TERSESAT

148 23 0
                                    

Sinar matahari menembus jendela perpustakaan Izekiel. Izekiel menguap lebar sambil mengangkat kedua tangannya ke atas untuk peregangan. Badannya terasa pegal karena tertidur dalam posisi duduk di sofa. Dia tersenyum senang mengawali hari dengan penuh semangat karena yang pertama dilihatnya saat membuka mata adalah wajah Athanasia.

Athanasia masih tertidur pulas, kepalanya tetunduk di atas meja, posisi yang tidak nyaman untuk tidur. Mereka terlalu bersemangat membaca buku sampai tanpa sadar tertidur di sofa. Sinar hangat menyentuh matanya, membuatnya matanya berkedip-kedip karena silau. Athanasia segera bangkit dan menatap ke depan, dia disambut senyum hangat dari Izekiel.

"Selamat pagi, Athy."

"Selamat pagi Izy."

Athanasia menatap penampilan Izekiel yang berantakan. Rambutnya acak-acakan, tapi wajahnya terlihat sangat tampan terkena sinar matahari pagi yang hangat.

"Apa kamu juga tertidur di sofa?"

"Yah, begitulah. Tapi kita berhasil membaca bukunya sampai halaman akhir."

Kesadaran Athanasia mulai kembali sepenuhnya. Melihat dari penampilan acak-acakan Izekiel seketika membuat Athanasia tersadar akan penampilannya. Dia Segera bangkit dari sofa menuju kamar mandi.

Athanasia menatap pantulan wajahnya dari cermin kamar mandi. Sisi mata yang menghitam karena kurang tidur, rambut yang super berantakan, penampilan memalukan itu bahkan dilihat oleh Izekiel.

Athanasia membasuh wajahnya, terasa segar, tapi tetap saja dia mengantuk. Mereka berdua hanya sempat tidur selama 2 jam. Bahkan di malam sebelumnya Athanasia tidak bisa tidur sama sekali.

Athanasia merasa malu sekali karena Izekiel melihat penampilan terburuknya. Dia mengurung diri beberapa saat di kamar mandi sampai Izekiel mengetuknya.

"Athy, apa kau baik-baik saja?"

"Aku tidak apa-apa, Izy"

"Baiklah. Aku hanya khawatir karena kamu tidak keluar sejak tadi."

"Aku tidak mau keluar karena malu."

Izekiel terkejut dengan jawaban Athanasia. Meski Athanasia berguman pelan, tapi tetap terdengar oleh Izekiel. Izekiel mengerti tentang kegalauan seorang wanita yang dilihat orang lain dalam kondisi buruknya. Karena dia juga pernah melihat Zenith seperti itu saat Izekiel tiba-tiba masuk ke kamar Zenith untuk membangunkannya. Zenith menutup wajahnya dengan selimut dan mengusir Izekiel dari kamarnya. 'Apakah gadis menjadi semalu itu saat orang lain melihat penampilannya saat bangun tidur?' Izekiel terheran tak mengerti jalan pikiran para gadis itu. Athanasia keluar dengan membelakangi Izekiel.

 Athanasia keluar dengan membelakangi Izekiel

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Athy, tidak perlu malu. Kamu selalu cantik seperti apapun penampilanmu."

"Jangan bohong, Izy. Kamu akan mengejekku kan!"

Izekiel menarik lembut tangannya dan mendudukkannya di sofa.

"Athy, coba lihat aku."

Athanasia menunduk karena masih malu. Dia tidak menghiraukan permintaan Izekiel. Izekiel menyentuh dagunya dan perlahan menegakkan kepala Athanasia ke arahnya. Namun, Athanasia menoleh ke samping.

"Kamu harus tahu, wanita akan selalu terlihat cantik di mata orang yang mencintainya."

"Meski saat dia sakit?"

"Ya, dengan wajah pucat sekalipun tetap terlihat cantik dari pandangan kekasihnya."

"Kamu serius?"

Athanasia baru berani menatap mata Izekiel. Izekiel mengangguk mantap mengiyakan.

"Apa aku terlihat sangat jelek saat ini?"

"Tidak, meski rambutmu berantakan, kamu tetap seperti Izy biasanya bagiku. Bahkan sinar matahari itu membuat penampilanmu jauh lebih tampan."

Athanasia tidak sengaja mengucapkan kalimat terakhirnya. Beruntung Izekiel tidak menanggapinya. Dia segera menuju kamarnya untuk mengambil anduk lalu pergi ke kamar mandi.

Izekiel termenung di depan cermin. Dia tersenyum mengingat pujian dari Athanasia. Sebenarnya dia bergegas pergi karena tidak ingin Athanasia melihat wajahnya yang memerah.

Seusai mandi, Izekiel membuka pintu kamar mandi. Ternyata Athanasia sudah menunggu giliran untuk mandi. Hari ini mereka sepakat untuk melatih sihir ruang Athanasia.

-----

"Apa kau yakin Izy? Sihir ruang jangkauannya jauh lebih luas dari sihir teleportasi. Kita bisa saja berpindah ke tempat yang sangat jauh."

Athanasia agak ragu mencobanya, tapi Izekiel memaksanya untuk tetap latihan. "Karena kita tidak akan tahu hasilnya tanpa mencoba." Begitulah jawaban enteng dari Izekiel.

"Ke mana pun asal bersamamu aku tidak keberatan."

Athanasia memutar bola matanya. Izekiel kumat lagi. Entah sejak kapan Izekiel jadi suka merayu. Athanasia menggenggam tangan Izekiel yang sedari tadi berdiri di sisi kanannya. Dia berkonsentrasi memikirkan sebuah tempat. Di dalam buku dijelaskan kalau sihir ruang hanya bisa digunakan ke tempat yang pernah dituju oleh penggunanya. Itu membuat Athanasia sedikit lega karena selama ini Athanasia hanya terkurung di istana. Jadi kalau pun salah tujuan, pasti Athanasia akan tetap tiba di sisi lain istana.

Portal terbuka di depannya. Athanasia pernah masuk ke portal sihir ruang Lucas sebelumnya, tapi sekarang dia sudah bisa membuka portalnya sendiri. Athanasia memberi isyarat kepada Izekiel, mereka melangkahkan kaki bersama-sama memasuki portal.

Berbeda dengan ruang di dalam sihir teleportasi yang putih seperti di kelilingi awan. Ruangan di dalam portal justru hitam pekat. Sangat gelap tanpa cahaya sedikit pun. Tubuh mereka terasa seperti terhisap semakin dalam. Lalu terhempas keluar portal. Athanasia lega karena mereka bisa tiba dengan cepat. Namun, dia terkejut melihat pemandangan di depan matanya.

 Namun, dia terkejut melihat pemandangan di depan matanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Gawat, kita salah tempat."

TBC....

Bagian Selanjutnya
CELAH

I'M A PRINCESS[Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang