Assalamualaikum, spam di kolom komentarnya, ya? Biar Author rajin revisi.
Awalnya aing gak mau lanjut karena kira gak bakal ada yang baca lagi. Tapi karena ku liat ada yang baca, aing jadi semangat buat lanjut revisi, hehehe. Makasih buat para pembaca.
Happy reading!
📌
📌
📌
Lima belas menit berlalu, Audrey masih menunggu di depan gerbang SMA Tunas Garuda. Lelaki yang tadi berjanji mau menjemputnya belum juga menampakkan diri. Mungkin ia memang harus menunggu sebentar lagi. Hingga tak lama kemudian, decakan kesal mulai keluar dari mulut Audrey. Kakinya pun bergerak sembarangan menendang batu kerikil di dekatnya sekuat tenaga.
Ardan belum juga muncul. Rasanya, sekarang cowok itu tengah menguji kesabaran Audrey yang setipis tisu. Setidaknya kalau memang tidak jadi menjemputnya, sekadar memberi Audrey kabar itu susah, ya? Lah ini, malah membuat Audrey berjemur di bawah terik matahari bermenit-menit.
Audrey menghela napas gusar. Ia menyerah hingga akhirnya memilih memberhentikan taksi yang akan lewat di hadapannya. Setelah berhasil memberhentikannya, ia masuk dan duduk tenang di dalam mobil. Audrey menyuruh sopir taksi itu untuk singgah di tempat penjual makanan terlebih dahulu sebelum ke tujuan utama-pulang ke rumah. Selama perjalanan, semua pikiran Audrey ditujukan pada hal-hal positif tentang Ardan. Mulai dari demam Ardan yang meninggi lagi, ada urusan lain yang tidak bisa Ardan ditinggalkan, atau mungkin tiba-tiba ada tamu penting yang datang ke rumah.
"Neng, kita dah sampai," sahut supir taksi membuyarkan lamunan Audrey.
Audrey tersadar cepat. Ia kemudian keluar dari mobil dengan satu tangan memegang nasi goreng yang dibeli tadi dan membayar ongkosnya kepada sopir taksi itu. Alis kanan Audrey spontan terangkat ketika melihat pintu pagar sedikit terbuka. Sepertinya memang ada tamu, pikir Audrey. Buktinya, mobil Ardan masih ada dan sebelum ke sekolah tadi, Audrey menyempatkan diri untuk mengunci pagar.
Ketika sudah masuk ke dalam rumah dan berjalan menuju dapur untuk meletakkan nasi goreng yang dibelinya, tiba-tiba Audrey menghentikan langkah kakinya. Audrey mematung ketika melihat seorang gadis sebaya yang tak asing lagi memeluk Ardan dan tampaknya Ardan tidak memberontak. Di dalam hati, Audrey bertanya-tanya. Buat apa gadis ini di sini? Jadi ini alasan Ardan tidak bisa pengang omongan? Atau Ardan memang sengaja panas-panasin Audrey?
"Waduh, gue ganggu, ya? Maaf ye, kayaknya gue salah masuk rumah. Lanjut-lanjutin deh, gue cabut dulu," papar Audrey sambil tersenyum masam lalu keluar lagi dari rumah.
***
Beberapa saat yang lalu.
Suara ketukan dari balik pintu utama menyadarkan Ardan. Ia yang baru saja selesai berpakaian, bingung, siapa yang datang bertamu di siang bolong begini? Apa mungkin Audrey sudah datang sebelum ia jemput? Semua akan terjawab ketika Ardan membuka pintu utama rumahnya.
"Tunggu bentar," ucap Ardan lumayan keras sambil berjalan sedikit berlari saat pintu diketuk ulang oleh seseorang di sana. Ardan menarik ganggang pintu utama sambil memasang senyuman hangat. Berharap orang yang mengetuk itu adalah Audrey. Namun ternyata ...
"Cepat banget, Re ... " Ucapan Ardan langsung terhenti saat matanya mendapati Violeta yang berdiri senang sambil tersenyum manis di depannya. Seketika raut wajah Ardan berubah kesal.
"Ngapain ke sini?" tanya Ardan dingin.
"William bilang kamu sakit. Salah ya, aku jenguk pacar sendiri?"
KAMU SEDANG MEMBACA
POSESIFNYA KETUA OSIS (REPUBLISH)
Genç Kurgu[KALAU BANYAK YANG MINTA LANJUT, BARU KU LANJUT] Audrey Lesham Qirani gadis cantik yang tersentak kaget dari kasur karena baru bangun sudah ada cogan saja di depan mata. Sebenarnya, bagi Audrey itu tidak masalah, sih, hanya saja cogan ini malah meng...