5. another suprise

26 4 0
                                    

"jadi gimana kuis lo tadi?"

Danu menoleh, menatap Senja yang sibuk memutar stir mobil hendak keluar dari parkiran.

Hari kamis memang jadwal kelas Danu dan Senja hanya sampai jam 1. Senja yang entah kenapa menghubungi Danu bahkan sampai menjemputnya di depan gedung fakultas kedokteran hewan.

"bisa kok" jawab Danu singkat lalu menoleh ke jok belakang. Menatapi kucing yang di bawanya sedang meniduri diri di dalam kandangnya.

"terus ngapain bawa kucing?"

Danu kembali menatap Senja, "habis gue obatin, ntar mau gue anter ke bunda" jawab Danu lalu dengan segera menyandarkan diri dengan nyaman.

"mau kemana sih bang?" tanya nya begitu melihat jalan di siang hari Kamis ini tak seramai hari sabtu.

"Bangsa bakti, Brian sama Wondi udah di sana, Jaevian nyusul" jawab Senja lalu malah memukul mata Danu dengan tangan kirinya.

"tidur aja ah lu, kurang tidur kan?" Senja sedikit menoleh lalu kembali fokus dengan jalanan.

Danu mengendus kesal, lalu dengan cepat menghempaskan tangan Senja.

nggak butuh waktu lama menuju Bangsa Bakti mengingat jalan tak begitu ramai.

Danu memasuki gerbang dengan menteng kandang yang berisi kucing berbulu kuning itu. Diikuti oleh Senja yang sedang memasukkan kunci mobilnya di kantong celana.

"deket mana ya bang kemaren? lupa gue" Danu berhenti tepat di tengah lapangan basket yang penuh dengan peralatan pentas, menoleh pada Senja yang berada di belakangnya.

Senja hanya menggeleng heran, lalu menarik ransel yang di pakai Danu yang malah membuat tertarik.

"bego bener dah"

Danu mengendus kesal begitu Senja melepaskan ranselnya dan segera mengikuti Senja yang sudah berjalan terlebih dahulu, menuju koridor kelas agar terlindung dari sinar matahari.

sampai mereka di depan pintu baja layak pintu apatermen, Senja mengetuk pintu.

"masuuuk"

Senja membuka pintu, yang langsung di sambut dengan pemandangan dimana Brian sedang mengarahkan lima siswa siswi yang sedang memegang alat musik masing-masing.

"ngapain?" tanya Senja lalu masuk, dan diikuti oleh Danu yang langsung tersenyum pada siswa siswi tadi.

"ini, bantuin kelasnya Teo" jawab Wondi karena sadar Brian masih sibuk mengarahkan bass yang di mainkan.

"untuk pensi?" tanya Danu membuka suara. Wondi mengangguk.

mata menatap satu persatu, anak kelas Teo yang sedang memegang alat musik masing-masing.

Danu tersenyum, di balik keyboard gadis dengan seragam abu-abunya dan rambutnya yang kepang dua kali ini membuat kening gadis itu lebih terekspos.

terlihat sekali perbedaan dengan gadis yang memegang gitar akustik, bibir gadis itu pink yang sangat jelas bahwa gadis itu memakai liptint.

sedangkan gadis yang tengah berbicara dengan Wondi saat ini berbeda. bibirnya kecil, berwarna pink alami, jelas tak memakai apa-apa.

Farasya.

Ahh, Danu bisa gila hanya dengan menatap gadis itu.

"Lo bawa remi?!"

Enam Hari yang sedang beristirahat setelah latihan satu lagu itu menoleh ke rombongan anak SMA yang duduk di pojok ruang seni sekolah mereka.

seperti biasa, LO mereka menyediakan tempat untuk latihan. sangat nyaman, tenang, dekat dengan kantin.

[1] red; hyj, ydwTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang