PERJALANAN AKHIR

20 1 0
                                    

Pohon itu,dengan dedaunan yang bergoyang.
Rumput itu,tertarik-tarik oleh kawanan domba yang tengah mengisi asupan
Menjadi pandangan aksaku yang nampak tak bernyawa.
Pikiranku melalang buana.
Dan hati ini merasakan gamang.

Hingga saat kurasakan anila berhembus,menerbangkan suraiku yang tergerai,saat itulah kilas balik memori kehidupanku menghampiri raga ini.
Bagaikan agon yang terus terulang dan terus menghantuiku.
Pikiranku merasakan galawala yang mendalam.
Hati ku merasakan aspiran yang berkibar hebat.
Dan tubuhku seperti merasakan barah yang terorek oleh sebuah bahri tajam nan mematikan.

Bayangan kesakitanku.
Rintihan tangis suaraku.
Raungan permohonan milikku.
Terus mengisi setiap ruang kosong dalam pikiranku.

Dalam setiap kesakitan,tangisan,dan setiap raungan. Hanya satu yang selalu terpikirkan oleh ku;
Yaitu,kenapa?
Hanya pertanyaan "kenapa?"
Namun tak ada satupun yang bisa memberikan jawabannya untukku.

Semua orang nampak tak peduli.
Semua orang nampak tak bersimpati.
Ini benar-benar tidak adil untukku.
Ini benar-benar menyakitiku.

Aku menyerah.
Aku tak sanggup.
Dan aku sungguh putus asa.

Pada siapakah aku berhak mengetahui jawaban atas pertanyaan ku?

Namun,
Ditengah keputusasaanku,aku mendapat setitik harapan.
Harapan kepada siapa aku berhak mengetahui sebuah alasan atas jejal kehidupanku.

Kini,aku tahu kemana harus ku dapat segala rahsa tersembunyi dalam hidup ku.

Dan saat suara nyaring lonceng kereta berdengung keras,saat itulah kulangkahkan kakiku dengan perlahan namun pasti.
Dengan senyum disertai beningnya air mata, aku berhenti, menolehkan kepalaku kebelakang dan mendapati bahwa semua hal yang kuharapkan tak akan pernah terjadi.

Memangnya apa yang kuharapkan?
Berharap bahwa mereka akan kemari?
Mengejarku dan berteriak memanggil namaku,begitukah?

Maka terus saja lah kau bermimpi,Azura!!!

Mereka tak akan pernah kemari!
Mereka juga tak akan pernah meneriakkan namamu!
Bukankah selama ini mereka bahkan tak sudi melirikmu?
Bergosip tentang dirimu saja mereka merasa jijik.
Apalagi menyebut namamu dalam frekuensi suara yang menggelegar.
Itu tidak mungkin dan mustahil.

Sudah cukup bermimpinya untuk hari ini Azura!!
Sudah cukup!!

Lagi,aku kembali melangkahkan kakiku dengan pasti. Membuang semua mimpi dan harapan yang telah kurancang sebagai masa depanku di tempat ini.
Tempat ku melihat dunia pertama kali.
Tempat ku mengetahui betapa beruntungnya dan menyesakkannya kehidupanku dalam waktu yang bersamaan.
Dan tempat yang menjadi impian ku mendapatkan cinta dari mereka.

Langkahku terhenti, tepat ditempat dimana sudah seharusnya ku berada.

Suara dencitan rel kereta bersama roda besi kereta berbunyi dengan begitu nyaring.
Namun,panca runguku tak merasakan gangguan yang berarti.
Aku malah menikmatinya.
Ini terdengar menyenangkan.

Bersama anila yang semakin behembus kencang,kupejamkan mata dengan tetes bening air mataku yang terus mengalir dan tak terbendung.
Bibir ini menyunggingkan sebuah senyum kelegaan dan ke dua lenganku terlipat sempurna di depan dadaku seraya memeluk diary keluh kesahku.

Sayup-sayup aku seperti mendengar teriakan dengan suara yang sangat ku kenal.

"AZURA"

"AZURA. STOP IT!!"

"AZURA. KUMOHON JANGAN!"

Aku pun mengernyitkan dahiku.

Merasa bingung dengan suara-suara yang ku dengar.

Hingga sebuah godam nampak begitu nyata menghantam keras kepalaku.
Menghantarkan sebuah kesadaran disertai sebuah bisikan menyakinkan.

"Bodoh!! Mereka tak mungkin mengejarmu. Mereka membencimu. Ingat itu!!"

Bisikan itu terus menari-nari dalam pikiranku.
Terus berputar seperti kaset rusak.

Sedangkan,hati nuraniku terus percaya bahwa itu memang mereka.
Mereka yang membenciku.
Mereka yang tak pernah sudi menyebut namaku meski dalam sebuah gumaman.
Kini,mereka tengah meneriakkan namaku dan berusaha mencegahku.

Mereka.
Ya mereka

Suara teriakan itu semakin kuat dan semakin memenuhi rongga telinga ku dengan keras.

Dan....

Dengan ragu, kubuka mataku lalu kutolehkan kepalaku kesamping.
Kini, aku melihat mereka.
Tengah berlari mengejarku.
Semakin mendekat
Dibersamai suara teriakan namaku yang keluar dari mulut mereka.

Oh ya Tuhaaaannn!!!
Ini seperti mimpi.

Akhirnya,aku menyunggingkan senyum kepada mereka dan indra runguku sempat mendengar sebuah kalimat menyakinkan;
"Kembalilah dan aku berjanji semua akan baik-baik saja"

Namun,kata-katanya tak mampu kuturuti karena semua sudah terlambat untukku kembali.

Tepat setelah ku mendengar kalimat darinya,sebuah benda yang begitu keras dan kuat menghantamku dengan begitu cepat.

Tubuhku terlempar begitu jauh karena aku merasa tubuhku melayang begitu saja.

Diary ku terlepas dan entah terbang kemana.

Hingga akhirnya tubuhku mendarat dengan begitu menyakitkan dan terasa sangat menyiksa.

Mereka semakin berteriak

Suara mereka semakin heboh

Dan aku sudah merasa lega.

Mereka mengejar ku.

Ya.

Mengetahui hal itu saja sudah membuncahkan kebahagiaan dalam diriku.

Aku mencoba menggerakkan setiap sendi gerak dalam tubuhku. Namun,semuanya percuma.
Semua ruang gerakku telah berakhir.
Setiap panca ku nampak tak berfungsi seperti seharusnya.
Semua organ dalamku memberontak menginginkan kebebasan.
Namun hati ini nampak terdiam tenang dengan perasaan bahagia yang membuncah.

Aksa ku pun menangkap bayangan seorang pria.

Ia berdiri dengan begitu gagahnya disamping tubuhku yang hanya mampu meringkuk tanpa bergerak sedikit pun.

Pria itu membawa sebuah bahri yang tersampir dibalik punggung tegapnya.

"Ikutlah denganku, dan kau akan mengetahui apa saja yang ingin kau ketahui. Tuhanmu sudah menunggumu"
Suara nya terdengar begitu berwibawa sebelum akhirnya aku menutup mata dan merasakan bahwa semuanya telah gelap.

Semuanya benar-benar telah berakhir dan kelegaan menyergapku begitu saja ketika aku mengetahui semua alasan atas satu pertanyaan ku.

E

ND

CERITAKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang