"Lo anggap gue sebenarnya apa? Mainan? Sampah? Atau apa?" tanya Audrey disela-sela tangisannya.
Tangan Ardan mencengkeram setir yang dipegangnya kuat-kuat. Mata Ardan tajam menatap lurus ke depan. Apa maksudnya pertanyaan itu? Apa selama ini Audrey berpikir bahwa Ardan sama sekali tidak menganggapnya?
"GUE ANGGAP LO ISTRI GUE, REY!" bentak Ardan di dalam mobil penuh emosi. Membuat Audrey tak bisa berkutik satu kata dan setia pada balutan tangisannya.
Untuk pertama kalinya seorang Ardan terlihat kacau balau seperti ini. Biasanya jika ada masalah, Ardan selalu mendinginkan kepalanya dulu untuk berpikir jernih. Sungguh, perbuatan Audrey tadi mengundang puncak kemarahan Ardan. Jika orang lain yang membuat Ardan sampai semarah ini, pasti ia sudah dipukul habis-habisan. Kalau sudah sayang memang bakal seperti ini dengan kata-kata saja menurut Ardan sudah cukup. Akan tetapi, setelah lima menit berlalu, Ardan jadi merasa bersalah. Audrey masih juga belum berhenti menangis. Mungkin sikap Ardan tadi terlalu keras bagi Audrey. Nyatanya ini semua salah Ardan sejak awal. Ia menyusun rencana bersama Dhea—sepupunya—untuk mengetahui Audrey cemburu atau tidak.
"Aku minta maaf," ujar Ardan terdengar tulus. Audrey diam tak menjawab, masih larut dalam isakannya. Audrey tidak peduli apa yang keluar dari mulut lelaki di sampingnya kini.
"Turunin gue sekarang," pinta Audrey tanpa melihat Ardan sedikit pun, telapak tangannya menghapus jejak-jejak air mata yang terjun bebas di pipinya.
Sedangkan mobil Ardan tetap melaju kencang. Ardan tidak menuruti kemauan Audrey. Ardan kini kembali angkat bicara, berniat menjelaskan semua yang terjadi.
"Rey, aku benar-benar minta maaf. Aku nyesel. Kasih aku kesempatan ngejelasinnya, ya?" minta Ardan tetap fokus menyetir. Sesekali mencuri pandangan ke Audrey.
Contoh-contoh kalimat omong kosong para kaum Adam yang tidak asing di telinga Audrey, chek:
1. Kasih aku kesempatan ngejelasinnya, ya?
2. Biarkan aku ngejelasin semuanya.
3. Aku bisa ngejelasin, ini semua gak sesuai dengan apa yang kamu pikirin.
Nye-nye-nye-nye. Sudah lah. Ini trik basi banget.
Sekarang tangan Audrey berusaha membuka pintu mobil yang masih terus berjalan. Persetan dengan kondisinya bila nanti terjadi kecelakaan. Di pikiran Audrey hanyalah ia harus keluar sekarang. Lebih baik mati muda daripada hidup sengsara, moto terbaru Audrey. Namun, semua itu sia-sia karena Ardan telah mengunci pintu mobilnya sejak awal.
"Lo milih turunin gue atau gue gak bakal maafin lo seumur hidup?" ancam Audrey tak main-main.
Ardan menghela napasnya pasrah. Perasaan Ardan seakan hancur berkeping-keping dimakan massa. Ardan tidak punya pilihan lagi untuk menahan Audrey lebih lama di dekatnya. Memutuskan menurunkan gadisnya buat Ardan merupakan hal tepat daripada dibenci selamanya. Setelah ini, Ardan perlu merenung atas perbuatan konyolnya. Ardan memberhentikan mobilnya di pinggir jalan, keluar dan membukakan pintu mobil untuk Audrey.
"Rey, kamu mau ke mana?"
Mata Audrey memandang Ardan sinis. Pipi Audrey lembab sebab matanya terlalu banyak memroduksi bulir bening. Tidak lupa isakan yang masih setia menyertainya.
"Bukan urusan lo," celetuk Audrey lalu menahan taksi yang kebetulan lewat dan pergi meninggalkan Ardan sendirian. Membuat badan Ardan hanya mematung melihat kepergian Audrey. Raga dan hati Ardan seolah tidak ikhlas melihat Audrey menjauh.
Berani bertindak, berani menerima konsekuensinya. Berani berbuat, berani bertanggung jawab. Inilah motonya sebagai seorang lelaki sejati.
***
![](https://img.wattpad.com/cover/217922280-288-k514104.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
POSESIFNYA KETUA OSIS (REPUBLISH)
Teen Fiction[KALAU BANYAK YANG MINTA LANJUT, BARU KU LANJUT] Audrey Lesham Qirani gadis cantik yang tersentak kaget dari kasur karena baru bangun sudah ada cogan saja di depan mata. Sebenarnya, bagi Audrey itu tidak masalah, sih, hanya saja cogan ini malah meng...