SERANGAN KEDUA

151 20 0
                                    

Zenith terbangun di pagi hari, awan mendung menyelimuti langit enggan untuk pamit. Tidurnya sangat nyenyak karena sangat letih dengan acara kemarin. Seorang pelayan menyampaikan kalau sarapan sudah siap dan Roger sudah menunggunya di meja makan.

Zenith membilas wajahnya dengan air dingin yang begitu menyegarkan menyentuh kulit mulusnya. Dia memutuskan untuk tidak mandi terlebih dahulu karena pamannya sudah menunggu untuk sarapan bersama.

Setibanya di ruang makan, Zenith melihat hanya ada pamannya seorang yang duduk menantinya dengan sabar. Entah ke mana perginya sang Ayah di pagi buta seperti ini. Roger menangkap raut kecewa dari wajah keponakannya. Dia sendiri juga tidak tahu ke mana Anastasius pergi.

"Mungkin ayahmu ada keperluan di luar. Paling sebentar lagi juga akan pu...."

Belum selesai Roger mengucapkannya, Anastasius sudah berdiri tepat di belakang Zenith. Meski tidak menoleh ke belakang, Zenith tetap menyadari kehadiran ayahnya dari MANA miliknya.

"Selamat pagi, Putriku sayang."

Anastasius menyapa Zenith ramah sambil mencium kening putrinya.

"Selamat pagi juga, Ayah."

"Ayah baru saja dari pasar. Ini coklat untukmu."

Zenith menyambut pemberian ayahnya dengan mata berbinar. Ayahnya bahkan tahu kalau Zenith sangat suka coklat dan membelikan pagi-pagi sekali sebelum sarapan. Meski mereka tidak punya banyak waktu untuk bersama, ayahnya selalu memperlakukannya dengan sangat baik.

"Apa kau tidak bisa lebih lama lagi di sini?"

"Aku hanya meminta izin untuk membawanya sehari."

Roger menjawab dengan tegas pertanyaan yang ditujukan untuk Zenith. Dia tahu Zenith pasti ingin tetap di tinggal jika Anastasius membujuknya.

Seusai sarapan, Zenith mendapatkan sebuah surat dari istana. Dia sangat terkejut saat membacanya, surat itu sampai terlepas dari tangannya. Wajahnya dipenuhi keringat dingin sementara kakinya mulai gemetar.

Anastasius segera memeluk Zenith untuk menenangkannya. Roger dengan sigap mengambilkan air minum untuk Zenith. Tanpa bertanya dia mengambil surat yang terjatuh di bawah kursi Zenith. Roger juga menunjukkan ekspresi terkejut saat membacanya.

"Zenith memang harus segera pergi. Aku akan mengantarmu."

Zenith menunduk patuh, segera berdiri tergesa-gesa untuk berangkat. Anastasius memberikan sihir penenang kepada putrinya. Dia tersenyum penuh arti melepas kepergian putrinya.

-GERBANG ISTANA-

Zenith sudah ditunggu oleh para kesatria kerajaan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Zenith sudah ditunggu oleh para kesatria kerajaan. Melihat situasi yang buruk, Roger memutuskan untuk langsung pulang. Tanpa sempat beristirahat, Zenith dan para kesatria segera mencari Claude yang dikabarkan menghilang sejak pagi.

"Serangan kali ini sepertinya dilakukan oleh pelaku sebelumnya. Hanya saja dia serius dengan ancamannya. Bukan hanya menyerang Claude, dia bahkan menyembunyikannya di suatu tempat yang sulit dijangkau oleh para penyihir."

Tiba-tiba pandangan Zenith memudar hingga menyisakan hitam di sekelilingnya. 'Kemana perginya semua orang?' Zenith terus berjalan di dalam kegelapan. Kekuatan sihir barunya telah terbuka, yang terjadi saat ini adalah rohnya keluar dari tubuhnya menuju dimensi lain.

Zenith melihat ada seseorang dari kejauhan, dia berlari mendekatinya, dan ternyata orang itu adalah Claude. Seseorang memindahkannya ke dimensi lain yang hanya bisa dicapai oleh Zenith. Zenith meraih tangan Claude, lalu muncul cahaya terang di sekitar mereka. Mereka kembali ke tubuh masing-masing.

Tubuh mereka muncul di taman mawar Istana Emerald. Claude membuka matanya perlahan, kepalanya merasa sangat sakit seperti saat mendapat serangan pertama. Padahal dalam setengah tahun ini kondisinya sudah membaik. Dia tidak ingat apa yang telah terjadi padanya. Dia hanya menemukan Zenith yang memandang dengan cemas ke arahnya.

"Apa masih ada yang sakit, Paman?"

Zenith sudah berusaha sekuat tenaga untuk memberikan sihir penyembuh pada Claude, tapi Claude tetap terlihat kesakitan. Entah sihir apa yang menyerangnya sampai sihir penyembuh Zenith yang sudah sempurna tidak bisa menyembuhkannya. Satu hal yang membuat Zenith semakin heran.

"Siapa kamu? Kenapa berani-beraninya menyentuhku!"

Claude kehilangan ingatannya. Dia memerintahkan pengawal untuk mengusir Zenith dari hadapannya. Claude kembali ke Istana Garnet dengan dibantu Felix untuk berdiri. Felix memberi isyarat kepada Zenith untuk tetap tenang karena kondisi Claude sangat buruk.

 Felix memberi isyarat kepada Zenith untuk tetap tenang karena kondisi Claude sangat buruk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Claude mengurung diri sendirian di kamar. Dia mengerang kesakitan dan terus menopang kepalanya dengan tangannya. Sudah berjam-jam Claude tidak keluar. Dia memerintahkan agar tidak seorangpun menggangunya. Sakitnya terus bertambah seiring berjalannya waktu.

Sejak kejadian itu, hanya Felix yang berani mendekati Claude dan membujuknya untuk makan. Meski sering kali Claude berlaku kasar dengan menghamburkan makanan yang dibawa Felix, Felix tetap setia berada di sisinya.

Walau mereka hanya saudara sepersusuan, Felix sangat menyayangi Claude lebih dari nyawanya sendiri. Dia tahu sifat kejam Claude bisa saja membuat Claude mengakhiri nyawa Felix. Namun, Felix tetap mengambil risiko agar bisa merawat saudaranya dengan sepenuh hati.

Seminggu berlalu, kondisi Claude jauh lebih mengenaskan. Tubuhnya begitu kurus hanya tersisa tulang yang dibungkus kulit. Penampilannya sangat kacau. Penjagaan di sekitar istana diperketat, seluruh kesatria dan penyihir tidak ada yang berani keluar dari Istana Garnet. Mereka bertaruh nyawa untuk melindungi sang Raja.

Dan di tempat lain, Anastasius sedang tertawa terbahak-bahak melihat penampilan adiknya yang sudah seperti mayat hidup. Satu lagi rencananya berjalan dengan mulus.

TBC....

Bagian selanjutnya
SUKU AZ

I'M A PRINCESS[Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang