10.

79 50 16
                                    

Malam ini di kamar tak henti-hentinya Putri menerorku dengan berbagai macam pertanyaan. Hingga kepala ku hampir pecah.

"Jadi dia sosok Arjun yang sering Lo ceritain itu? Pantas saja Lo nggak bisa buka hati"

"Apaan sih Put dari tadi tanya mulu. Dia itu sahabatku waktu kecil, ya dia Arjunku" aku tersenyum jika mengingat kebersamaan kami dulu.

"Hadeh okey lah beb" katanya dan membaringkan tubuhnya di ranjang.

"Eh Put besok kan Minggu ya, kita jogging yuk" ucapku.

"Gue sih ikut aja"

Aku membaringkan tubuhku di samping Putri dan memejamkan mataku menuju alam mimpi.

🌻🌻🌻

Seperti yang di janjikan semalam kami akan jogging. Tak perlu jauh-jauh kami berencana jogging menuju ke taman. Jangan tanyakan Bang Dika kemana. Sudah jelas dia pasti masih molor apalagi ini weekend.

"Eh Ay, itu bukannya Kak Arjun ya?" Sembari menunjuk seseorang di seberang. Aku mengikuti arah yang di tunjuk Putri. Dan benar itu adalah Arjun.

Putri memanggilnya dengan embel-embel "Kak" karena kami lebih muda 1 tahun dengannya.

Aku pun menarik Putri dan berlari ke arah Arjun.

"DORR!!" Teriakku mengagetkannya.

"Astaghfirullah" sembari menjatuhkan benda pipih yang sejak tadi di pegangnya. Aku terkekeh kecil.

"Aya, ngagetin aja Lo" cibirnya.

"Heheh maaf, lagian kamu sibuk banget mainan tuh setan gepeng" kataku sembari mengambilkan ponselnya.

"Nih" ucapku menyodorkan ponsel kearahnya.

"Ehemm, banyak nyamuk ya" timpal Putri sembari tepuk-tepuk tangan layaknya menangkap nyamuk.

Refleks aku mencubit pinggang Putri. Bisa-bisanya dia bilang banyak nyamuk.
Putri melirikku tajam.

"Eh ada Putri juga disini?"

"Iya kak" kata Putri tersenyum tipis.

"Kita duduk disana yuk" ajakku dengan menunjuk sebuah bangku panjang di bawah pohon yang cukup rindang.

"Gue sih ikut aja" kata Putri

"Yaudah yuk" ucap Arjun dan langsung melangkahkan kaki menuju ke bangku tadi sedangkan Aku dan Putri mengekor di belakang.

Kami berbincang-bincang membicarakan hal yang tak penting sampai tak terasa sudah jam ½10.
Aku melirik jam di pergelangan tanganku sudah menunjukkan pukul ½10.

"Eh udah jam segini aja, pulang yuk" kataku.

"Yok, gue juga udah laper nih" tutur putri

"Kamu sih makanan Mulu yang dipikirin"

"Biarin"

"Eh gue ikut dong" sela Arjun.

"Emang kita searah Ar?" Tanyaku

"Liat aja nanti"

Kami berjalan santai dengan berbincang-bincang, tak jarang kami tertawa dengan tingkah konyol Arjun.

"Eh gue pulang dulu ya" kata Arjun.

"Emang rumah kamu yang mana?"

"Nih udah sampai"

Aku berhenti melangkah lalu menatap rumah minimalis dengan gerbang berwarna biru langit tak lupa dengan taman bunga di sana.

"Bagus banget" kata Putri

"Heheh kapan-kapan mampir kesini", tutur Arjun.

"Dari rumah Ayla cuman sebatas 1 rumah nih"

"Kok kamu nggak bilang ke aku sih kalo kita tetanggaan?" Tanyaku penasaran

"Biar kejutan"

"Cia elah, belum ultah juga udah di kasih kejutan uhuyy" celoteh Putri.

Aku menyenggol lengan Putri dan Arjun hanya terkekeh kecil.

"Nanti malem gue main ke rumah Lo Ay"

"Okay, ya udah kita pulang dulu ya"

"Bye Kak"

🌻🌻🌻

Malam ini aku kembali mengajari anak-anak mengaji. Sudah 2 hari aku tidak berangkat.

"Ma Ayla berangkat dulu ya" ucapku menghampiri mama yang sedang membuat brownies.

"Iya hati-hati"

"Abang belum pulang ma?"

Ya tadi sore Putri mengajak Bang Dika untuk menemaninya membeli komik.
Putri memang suka sekali membaca komik, berbeda denganku yang lebih suka membaca novel.

"Belum, mungkin di jalan"

"Oh ya udah nanti kalo ada Arjun kesini suruh tungguin ya"

Mamahku sudah tau perihal Arjun yang sudah kembali ke Indonesia. Mama sangat senang sekali ketika aku menceritakannya apalagi sekarang kita tetanggaan. Dia bilang sangat merindukannya. Memang mama sudah menyayangi Arjun seperti anak sendiri. Mendengar Arjun akan main ke rumah, mama sangat antusias sampai-sampai akan membuatkan brownies kesukaan Arjun. Aku terkadang heran yang anaknya aku atau Arjun. Hhhha

"Iya sayang"

"Assalamu'alaikum ma" pamitku sembari mencium tangan mama.

"Wa'alaikumussalam"

Aku berjalan santai menyusuri jalan setapak.
Sampai di mushola aku melihat Kak Satya yang sedang duduk dengan Fico di teras mushola.

"Itu kak Ayla" kata Fico sambil menunjuk ke arahku, dan ku balas dengan senyuman.

"Kak Ayla" teriak Ida, Ifa, dan Tari dari arah belakang sontak aku memutar tubuhku.

"Eh jangan lari-lari nanti jatuh" tuturku.

Mereka berlari ke arahku dan hup mereka memelukku.

"Kangen Kak Ayla" kata Tari

"Kakak juga kangen kalian"

"Kenapa nggak pernah berangkat Kak?" Tanya Ida.

"Kakak nggak berangkat cuma 2 hari dek, masa dibilang nggak pernah berangkat sih," ucapku sembari mencubit hidung Ida gemas.

"Kan kangen" katanya sembari memamerkan cengirannya.

"Udah yuk kita ke mushola, udah mau adzan nih" ajakku.

Rasa TerpendamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang