Terkadang kita tidak sadar, bahwa masih banyak orang yang perduli pada kita. — Austin Secret.
***
Lucas, David dan Daniel sudah mendapatkan kabar tentang Juwita dari Austin. Mereka bertiga langsung menemui Austin di rumah sakit tidak perduli sudah larut malam. Ketiganya sangat khawatir dengan keadaan gadis itu. Mengingat mereka sangat ingin menjadi sosok abang yang baik bagi Juwita dan membalas kebaikan Brandon.
Dengan langkah tergesa mereka sampai didepan ruangan rawat gadis itu. Namun dokter belum mengijinkan mereka masuk kedalam karena masih dalam pemeriksaan.
"Sebenarnya apa yang terjadi?" tanya Lucas, karena isi pesan yang Austin kirim tadi hanya sebuah lokasi rumah sakit.
"Arthur bawa Juwita ke club," jelas Austin menceritakan kejadian yang tadi terjadi didepan matanya.
"Nahkan mulai berulah tuh si Arthur," gerutu David.
Daniel menopang dagu dengan tangannya. Mengekspresikan bahwa pria itu sedang bingung sekarang. "Gue bingung. Juwita mukanya aja yang galak, tapi otaknya masih polos."
"Juwita mudah terpengaruh. Apa lagi dalam kondisi orang tuanya yang mau cerai," ujar Lucas.
David dan Daniel kaget mendengar ucapan Lucas barusan. Pantas saja disekolah Juwita lebih banyak diam dan melamun. Mungkin mereka terlihat asik sendiri atau sibuk dengan urusannya masing-masing namun itu tidak berarti bahwa mereka tidak memperhatikan Juwita. Sebenarnya jika ada perubahan dari raut wajah Juwita mereka peka, hanya saja gengsi untuk menunjukkannya dan lebih memilih diam.
Akhirnya mereka menunggu dokter keluar dari dalam ruangan tersebut. Sampai akhirnya sang dokter keluar dan memberitau keadaan Juwita saat ini yang sedang berada dititik terendahnya, hal yang dilakukan Juwita sangat salah maka dari itu Lucas, Austin, David dan Daniel harus sering memantau Juwita agar tidak melakukan hal yang membahayakan.
"Sedari tadi gadis itu menyebutkan nama Bran...," ucapan dokter itu terhenti lebih tepatnya lupa dengan nama yang disebutkan oleh Juwita.
"Brandon," jawab Austin cepat.
"Nah iya itu. Kalau boleh kalian bisa pertemukan Juwita dengan orang itu. Saya yakin dia akan lebih baik jika itu terjadi," jelas sang dokter yang belum mengetahui tentang Brandon.
"Maaf dok, Brandon sudah tidak ada," ujar Lucas dengan berberat hati.
Dokter itu cukup merasa bersalah. "Lalu kemana kedua orang tuanya?"
"Kerja dok di luar kota, secepatnya mereka akan menemui Juwita," kata David menyembunyikan masalah keluarga Juwita, karena itu sebuah privasi.
Dokter mengangguk lalu berpamitan. "Baik. Kalau begitu saya harus kembali ke ruangan saya."
"Terimakasih dok," ujar Daniel mewakili yang lain.
Mereka masuk kedalam ruangan tersebut. Juwita masih terbaring lemas dan masih tertidur. Wajahnya sangat pucat. Lucas meraih tangan gadis itu masih terasa hangat.
Tiba-tiba tangan mungil milik Juwita bergerak pelan. Keempat pria itu hanya memperhatikan pergerakan dari Juwita.
Juwita masih menutup matanya. Gadis itu bergumam, "Bang Brandon... Juwita kangen."
"Kok gue jadi pengen nangis dengernya?" jujur David dadanya terasa sesak.
Mereka bisa merasakan kesedihan Juwita. Rasa rindu yang begitu besar dan sulit bagaimana cara mengobatinya. Bisa dibilang Juwita sangat lelah menahan rindu yang selalu berkeceamuk dihatinya setiap hari. Bayangkan saja saat kita merindukan seseorang dan kita tidak bisa melakukan apa-apa itu akan sangat menyiksa begitulah yang dirasakan Juwita dan yang lain sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Austin Secret [END]
Ficção AdolescenteCover by @ay_designnn "Kami sudah melakukan yang terbaik," ujar sang dokter membuat tangisan mereka pecah begitu saja. Kehilangan seseorang yang paling berharga akan memberikan luka yang membekas begitu halnya terjadi pada Juwita Keanan. Dunianya ha...