19

9.2K 840 92
                                    

Seorang lelaki tinggi bersurai hitam datang menghampiri Taeyong dengan cepat. Tangan panjangnya terulur untung mengelus punggung Taeyong bermaksud membuat lelaki yang lebih tua itu tenang.



"Jangan terlalu difikirkan omongan Jaemin. "



Taeyong mendongak menatap Jeno dengan sendu. Ia langsung mendekap tubuh berotot milik Jeno, menyelesaikan tangisnya di dada bidang lelaki yang lebih muda.



"Hikss... Jen, apa aku sebodoh ini hingga Jaemin membentak ku seperti itu? Hikss... Ini kali pertamanya dia marah sebesar ini denganku, Jen... Aku mencintai Jaehyun hikss. "



Jeno mengeratkan pelukannya kepada Taeyong. Ia mengelus kepala Taeyong dengan lembut. "Stt... Ini bukan salahmu, ini salah suamimu. Dia tidak tau cara menjaga berlian yang hampir punah seperti kakak." Jeno melepaskan pelukannya dan menatap mata Taeyong yang sudah sedikit bengkak akibat menangis. "Kak, lihat seberapa indah dan istimewanya kakak. Jarang ada seseorang yang masih sangat mencintai orang yang telah menyakitinya berkali-kali. "



Taeyong menghapus air matanya dan mencoba untuk tersenyum atas motivasi yang Jeno berikan kepadanya. "Jen, Terima kasih atas motivasi yang kau berikan. Tapi... Apakah ada baiknya jika aku menceraikan Jaehyun? "



"Jangan, kak. Jangan terburu-buru karena emosi, jangan biarkan ego kakak ngambil alih semuanya. Perlahan namun pasti, akan ada waktu untuk kakak menyelesaikan semuanya. Namun, bukan sekarang dan sekarang adalah waktunya kakak untuk bangkit, tunjukkan kepada suami kakak bahwa kakak pantas menjadi istrinya dan pantas menjadi satu-satunya. "



Taeyong mengangguk sebagai jawabannya, ia sungguh merasa bersyukur memiliki seseorang sebaik Jeno. Ia berharap semua omongan yang Jeno berikan kepadanya dikabulkan oleh Tuhan. Ia hanya ingin merasakan kebahagiaan dalam rumah tangganya. Sekali saja, jika boleh.

-I Regret You-


Jeno menghampiri Jaemin yang masih tertunduk di meja kantin. Ia menghela nafas dan menepuk pundak sang sahabat, membuat Jaemin mendongakkan kepala kearahnya.



"Tidak seharusnya kau membentak kakakmu seperti itu. "



Jaemin terkekeh pelan, rahangnya ia gertakan, menatap lelaki yang ada di depannya dengan tajam. "Kau jelas tau bagaimana perasaan orang yang sedang kecewa, Jen. Aku kecewa dengan kakakku sendiri, ia berbohong demi lelaki brengsek seperti itu, menutupi lukanya rapat-rapat tanpa ingin memberi tau siapapun. Bahkan, aku keluarganya tidak dikasih tau. Sebenarnya apa yang ada di otaknya hingga membiarkan dirinya tersakiti seperti ini? "



"Mungkin ia hanya butuh waktu untuk menceritakan semuanya kepadamu. "



Jaemin hanya membuang wajahnya. Sangat terlihat dari sirat mata berwarna coklat gelap itu tanda amarah dan kekecewaan yang besar seorang Jaemin. Ia ingin melampiaskan semuanya ke seseorang, entah itu meninjunya, menendang, bahkan membunuh. Ia ingin sekali melakukan itu.



Jeno yang melihat raut wajah Jaemin, lantas melempar sedotan ke kepala sahabatnya itu. Ia sangat tau bagaimana wajah Jaemin jika sedang marah dan ia juga tau apa yang akan di lakukan pria bermarga Lee itu untuk melampiaskan emosinya. "Tahan amarahmu, brengsek. Ayo ikut aku membeli barang di Mall. Jangan sampai kau membunuh orang disekitar. "



Jaemin yang ditarik hanya dian dan menuruti Jeno yang ingin membawanya entah kemana. Ia butuh refreshing untuk otaknya dan beberapa batang rokok untuk melepaskan kepenatannya.

-I Regret You-

Taeyong hanya berdiam diri di ruangannya. Ia bosan dan ingin sekali pergi bermain, atau... Mengelilingi mansion milik suaminya, ia rindu dengan isi mansion itu termasuk suaminya. Walaupun belum ada sehari ia tinggalkan, namun rasa rindunya kepada Jaehyun semakin berkembang setiap detiknya.



Cklekk



Suara pintu terbuka membuat lamunan Taeyong buyar. Ia mengalihkan pandangannya kearah pintu dan matanya menemukan Lucas berdiri disana dengan setelan jas formal.



"Mengapa kau bisa tau aku disini? " Tanya Taeyong sembari memperhatikan Lucas yang sedang meletakkan beberapa kantong plastik di meja.




"Saat kau menyuruhku untuk membereskan kekacauan di mansion, aku langsung bergegas dan menemukan Haechan berbaring di depan rumah sedangkan Jaehyun ada di dalam dengan keadaan wajah yang cukup parah. Aku bertanya kepadanya dan ia bilang bahwa ini ulahmu, aku langsung pergi kerumahmu untuk mengecek kondisimu, ternyata kau di rumah sakit. Ibumu memberi tahu ku, ia akan kesini malam nanti untuk menginap. "



Air mata Taeyong perlahan menetes mendengar penjelasan Lucas. Jaehyun bilang bahwa ini semua ulahnya? Ulah Taeyong?. "Saat Jaehyun bilang ini ulahku, kau bergegas ke rumahku untuk memarahiku dan meninggalkan ku dalam kesendirian lagi, kan? Sekarang kau boleh pergi, Cas. Terima kasih semua yang telah kau berikan kepadaku, aku terharu. "



Lucas mengerutkan keningnya, ia bingung mengapa Taeyong berbicara seperti itu. "Apa yang kau bicarakan? Aku tidak ada niat untuk meninggalkan mu dalam kondisi seperti ini. Dengar, aku khawatir kepadamu, aku memikirkan keadaanmu sepanjang waktu. D-dan mengapa kau bisa berbicara omong kosong seperti itu? "



Taeyong menoleh cepat kearah Lucas. Matanya menatap dalam ke manik Lucas yang juga menatapnya. "Cas, aku mencintai Jaehyun. Sangat mencintainya, namun mengapa ia jahat kepadaku. Apa salahku?"



Lucas tersenyum hangat. "Kak Jaehyun pun mencintaimu. Ia hanya belum sadar dengan semuanya dan asik menikmati permainan hidupnya. Pemikirannya masih kekanak-kanakan untuk memikirkan masa depan. Kau tau? Kau adalah lelaki mungil manis yang sangat sangat sangat baik hingga membuat banyak seseorang terpikat padamu. Jika nanti Jaehyun masih belum sadar atas semuanya, lebih baik kamu pergi dan lepaskan Jaehyun. Sebab, ada banyak orang yang menanti dan menunggumu di luaran sana. "



Taeyong kembali menangis haru. Ia memeluk erat tubuh Lucas, menumpahkan tangisannya sama seperti yang ia lakukan sebelumnya dengan Jeno. Ternyata, ada dua orang yang masih sangat baik kepadanya.



Lucas melepaskan pelukannya dan menatap Taeyong dengan senyum. "Kau sudah makan? Aku membawakan bubur untukmu. "



Taeyong mengangguk lucu. "Mau, tapi... Bisakah kau menyuapi ku? Kedua tanganku sedikit kaku dan susah digerakkan. "



Lucas tertawa pelan dan membuka plastik yang ia bawa tadi. "Dengan senang hati, kakak ipar-ku. "










Eyyyoooooo! maapin aku ga update kemarin:( otak ku ngebul banget huhuuu.

Oiya kayanya dikit lagi tamat deh wkwk, kalian maunya aku bikin happy ending apa sad ending gais? Komen ya!

Jangan lupa follow ig aku!

See u💕










I Regret You | JaeYong • ongoing✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang