"Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya."
(QS. Al-Baqarah: 286).🍁🍁🍁
Terik mentari kian menyengat membuat tubuh orang orang menghangat. Kebanyakan sibuk mencari pelindung takut kulitnya menjadi kusam dan tak akan lagi disanjung.
Teori kuno yang masih di gunakan hingga kini, bahwa rupa dan harta penentu segala. Sebuah fakta bahwa penilaian Hamba memang lebih berupa daripada Sang Pencipta.
Mungkin jika teriknya di pagi hari tak terlalu masalah karena baik untuk tubuh. Pasalnya ini seperti di puncak teriknya. Panas yang menyilaukan mata bahkan sang angin pun tak ingin barang lewat saja. Membuat kadar panas lebih tinggi dari biasanya. Memang dari beberapa hari kemarin hujan tak kunjung tiba hanya musim kemarau yang menyapa mata.
Tak ada lagi keramaian di gerbang yang rela berdesak desakan hanya untuk pulang dan menikmati tidur siang. Kini hanya terlihat jalanan lengang yang dilalui beberapa orang.
Disamping itu, terlihat ekstrakurikuler basket yang tengah melakukan pemanasan. Padahal tanpa melakukan pemanasan pun tubuh mereka sudah hangat karena sinar mentari. Terdengar beberapa anak berceletuk karena jadwal yang buruk. Sebagian dari mereka pun memohon untuk pindah di lapangan indoor saja. Namun tak membuahkan hasil. 'Biar banyak berkeringat dan sehat' Alibi sang pelatih.Tak terkecuali dengan Clemira Zaina syafiqah. Gadis manis dengan lesung pipit disebelah kanan, Hijab putih dan setelan seragam putih abu. Tangannya menyeka keringat yang jatuh dari pelipisnya. Padahal koperasi sekolah tak ramai hanya ada tiga orang yang mengantri untuk print termasuk dirinya dan temannya Haura Hasna Chandani.
"Pa bro punya Za duluin ya udah ditunggu soalnya"
Zaina melirik ke arah jam tangan ungu yang bertengger manis di pergelangan tangan. Lalu melihat ke arah Pa Badrun yang biasa dipanggil Pa bro oleh siswa disini.
"Kamu sih Za segala ketinggalan proposalnya jadi ngeprint lagi kan" Ucap hasna. Gadis cantik di sebelah zaina.
"Aku lupa Na. Maklum manusia hee"
Senyum manis terbit dari bibirnya berharap kekesalan hasna hilang karena senyumnya.
"Ini neng Zaina udah selesai. Proposal kegiatan apa emang neng? Tanya pa bro sembari menyerahkan Proposal yang sudah rapi dengan klipingan dan sebuah flashdisk.
"Proposal acara Bansos pa. Semuanya jadi berapa ya?" jawab Zaina sambil menerima Proposal dan flashdisk miliknya.
"Oh Bansos toh. Jadi dua puluh ribu neng"
Zaina merogoh saku untuk mengambil uang tersebut. Lalu menyerahkannya kepada pa bro.
"Ini pa"
"Pas ya neng. Semoga acaranya lancar ya. Semangat!" Pa bro tersenyum dengan mengangkat kepalan tangan.
"Siap pa. Makasih ya"
Zaina dan Hasna keluar dari koperasi sekolah. Berjalan lurus mengikuti arah lorong menuju ke ruang OSIS disebelah timur koperasi. Tiba tiba Zaina menghentikan langkahnya dan melirik ke arah jam tangan lalu menoleh ke arah Hasna yang berada disampingnya.
"Astagfirullah Na rapat mulai 15 menit lagi!"
Keduanya sama sama membulatkan mata. Kalau rapat biasa tak akan masalah. Namun rapat kali ini akan dihadiri pembina. Dan Zaina selaku Sekretaris akan dianggap lalai karena proposal pembahasan sekarang malah tertinggal.
"Ihh yauda ayo lari"
"Lewat mana nih?"
"Lewat lapangan aja biar cepet"
KAMU SEDANG MEMBACA
Zaina
Teen FictionBagi Zaina, ia merasa telah melakukan hal yang sia sia. Begitu membara soal jatuh cinta. Membuat banyak waktu terbuang percuma. Maka, saat ia menyadari telah melakukan kesalahan ia akan berusaha merubahnya dengan hal hal yang bermanfaat. Namun, saa...