Ketika sukses memutar kenop pintu dan menariknya, Ardan mengerutkan keningnya. Bukan cewek yang ada di depannya sekarang, melainkan cowok sebayanya. Apa Fyra yang dimaksud Audrey adalah orang ini? Tapi manusia yang satu ini Ardan juga kenal dan bukan Fyra namanya.
"Lo cari siapa?" tanya Ardan datar.
"Loh, Ardan? Ini rumah lo?" tanya lelaki itu lebih terkejut.
Ardan menghela napasnya pelan, tidak menanggapi pertanyaan lelaki itu. "Pulang sana, gue mau istirahat," usir Ardan tak berperasaan lalu segera bergerak untuk menutup pintu. Akan tetapi, gerakannya terhenti ketika Fyra berlari menghampiri mereka dan langsung berbicara ceplas-ceplos. Fyra sama sekali tidak mengetahui ternyata ada Ardan di sana.
"Rey, lo sen ... Lah, Ardan? Kok, lo bisa di rumah temannya Audrey?" Fyra histeris sama kagetnya dengan Eldy—pacarnya—yang merupakan teman sekelas Ardan.
Ardan tidak menjawab, menatap datar kedua orang di depannya. Untuk beberapa detik semua terdiam hingga akhirnya Ardan mengeluarkan suara untuk memecahkan keheningan itu.
"Lo yang namanya Fyra, ya?" tebak Ardan tanpa ekspresi.
Fyra belum menjawab, masih bergidik ngeri menghadapi Ardan. Bagaimana tidak? Ardan sang Ketua Osis SMA Tunas Garuda ini sangat terkenal di kalangan para siswa akan kedinginan dan kekejaman menghukumnya. Kesan pertama Fyra berbicara langsung dengan Ardan sangatlah buruk. Apa jadinya bila di sekolah nanti Fyra melakukan kesalahan? Pasti matilah dia saat itu juga. Namun, semua kekhawatiran tentang dirinya Fyra singkirkan terlebih dulu. Pikiran Fyra melayang-layang tentang kondisi Audrey yang harus tinggal seatap dengan Ardan. Pasti gadis itu sangat tertekan dan tidak diurus. Fyra jadi kasihan saat membayangkannya.
Eldy sendiri menengok Fyra yang terdiam di sampingnya. Eldy tahu, Fyra pasti segan untuk berbicara dengan Ardan. "Iya, dia Fyra pacar gue" ungkap Eldy mewakili Fyra seraya merangkul pundak gadisnya sambil tersenyum secerah mungkin. Hal itu membuat Fyra tanpa perasaan mencubit paha Eldy.
"Mari kita cari siapa yang tanya kalo Fyra itu pacar lo," balas Ardan cuek, memutar bola matanya malas.
"Ah, sayang sakit," rengek Eldy sambil mengelus-elus pahanya yang terkena cubitan Fyra.
"Kamu sih, bicara sembarang," bisik Fyra merajuk.
"Iya sayang, maaf."
Ardan yang menyaksikan kemesraan sejoli ini hanya bisa menatap datar mereka karena jengah telah dijadikan obat nyamuk. Keberadaannya di rumah sendiri hampir seratus persen tidak dianggap oleh keduanya. Dunia seolah milik mereka. Kapan dia dengan Audrey bisa begini?
Masih siang udah pasang obat nyamuk aja ni kampret-kampret. Batin Ardan merutuki mereka.
"Ya udah, ayo masuk," pinta Ardan, ia masuk diekori Eldy dan Fyra.
Di ruang tamu, Ardan ikut duduk menemani Eldy dan Fyra yang menunggu Audrey. Sudah beberapa menit berlalu, tetapi Audrey belum keluar dari kamar. Ardan juga sudah sedari tadi bolak-balik memanggil Audrey. Nihil, tidak membuahkan hasil. Ardan mengetahui dengan jelas bahwa Audrey masih belum siap menceritakan hubungan mereka pada sahabatnya. Sebab itu, Ardan berniat menyuruh Fyra menghampiri Audrey di kamarnya.
"Ra, lo temui Audrey sendiri, gih. Kamarnya yang sana tuh, depan kamar gue yang ada tulisan Ardan," suruh Ardan sambil menunjuk kamar milik Audrey.
Eldy dan Fyra saling bertatapan sebentar seakan lewat kontak kedua matanya, mereka saling membatin.
"O-oke," setuju Fyra gugup lalu beranjak dari duduknya menghampiri kamar Audrey.
Di sisi lain, Audrey yang menempelkan telinganya di daun pintu, menyadari kehadiran Fyra di luar kamarnya. Audrey yang tegang sendiri langsung menaiki kasur dengan cepat, berpura-pura tidur. Sementara Eldy yang ditinggalkan begitu saja oleh Fyra, melotot tidak percaya. Kenapa harus ditinggal? Pacarnya itu mau Eldy jadi patung hidup di sini?
KAMU SEDANG MEMBACA
POSESIFNYA KETUA OSIS (REPUBLISH)
Novela Juvenil[KALAU BANYAK YANG MINTA LANJUT, BARU KU LANJUT] Audrey Lesham Qirani gadis cantik yang tersentak kaget dari kasur karena baru bangun sudah ada cogan saja di depan mata. Sebenarnya, bagi Audrey itu tidak masalah, sih, hanya saja cogan ini malah meng...