3. cinta yang terbalaskan

54 11 2
                                    

Minggu 12 juli 2020

Bukan seberapa sering kita bertemu,
Tetapi seberapa sering kita mendoakan.
Supaya suatu hari nanti,
Kita bisa dipertemukan.


*******

Di sebuah kediaman rumah, ada sebuah keluarga yang sedang menonton televisi dan bercanda gurau.
Namun itu semua terhenti karena ada sebuah ketukan pintu. Seorang wanita paruh baya yang memakai gamis dan khimarnya pun langsung berdiri dan membuka pintu.
Dia menyerngitkan dahi dan bingung, siapa mereka yang ada di depannya ini.

"Maaf, cari siapa ya pak, bu?" Tanya wanita paruh baya yang baru saja membuka pintu.
Yang di depannya kini hanya memberikan seulas senyuman lalu berkata.
"Ini rumahnya Hana Hazimah kan?." Tanya ibu Widya kepada wanita paruh baya yang ada di depannya kini, dan wanita itu hanya mengangguk.

"Ayo mari masuk dulu pak, bu." Ucap wanita paruh baya tersebut mempersilahkan keluarga pak hendra. Karena yang datang adalah keluarga pak Hendra dan istrinya widya beserta Reno dan Rania.

Mereka duduk di ruang tamu dengan canggung, karena mereka tidak pernah bertemu satu sama lain.
Wanita paruh baya itu adalah ibunya hana hazimah, yang bernama siti haura.

"Kalau boleh tau, tujuan ibu dan bapak kemari ada apa ya?" Tanya ibu siti kepada Widya.
"Pertama-tama saya ingin memperkenalkan diri terlebih dahulu bu, nama saya Widya dan ini suami saya Hendra." Ibu Widya bersalaman dengan ibu Siti, sedangkan pak Hendra mengangguk dan tersenyum sambil menangkupkan kedua tangannya di depan dada. Ibu Siti juga melakukan hal yang sama yaitu menangkupkan kedua tangannya di depan dada.

"Siapa yang datang bu?" Tanya seorang pria paruh baya yang baru saja keluar dari ruang keluarga. Pria itu adalah suami ibu Siti yang bernama Wahyu permana.
"Ini pak ibu Widya sama pak Hendra." Jawab ibu Siti menoleh kearah suaminya yang baru saja duduk di sebelahnya, suaminya bernama Wahyu Permana.

"Perkenalkan pak, bu. Ini suami saya, namanya Wahyu dan nama saya Siti." Pak Wahyu pun bersalaman dengan hendra sedangkan dengan bu Widya hanya menangkupkan kedua tangannya di depan dada.

Ibu Siti izin untuk ke dapur terlebih dahulu, tujuannya yaitu membuat minuman untuk para tamu tersebut.
Dia pun meminta sang anak hana untuk membantunya.

"Siapa si bu yang datang?" Tanya hana kepada ibunya.
"Ibu juga enggak tau han, namanya tadi si pak Hendra dan ibu Widya. Apa kamu kenal nak?" Ibu hana berbalik bertanya kepada anaknya.

"Sepertinya tidak asing namanya bu." Jawab Hana seadanya.
"Ya sudah kalau begitu ayo, kita bawa minuman dan cemilan ini untuk ke ruang tamu." Hana pun hanya mengangguk dan mengikuti ibunya dari belakang.

Sesampainya di ruang tamu, Hana kaget dengan siapa yang datang. Jantungnya berdegup kencang dan sikapnya terlihat sedikit gugup. Karena dia tidak menyangka, bahwa yang datang adalah Reno atasannya di kantornya sendiri.
Hana pun menaruh minuman di depan keluarganya Reno dan setelah itu dia duduk di sebelah ibunya.

"Jadi tujuan bapak dan ibu kemari apa ya kalau boleh tau." Ucap pak Wahyu kepada pak Hendra dan ibu Widya.
"Jadi begini pak, apakah nak hana sudah mempunyai calon suami atau belum?" Tanya pak Hendra kepada pak Wahyu.

"Kalau masalah itu belum pak, katanya hana ingin fokus kerja lebih dahulu." Jawab pak Wahyu.
"Alhamdulillah." Reno dan Rania berkata alhamdulillah dengan suara yang agak keras, alhasil orang yang ada di ruang tamu menatap kedua kakak beradik itu. Tetapi yang di tatap hanya menyengir tanpa rasa bersalah.

"Begini pak, anak saya Reno menyukai anak bapak sejak lama. Karena dia sekretaris anak saya sendiri, dan tujuan kami kesini yaitu ingin melamar anak bapak yaitu hana. Bagaimana menurut bapak, setuju atau tidak?" Tanya pak Hendra kepada pak Wahyu dengan mantap.

Childhood Friend (RAED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang