ㅡRasya
"RASYA!"
Aku menoleh kebelakang, menatap kak Danu yang sedang tersenyum malu ke arahku.
sontak aku kembali menoleh kan kepala ke arah teman sekelasku yang masih bingung menatap kak Danu yang sedang berdiri di ujung lorong memegang jaket hitam kebangsaannya.
"gue..deluan ya?" sahutku lalu di sambung dengan tawa kecil, saat melihat teman-temanku yang sibuk mendorong dan menarik satu sama lain.
sontak aku berlari kecil ke arah kak Danu yang sedang tersenyum tipis, tampak dari sorot matanya yang kelelahan dan mengantuk.
dia masih diam hingga aku sudah berdiri di hadapannya.
pandangannya terarah padaku, yang mendadak bingung karenanya dan juga berdebar.
aku sedikit menahan nafas begitu ia mendekat, memasang kan jaket hitamnya yang masih sangat kering itu ke tubuhku.
"kak, aku basah loh?" ucapku kebingungan. sedangkan kak Danu hanya tersenyum sambil memasang kan rasleting jaket.
hingga pandanganku menangkap seseorang. ia masih berdiri disana, menatap ku dan kak Danu dengan sorot mata yang sama sekali tak bisa ku tebak.
Adi Damian, ada apa?
belum jadi aku menganalisis sorot matanya, tampak Abam dan Ajun menarik tangannya, dan Adib mendorong punggungnya menjauh.
aku masih menatap kepergian mereka begitu sadar dengan sepasang tangan yang sedang mengeringkan rambutku dengan handuk kecil.
"nggak dingin?" tanya kak Danu yang malah membuat ku tersenyum kecil.
"dingin" ucapku sambil mengangguk pelan.
tampak kak Danu tertawa, lalu merangkul bahuku. membawaku kembali berjalan di koridor-koridor kelas yang dapat menuju ke parkiran.
malam ini, kak Danu tak banyak bicara seperti biasanya. tangannya begitu hangat terasa saat ia menggenggam tanganku yang merangkul pingangnya.
"capek ya kak?" ucapku begitu kami berdua sudah berada di dalam mobil merah milik kak Danu.
ia mengangguk sambil menyengir lucu kearahku. aku tersenyum lalu mengusap kepalanya pelan.
setelahnya aku disuguhi pemandangan wajahnya yang memerah dan telinga nya yang memerah.
seperti biasa aku langsung menyalakan mesin mobil dan sibuk mengeluarkan mobil dari parkiran, aku tertawa kecil. begini ternyata sorang Danu Hanif Dirgantara salah tingkah.
perjalan malam itu menyenangkan, sudah tengah malam, dan hujan masih membasahi kota malam itu. pas sekali dengan macetnya kota.
lagu Enam Hari menjadi backsound aku dan kak Danu malam itu. tangannya hangat, menggenggam tanganku erat.
dan aku menatap hujan-hujan diluar. tiba-tiba teringat akan Adi yang menatapku. kenapa? dan ada apa?
"kak, aku haus" ucapku membuat kak Danu yang hampir saja terlelap langsung menoleh.
"haus? mau ke indomaret?" ucapnya sambil menunjuk indomaret yang berada tak jauh dari posisi kami.
aku mengangguk, dan langsung mengeluarkan mobil dari barisan mobil-mobilnya yang berhenti di tengah jalan tersebut.
aku keluar dari mobil, seolah-olah malam ini tak turun hujan.
dan aku mendengar kak Danu yang langsung menarik ku cepat, "jangan basah-basah dong" ucapnya sedikit keras.
![](https://img.wattpad.com/cover/232589083-288-k377565.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] red; hyj, ydw
Fanfiction[bangsa bakti series] kalau anak band jatuh cinta pandang pertama sama pembawa baki paski nasional yang di lihatnya di tv, aneh nggak? Story by pinkjijin