BERBAIKAN

13.4K 900 68
                                    

Merindukan seseorang memanglah berat, tetapi dirindukan seseorang pastilah menyenangkan.

.
.
.

Sudah satu minggu Audrey tidak bertemu Ardan. Tidur, makan, mandi, dan lain sebagainya, semua dilakukan di rumah Fyra. Untung saja orang tua Fyra lagi keluar kota karena pekerjaan. Jadi, Audrey tidak perlu malu-malu bertingkah. Audrey bisa seenak jidat menganggap rumah Fyra seperti rumah sendiri.

Kini, Audrey sedang berjalan di koridor sekolah menuju kelasnya seorang diri. Awalnya Audrey dan Fyra berangkat ke sekolah bersama, tetapi Fyra tadi izin mau mampir ke kelas Eldy terlebih dahulu.

Seperti biasa, hari-hari Audrey sudah tidak tertekan lagi. Kadang Audrey bingung, kenapa ia merasa kesepian jika tidak di samping Ardan? Seakan, warna-warna kehidupan tidak pernah berdatangan, malah mungkin makin menjauh. Jelas-jelas Audrey sendiri yang ingin lepas dari tekanan batin itu.

Tiba-tiba langkah kaki Audrey terhenti saat melihat cowok tak asing berjalan dari arah berlawanan. Baru saja dipikirkan, orangnya sudah muncul.

Ini bukan kebetulan, kan? Batin Audrey.

Audrey ingin berbalik lalu lari menjauhinya, tetapi terlambat. Ardan lebih cekatan dalam mengambil gerakan cepat. Audrey meneguk salivanya kasar. Jantung Audrey berdebar kencang saat Ardan berhenti tepat di depannya.

Hanya satu jengkal jarak yang membentang antara mereka. Sungguh, hati Audrey berteriak kegirangan sebab bisa berpapasan dengan Ardan. Jujur, Audrey rindu wajah tampan di hadapannya ini. Bisikan baik dan buruk mulai saling beradu argumen di telinga Audrey.

Bisikan baik mengatakan tetap diam dan dengarkan apa yang akan diucapkan Ardan. Sementara bisikan buruk mengatakan pergi dan ingat perbuatan jahat Ardan ketika di wahana rumah hantu waktu itu. Jangan lupakan Ardan yang tidak menanyakan kabar selama Audrey menginap satu minggu di rumah Fyra.

"A-Audrey," panggil Ardan gugup.

Rasa gengsi Audrey telah menyebar di seisi hatinya. Audrey berdengus kasar sambil memutar bola matanya malas. Audrey bersikap cuek, melipat kedua tangannya di atas dada seraya mengalihkan pandang ke arah lain. Audrey menolak berkontak mata dengan Ardan.

"Awas! Gue mau lewat," pinta Audrey dingin.

Tubuh Ardan sama sekali tidak berpindah tempat. Membuat Audrey berdecak sebal. Audrey mengalah untuk tidak memperpanjang urusan dengan Ardan dan memilih melawati cowok itu di sela-sela yang kosong. Namun, Ardan menahannya dengan menggenggam pergelangan Audrey yang akan pergi meninggalkannya, hingga posisi mereka berakhir saling membelakangi.

"Aku benaran minta maaf," gumam Ardan tulus.

Audrey menepis tangan Ardan sekuat tenaga. "Udah. Gak usah gangguin gue," peringat Audrey seraya melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti cuma-cuma.

Selama berjalan menjauh, Audrey membatin habis-habisan dalam hati.

Kali ini, kalo lo nahan lagi, gue bakal maafin.

Dan, cepat nahan gue, ih!!!

Lo benaran serius mau minta maaf gak, sih?

Ih, Ardan! Gue gengsi balik ke lo. Cepat nahan ulang!!!

Sementara Ardan terus menatap sendu kepergian Audrey. Ternyata mendapatkan kata maaf tidak semudah yang dibayangkan. Ardan menyimpulkan bahwa Audrey masih sangat marah padanya. Jadi, Ardan pikir, ia cukup memberikan waktu lagi untuk Audrey.

Sedangkan Audrey tengah memasang wajah cemberut, capek meronta-ronta di dalam hati minta dicegat lagi. Tidak tahan, Audrey membalikkan badannya, lalu berlari ke arah Ardan dengan cepat. Audrey memukul-mukul dada bidang Ardan dengan kedua tangannya. Terlalu jengkel hingga ingin menangis.

POSESIFNYA KETUA OSIS (REPUBLISH)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang