Chapter - 24 || Warna Kesukaan

1.7K 167 10
                                    

Perlahan perdulinya seseorang akan terlihat juga. -Austin Secret

***

Juwita diam gadis itu bingung. Kenapa selalu ada hal yang mengingatkannya pada Brandon, semenjak gadis itu bertemu dengan Austin. Semuanya hampir sama, semesta seakan-akan tidak membiarkan Juwita melupakan masa lalunya yang begitu menyakitkan. Sebisa mungkin Juwita melupakannya, tapi semakin Austin bersikap seperti Brandon maka semakin sulit Juwita melupakan semuanya.

Apa Austin ingin sama seperti, Brandon? Tapi gunanya apa, bahkan Austin tidak mengenali Brandon.

"Juwita ... Gue gak bermaksud ingetin lo sama Brandon. Lo harus tetap ingat ya, bahwa gue dan Brandon adalah orang yang berbeda," ujar Austin serius. "Mungkin wajah gue atau mata gue sedikit sama kaya dia, itu cuma sedikit. Dan perlakuan gue yang hampir sama kaya dia, itu sebuah kebetulan, " jelas Austin memberi pengertian pada gadis itu.

Juwita mengigit bibir bawahnya. Dadanya sesak, yang dikatakan Austin benae. Mereka orang yang berbeda dan tak seharusnya di samakan.

"Gue tau kalian adalah orang yang berbeda," ujar Juwita menahan mati-matian rasa sesak di dadanya. "Tapi kenapa lo selalu mengingatkan gue tentang, Brandon?"

Austin menggeleng. "Gue gak tau. Itu cuma kebetulan." Austin mengulang kata-katanya yang tadi. "Lo harus belajar merelakan tanpa melupakan."

Juwita paham maksud Austin. Terlalu lama larut mengingat masa lalu tidaklah baik. Juwita akan terus tersiksa di ganggu rasa sakit dalam dirinya. Semuanya sudah berlalu, gadis itu harus bangkit meskipun sangat sulit tapi memang harus di lewati.

***

Mereka kembali ke cafe itu dan mulai membahas lagu apa yang akan mereka nyanyikan untuk minggu depan. Juwita dan Austin membawa gitarnya masing-masing, dan memainkannya.

"Dua hari kita mikir lagu doang," ujar Juwita tak paham.

"Lo mau lagu apa?"

"Terus aja nanya gitu sampai pensi!"

"Galak banget," gumam Austin.

"Gue punya ide," ujar Juwita. "Lagu Rewrite the star."

Austin mengangguk setuju. Mereka mulai latihan mulai dari alat musik dan suaranya masing-masing. Mereka juga saling mengoreksi satu sama lain, dan serius dalam hal ini. Mereka berharap penampilan mereka banyak di sukai oleh siswa di sekolah nanti.

Suara mereka menyatu menjadi indah di dengar bahkan pekerja-pekerja di sana terpukau oleh suara keduanya. Hingga geleng-geleng kepala melihat mereka berdua menyanyi.

"Suaranya bagus, kalian pacaran ya?" tanya salah satu pelayan di sana. "Cocok banget. Yang cewek cantik yang cowoknya ganteng. Suaranya bagus."

Juwita mengernyit. "Bukan! Dia bukan pacar saya pak, mana mau saya sama dia."

"Lo pikir gue mau pacaran sama lo?" hardik Austin.

Pelayan itu meneguk ludahnya susah payah. Tebakannya salah membuat Austin dan Juwita beradu bicara lagi. Tak ada yang mau mengalah. "Duh ... Jangan berantam dong," ujar pelayan itu menggaruk kepalanya yang tak gatal. "Saya kan jadi ngerasa gak enak. Eh... Nanti kalian jadi saling suka."

Austin dan Juwita menoleh kaget ke arah pelayan tersebut. Sekaligus meminta penjelasan apa yang di maksud pelayan tersebut. "Duh...," ujar pelayan menjadi komat-kamit. "Di sinetron kebanyakan kayak gitu soalnya."

Austin Secret [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang