tidak ada wajah simpati, hinaan atau apapun datar cuma itu ekspresi yang di tunjukkan.
"Lo lebih belain sahabat lo dari pada gua! Gua tau lo benci gua tapi kenapa lo tega ha! Lo tega bikin gua harus tinggal di sini!"
"Itu karena kesalahan lo,"kata cowok yang sedari tadi hanya diam.
Brak!
"Kesalahan gua?! Lo tau! kalau lo gak ngasih rekaman itu gua pasti bebas dan gak akan pernah ada di sini!tapi lo malah sok jadi pahlawan ha! Ini semua salah lo!"amuk pria itu.
"Lo lebih memilih orang asing itu di mana hati lo ha! Abang macam apa lo itu!"
Pria itu mencengkram kerah baju cowok yang menjadi lawan bicaranya itu yang membuat dua petugas polisi menghampirinya dan menyeretnya agar kembali ke sel tahanan.
Sedangkan cowok itu, ia menatap kepergian saudaranya dengan pandangan yang sulut untuk di artikan.
Dan pergi tanpa ada satu katapun yang ia keluarkan seakan tidak ada perasaan apapun yang ingin ia keluarkan dan katakan.
Gak jelas ya guys ceritanya🤣🤣🤣 maaf emang gitu sih bisanya mohon kerisnanya ya mksh😘
KAMU SEDANG MEMBACA
StrunggleDie {Revisi}
Aktuelle Literatur[(UP SETIAP HARI)] MULAI dibulan Juli tepatnya 1 juli ini, aku ikutan EVENT 35 HARI MENULIS bersamaaaa The Best Wattpad Writer dan Hydra Redaksi😊 Cerita ini akan menceritakan seorang gadis keturunan Indonesia-korea yang memiliki mata sipit seperti...