Malam yang panjang. Audrey duduk termenung di atas sofa ruang santai. Seperti tahun-tahun sebelumnya, ia bimbang harus bagaimana mendeskripsikan perasaannya. Apakah ia harus senang atau sedih? Senang karena Tuhan memberikan satu umur lagi padanya. Sedih karena hari ini bertepatan dengan meninggalnya mendiang ibunya. Ia terlalu lama termenung. Seolah dirinya telah termakan ruang dan waktu. Sampai ia tak sadar bahwa kini Ardan sudah berada di dekatnya.
"Rey," panggil Ardan tapi Audrey belum menyahut.
"Audrey," ulang Ardan menyandarkan lamunan Audrey. Mengibaskan tangannya di depan wajah gadis itu.
Refleks, mata Audrey terbelalak kaget. Ia memandang lelaki tampan di hadapannya dari bawah sampai atas. Bukan seperti Ardan yang biasanya. Sisiran rambutnya bak model majalah, kemeja merah hati yang berkolaborasi dengan celana jans hitam itu, sangat tidak mendefinisikan tata pakaian lelaki itu. Walau sebenarnya, apapun dan bagaimanapun bentuk pakaian yang melekat pada Ardan, sudah sangat jelas akan tetap terlihat cocok. Audrey yakin seratus persen, banyak gadis yang mengidamkan pasangan seperti ini.
"Ka-kamu mau ke kondangan?" tanya Audrey kikuk, terpesona pada karisma Ardan.
"Gak," balas Ardan cepat melangkah maju, duduk di samping Audrey.
Di saat bersamaan ketika Ardan duduk, cahaya lampu melenyap. Sudut-sudut ruangan tampak gelap gulita tak bisa terlihat oleh sepasang mata. Karena begitu terkejut, Audrey tanpa sadar langsung memeluk Ardan sangat erat.
Tidak berselang lama dari aksi gadis itu, Ardan merasakan ada yang aneh, seperti mendengar suara isakan di dekatnya. Masa iya, Audrey menangis?
"Rey, kamu kenapa?" tanya Ardan khawatir.
"Hiks ... Ardan aku takut. Takut kamu pergi ... hiks ... aku udah gak punya siapa-siapa lagi," keluh Audrey terbata-bata menyuarakan isi hatinya yang tidak tertahan lagi. Telapak tangan Ardan pun mulai mengelus lembut puncak kepala gadis yang menempel di dada bidangnya seraya membalas pelukan Audrey.
"Aku gak bakal ninggalin kamu, Rey."
"Nggak, Dan. Itu cuma ucapan yang bisa lepas. Janji manusia itu gak pernah ada. Aku mau nanya, kenapa kamu larang aku buat jatuh cinta sama kamu? Mengekang aku sambil memberiku kenyamanan, itu maksudnya apa?" bantah Audrey menjeda untuk mengambil napas.
"Sebuah harapan? Atau itu candaan?" lanjut Audrey terus melontarkan bertubi-tubi pertanyaan dan tangisnya semakin deras membasahi wajahnya.
Belum sempat Ardan menjawab semua pertanyaan yang dilontarkan Audrey, cahaya lilin yang tak hanya satu atau dua, dari kejauhan mulai mendekati posisi mereka. Perlahan Audrey melepaskan pelukannya, tangannya menghapus air matanya secepat mungkin. Netranya bahkan menatap serius lilin-lilin yang menyala mendekat.Happy birthday to you
Happy birthday to you
Happy birthday
Happy birthday
Happy birthday to AudreyFyra dan Eldy serentak menyanyikan lagu ulang tahun membuat Audrey terkejut dan menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Ia tak menyangka bisa mendapatkan kejutan di hari ulang tahunnya.
Tepat ketika lirik lagu telah berakhir, lampu kembali menyala. Wajah-wajah yang tak asing, tersenyum menyambut hari spesial Audrey. Audrey berdiri melihat pakaian yang sedang digunakannya. Bodoh amat dengan penampilannya sekarang, ia langsung berlari memeluk Fyra.
![](https://img.wattpad.com/cover/217922280-288-k514104.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
POSESIFNYA KETUA OSIS (REPUBLISH)
Novela Juvenil[KALAU BANYAK YANG MINTA LANJUT, BARU KU LANJUT] Audrey Lesham Qirani gadis cantik yang tersentak kaget dari kasur karena baru bangun sudah ada cogan saja di depan mata. Sebenarnya, bagi Audrey itu tidak masalah, sih, hanya saja cogan ini malah meng...