Taeyong menunggu Jaemin di depan rumah sakit, memfokuskan matanya terhadap jalan. Mencari mobil bermerk Audi rs7 dengan warna Nardo Grey.
Tin
Suara klakson dari arah belakang membuat Taeyong memutar balikan badannya. Itu Jaemin yang menjemputnya dengan arah yang berbalik saat Taeyong menunggu.
Taeyong melihat adiknya membuka kaca mobil dengan perlahan. Taeyong sungguh kesal! Jika Jaemin datang lewat pintu belakang, mengapa ia tidak memberi tau Taeyong dan membiarkan Taeyong menunggunya seperti idiot?.
"Mengapa kau lewat belakang?"
Jaemin mendengus, "Dekatnya lewat situ. Cepat masuk, ibu menunggumu". Taeyong memutar malas bola matanya dan langsung membuka pintu depan, mendudukan dirinya sambil melihat balik Jaemin yang memandang wajahnya dari kaca tengah.
" Mengapa menatapku seperti itu?" Tanya Taeyong sinis, namun itu tidak membuat adiknya membuang tatapan matanya. Justru adiknya itu membalikan tubuhnya dan mengamati wajah Taeyong dengan serius.
Jaemin menyentuh dagu Taeyong, menggerakan wajah sang kakak ke sisi kanan dan kiri, agar ia bisa lebih jelas melihat keadaan wajah Taeyong. "Ada apa dengan wajahmu? Mengapa dipenuhi dengan bekas luka? Dan... Kulit bibirmu terkelupas, hey itu kenapa!".
Jaemin sedikit membentak saat diakhir kalimatnya. Membuat Taeyong menundukkan kepalanya takut. Adiknya ini cukup cuek dan pendiam, tapi jika tau seperti ini apa ada yang bisa menjamin kalau Jaemin akan diam saat kakaknya terlihat sangat kacau?.
Taeyong menepis tangan Jaemin, berpura-pura jika dirinya baik-baik saja. " Ah.. I-ini aku... Kepentok tembok, iya kepentok. Dan bibirku terkelupas karena... Eumm karena lupa memakai lip---"
"Ck, orang bodoh mana yang percaya jika itu kepentok tembok? Kau sengaja mementokkan wajahmu itu?. Aku tidak percaya, itu pasti luka dari tangan manusia dan... Luka di rahang kirimu melintang, apa ini bekas cambukan dari ikat pinggang?".
Taeyong lagi-lagi gelagapan, otaknya bekerja keras mencari elakkan. Sungguh Jaemin terlihat menyeramkan! " T-tidak Jaem, sebaiknya kita jalan sekarang. Kau bilang ibu sudah menungguku, kan?".
Jaemin menghela nafasnya dan mengangguk perlahan, ia menyetir dengan fikiran yang berkecamuk. Otaknya beradu dengan cukup keras, memikirkan apa yang sedang terjadi dengan kakak nya itu.
-I Regret You-
Lelaki dengan mata boneka itu membuka pintu rumahnya dengan kencang. Ingin sekali rasanya ia berlari menerobos pintu rumahnya dan memeluk kedua orang tuanya dengan erat. Melampiaskan kerinduannya kepada kedua orang yang sudah merawatnya semenjak kecil itu.
"Ibu" Taeyong sedikit berteriak, langkahnya terhenti saat melihat seorang wanita menggunakan baju lengan panjang bermotif bunga-bunga serta celana beludru berwarna biru dongker menuruni tangga. Mata besar Taeyong berbinar, kaki panjangnya berlari dengan pelan untuk memeluk tubuh sang ibu.
"Ibu, aku merindukanmu"
Lee Bo-Ah atau yang biasa disebut BoA mengelus punggung mungil milik anak pertamanya itu. "Ibu juga merindukanmu. Bagaimana keadaanmu?".
Taeyong melepas pelukannya, menatap wajah sang ibu dengan sendu. Apa kondisi nya saat ini bisa dibilang baik? Atau... Benar-benar sangat baik?.
" Aku... Baik, ibu. Bagaimana dengan ibu?"
"Sangat-sangat baik. Tunggu, wajahmu... " Tangan BoA menyentuh wajah penuh luka itu. Banyak bekas luka mulai dari yang berbentuk lingkaran hingga yang melintang cukup panjang dibagian rahangnya.
"Ah... Ini... A-aku terjatuh dari tangga yang menye----"
"Kau bilang padaku kepentok tembok, sekarang kau bilang pada ibu jatuh dari tangga. Oh, apakah sekarang kakak-ku yang dikenal sebagai orang jujur sudah mulai berbohong, hm?" Penjelasan Taeyong terpotong saat Jaemin datang dari pintu dan memotongnya dengan sengaja.
Sungguh, situasi saat ini membuatnya bingung. Haruskan ia jujur, jika Jaehyun telah menyiksanya? Haruskah ia meminta bantuan ibunya untuk mengurus surat perceraian nya dengan lelaki berlesung pipi itu?.
BoA menghela nafasnya, tangannya terulur untuk menarik Taeyong ke sofa di ruang tengah mansion milik keluarga Lee itu.
"Ceritakan apa yang terjadi dan ibu akan membantumu".
Wajah Taeyong yang terlihat ragu membuat BoA lagi-lagi hanya menghela nafasnya.
" Ada apa denganmu? Mengapa susah sekali untuk jujur? Aku dan juga ibu adalah keluargamu jika kau lupa, kak" Penuturan Jaemin membuat Taeyong dengan cepat menolehkan kepalanya.
"Kau tidak mengerti, Jaem. Kau hanya ingin tau tan---"
Jaemin bangkit dari duduknya, lalu menatap Taeyong dengan tatapan yang sulit diartikan. "Apa yang tidak kumengerti? Aku sudah bukan Jaemin kecilmu, kak. Aku sudah dewasa. Jadi, bagian mana yang tidak ku mengerti? Jujur saja itu perbuatan siapa, maka aku akan menghajar habis manusia yang telah merusak wajah kakak-ku. Aku berjanji. "
Eyyoooo! Lama banget aku ga on wp, baru mulai aktif sekitar kemarin atau dua hari yang lalu aku update ff baru aku. Aku lupa wkwk
Oiya, FYI aja disini Jaemin itu straight, ok? Jangan marah kalian! Tapi tetep ada Jeno kok, and always Jeno will be a partner of Lee Jaemin!
Jangan lupa follow ig aku, karna banyak informasi tentang wattpad yang lebih berkualitas gitu haha.lol
See u💕