24

12 5 1
                                    

"DINDA!" seluruh orang yang ada di villa itupun menghampiri Dinda yang kini menangis di dalam dekapan Aris.

"Kenapa bisa sampe jatuh?" Aris merenggangkan pelukan Dinda dari tubuhnya, di tatapmya Dinda dengan raut yang kentara khawatir.

"A-aku gak tau ... Tadi tiba-tiba ada yang dorong aku." jelas Dinda dengan sesegukan.

Dia tidak menyangka akan terjadi seperti ini, siapa orang yang berniat mencelakainya? Dan kenapa?

Jika bukan karena Aris yang datang tepat waktu mungkin nyawanya sekarang sudah melayang.

"Ya sudah sebaiknya kita masuk kedalam saja,"ujar Dandi yang tidak tega melihat kondisi Dinda.

Aris mensetuju hal itu, ia langsung mengangkat tubuh Dinda dan membawanya kedalam Villa yang lebih nyaman dan aman pastinya.

Dinda yang melihat raut khawatir dari Aris merasa senang, ada untungnya dalam kejadian ini dengan ini ia bisa melihat bahwa Aris peduli padanya.

"Ngapain main di pinggir jurang?" tanya Aris dengan nada dingin.

Dinda termenung mendengar nada bicara Aris yang tidak seperti biasanya, berkesan dingin dan amarah yang membuat Dinda menunduk takut.

Aris meletakan Dinda di sopa yang tersedia di dalam Villa, ia menatap Dinda yang terus menindukan kepalanya.

"Kamu tau itu bahaya?" tanya Aris lagi yang di anggukin oleh Dinda.

"Aku bicara sama kamu Din, tatap aku kalau sedang bicara aku tidak suka di abaikan." Dinda mematung saat wajahnya dengan Aris sangat dekat bahkan Dinda dapat merasakan aroma mint dari nafas Aris.

"Jangan ulangi lagi, aku takut kamu kenapa-kenapa," suara Aris terdengar lirih dan syarat akan ketakutan.

"Maaf," dari sekian kata yang ada cuma kata maaf yang bisa Dinda berikan, ia merasa bersalah kepada semuanya terutama Aris.

....

Hari terus berganti setelah insiden Dinda pada malam itu, Aris kini menjadi cowok yang siap siaga di dekat Dinda.

Jika Dinda bertanya akan kelakuakan Aris, cowok itu akan menjawab dengan santai.

"Aku gak mau kamu kenapa-kenapa, karena itu menyakitkan buat aku." Dinda tersenyum kala mengingata kata-kata itu keluar dari mulut cowok yang ia suka.

Apa Aris masih mencintainya?

Dinda tidak bisa membayangkan jika memang itu benar, ia sangat bahagia jika emang itu nyatanya karena Dinda juga suka padanya.

Kini Dinda dan rombongannya sedang menyiapkan makan siang untuk mereka, setelah tadi berjalan-jalan di sekitaran Villa sekarang mereka memutuskan untuk mengisi stamina.

Dinda menatap makanannya dengan lapar, sedari tadi perut Dinda terus berbunyi untuk saja tidak ada yang mendengarnya kan bisa malu.

"Jangan di liatin aja Din di makan,"ujar Aris yang sidah duduk di sampingnya.

"Au nih lo gak bakal kenyang kalau tuh makanan di liatin doang," celetuk Putri.

"Noh makan Aa Aris nya takut lo sakit," goda Bayu yang membuat semua orang tertawa sedangkan Dinda hanya menunduk malu.

"Makan," Dinda mendonggak saat melihat sendok yang berada di depannya.

"Aku bisa makan sendiri kok Ris," kata Dinda mencoba mengambil sendok dari tangan Aris tapi Aris malah menahan tangannya.

"Makan Din," seru Aris lagi yang membuat Dinda memakan makanan yang Aris suapi.

"Astagfirullah ingat disini masih ada kita-kita woy!" Aris menatap kearah Mawar yang berteriak histeris.

Yang membuat teman-teman yang lain menata kearah Aris dan Dinda, ada yang menggoda ada juga yang senyum-senyum sendiri.

"Apaan sih lebay lo." tukas Dinda ketus pada Mawar.

"Ya selow atuh neng," kata Mawar yang di akhiri kekehan.

"Udah ihh sekarang waktunya makan." Dendi mengitruksi yang membuat semuanya diam dan melanjutkan makan begitupula Dinda dan Aris.

Sedang asik betkutat dengan makanan masing-masing tiba-tiba Aris menatap kearah Dinda yang terlihat gelisah di tempatnya.

"Kamu kenapa Din?" tanya Aris khawatir.

"Gak tau, kerongkongan aku sakit banget." lirih Dinda sambil memegang kerongkongannya.

Aris dengan sigap memesan air hangat untuk Dinda, dan setelah sampai ia langsung memberikannya pada Dinda.

Dindapun langsung meminum air hangat yang Aris berikan padanya.

"Masih?"  tanya Aris yang di angguki oleh Dinda bahkan sekarang Dinda sudah menangis karenanya.

Tengku yang melihat Dinda menangis langsung menghampiri meja yang di duduki oleh Dinda dan Aris ia menatap Aris seolah bertanya ' kenapa'.

Aris pun menjelaskan semuanya pada Tengku, hingga kini semua teman-temannya menghampiri Dinda.

Aris melihat mangkuk makanan yang tadi Dinda makan, sebelum ia pergi.

"Udang?" gumam Aris.

Arispun langsung menghampiri mobil yang sudah terisi oleh teman-teman Dinda, ia memeluk Dinda yang terus menangis kesakitan.

"Kenapa bisa ada udang di makanan Dinda?" tanya Aris dingin yang di jawab gelengan semua orang.

Aris menatap tajam semua yang ada di mobil membuat semuanya bungkam, mereka tau saat ini Aris sedang sangat marah.

Jujur mereka saat ini sangat takut dengan tatapan mata Aris yang seakan ingin menerkam mereka padahal dulu mereka sering membulky Aris.

Aura Aris sekarang berbeda dengan yang dulu, dia sangat menyeramkan apa lagi hal yang menyangku Dinda ia akan sangat menyeramkan

Merekapun memilih diam karena  tidak tau harus gimana, karena mereka juga gak tau kalau ada udang di makanan Dinda karena mereka semua tau Dinda itu alergi terhadap Udang.

Bayu melajukan mobil dengan kecepatan tinggi karena suruhan Aris hingga mereka sampai di rumah sakit terdekat.

StrunggleDie {Revisi}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang