Sudah hampir dua minggu lebih Taeyong dirawat dirumah sakit, kini keadaan pria cantik itu mulai membaik. BoA memaksa Taeyong untuk menginap di mansion nya beberapa hari; mengingat keadaan Taeyong belum sepenuhnya pulih. Beban yang dipikul oleh anaknya itu sungguh sangat berat dan beresiko.
"Istirahatkan dirimu, ibu akan memanggil jika waktu makan siang. "
Taeyong mengangguk pelan dan membawa kaki jenjangnya menaiki tangga. Saat ini ia hanya butuh kehadiran Jaehyun dan juga ayahnya. Sudah sangat lama ia tidak melihat pria paruh baya itu; terakhir bertemu saat pernikahannya dengan Jaehyun.
Menidurkan dirinya di kasur king size berwarna putih, menyandarkan kepalanya pada kepala ranjang. Mulutnya bergumam kecil, "Aku merindukanmu, Jaehyun. "
Setelahnya air mata menuruni mata indah Taeyong, mengalir dan membasahi pipi yang kini sudah mulai sedikit tirus.
Melihat wajah Taeyong saja, orang pasti akan tau seberapa besar masalah yang ada di dalam hidupnya. Wajahnya sungguh menceritakan kejadian kisahnya dengan Jaehyun, menyedihkan.
"Jaehyun, seburuk itukah aku untukmu? "
"Sebenci itukah kau kepadaku? "
"Apa salah jika aku berharap kau membalas perasaanku? "
Bibir mungilnya terus bergumam tak karuan. Menyebut nama sang suami di setiap katanya; hanya itu yang Taeyong bisa. Mengutarakan perasaan nya kepada angin yang tak terlihat dan kepada udara yang tak terdengar.
"Jaehyun, Jaehyun, Jaehyun, Jung Jaehyun. Suamiku, aku... Mencintaimu. "
-I Regret You-
Saat ini Taeyong sedang menikmati pemandangan yang ada di taman belakang mansionnya. Lima menit yang lalu ia menyelesaikan acara makan siang bersama sang ibu. Jaemin tidak ada dirumah sejak pagi tadi, mungkin masih sedikit kecewa dengan Taeyong.
Lagi, air mata jatuh menetes dari mata besarnya. Kali ini bukan karena Jaehyun. Melainkan dirinya sendiri. Taeyong merasa menjadi orang paling bodoh di muka bumi ini, sebodoh itu dirinya hingga ia menangisi diri sendiri. Ia tidak terlalu paham dengan rencana yang Tuhan berikan kepadanya, tentang bagaimana dia bisa menjalani semuanya dengan lapang dada, dan dengan bagaimana kehidupannya dimasa depan saat dirinya sudah kehilangan semuanya. Kehilangan Jaehyun dan juga Jaemin. Ia tidak bisa berfikir jernih.
Lelaki mungil itu hanya menantikan sebuah keajaiban; keajaiban bahwa Jaehyun juga mencintainya. Bukankah terdengar mustahil? Ya, sangat sangat mustahil.
Menghapus air matanya, Taeyong beranjak masuk kedalam mansion. Matanya menatap sang ibu yang sedang menikmati acara televisi.
Ia menduduki dirinya di samping BoA; memeluk ibunya dengan erat. Taeyong tidak ingin menumpahkan air matanya kembali, sudah cukup ia menangis dua kali untuk hari ini. Tapi... Mengapa air matanya harus turun saat ia memeluk sang ibu? Ia tidak ingin terlihat lemah di depan BoA.
BoA melepas pelukan Taeyong, tangannya menangkup pipi tirus sang anak. "Dengar, bertahanlah meskipun sulit dan maafkanlah meskipun sakit. "
"Bu... Hikss... Sebodoh inikah aku memperjuangkan seseorang yang bahkan menatap ku saja enggan, hiks... Bu, aku hanya ingin kebahagiaan, sekali saja, bu hiks... "
BoA mendekap Taeyong, air matanya juga lolos begitu saja saat melihat anaknya menangis dengan sedihnya. "Jangan pernah menyerah atas apa yang terjadi. Ibu yakin kau bisa menerimanya dengan ikhlas. Sebuah cobaan pasti ada jalan dan saat ini kau sedang berada di fase tersulitmu, sayang. Ibu yakin... Kebahagiaan akan berpihak padamu, nanti. "
KAMU SEDANG MEMBACA
I Regret You | JaeYong • ongoing✔
Krótkie Opowiadania[boyslove] [mpreg] [sadromance]