10. saling memaafkan

15 4 4
                                    

Jumat, 4 september 2020

Hari-hari telah berlalu dengan baik, dan tidak terasa sudah berjalan seminggu untuk menuju ke pernikahan Rania dan Arlista. Dan hari inilah mereka berdua akan melakukan fighting baju pengantin bersama dengan Edwin dan Erwin.

"Kamu sudah siap atau belum dek, kalau sudah ayo kita berangkat sekarang." Ucap Edwin, ia menghampiri adiknya yang sedang bersiap-siap untuk pergi ke butik.

Erwin terlihat merapikan rambutnya sebentar lalu bertanya,
"Sudah kak. Kita ini langsung ke toko kue kan kak?"

"Iya dek, ini kan jam sepuluh berarti langsung ke toko kue aja. Toh mereka gak bakal ada di rumah." Sang adik hanya mengangguk mengerti.

Setelah selesai bersiap-siap, mereka berdua langsung saja menuju ruang keluarga untuk menemui orang tua mereka. Sesampainya disana, mereka berdua hanya melihat mama aisyah yang sedang mengaji.

"Mama." Ucap Edwin dan Erwin serempak.

Sang mama Aisyah yang mendengar suara anaknya yang memanggilnya pun langsung menutup al-qur'an dan menaruhnya di atas meja. Ia mendongakkan kepalanya untuk melihat sang anak, lalu tersenyum.

"Kalian mau berangkat sekarang ya." Ucap mama Aisyah.

Erwin dan Edwin hanya mengangguk
"Iya ma, papa kok enggak ada ma kemana?." Tanya Edwin.

"Papa lagi ke masjid nak, katanya tadi ada pengajian."
Edwin hanya mengangguk mengerti, rumah mereka memang dekat dengan masjid. Dan jika ada pengajian, para pria maupun wanita akan pergi ke masjid untuk mendengarkan pengajian tersebut.

"Mama enggak ikut." Celetuk Erwin.

Mama Aisyah menggelengkan kepalanya pelan lalu berkata,
"Mama tidak ikut karena tadi kepala mama sedikit pusing, dan alhasil mama baca al-qur'an aja di rumah."

"Tapi mama enggak apa-apa kan?." Sahut Edwin dengan raut wajah yang khawatir.

"Enggak apa-apa kok nak, udah sana kalian pergi aja nanti keburu adzan dzuhur lho. Pergi ke toko kue dan setelah itu ke butik ya. Tadi mama udah bilang sama tante Santi kalau kalian berempat hari ini akan mencoba baju pengantinnya." Ucap mama aisyah panjang lebar.

"Ya sudah kalau begitu ma, aku sama Erwin pergi dulu ya."

"Assalamualaikum." Ucap Edwin dan Erwin secara serentak, setelah mengucapkan salam mereka langsung saja mencium punggung tangan mama aisyah secara bergantian.

"Waalaikum salam, hati-hati ya nak kalau di jalan. Jangan ngebut kalau bawa mobilnya." Jawab mama Aisyah sambil tersenyum dan memperingatkan kedua anaknya tersebut.

"Siap ma, kita pergi dulu." Mereka berdua langsung saja berjalan keluar rumah dan menuju bagasi untuk mengambil mobil. Mereka akan pergi ke toko kue menjemput rania dan arlista, setelah itu mereka akan ke butik untuk mencoba baju pengantinnya.

Masalah baju pengantin memang sudah di urusi oleh mama mereka bertiga yang tak lain adalah mama Aisyah, mama Widya, dan mama Tyas.
Setelah acara lamaran minggu lalu. Mereka bertiga ke esokan harinya langsung saja ke butik tante santi dan memesan baju pengantin.
Tante Santi adalah adik dari mama aisyah, dia adalah seorang designer baju pengantin muslim maupun muslimah. Jadi pesanan mama aisyah juga cepat jadinya.

"Kak, nanti setelah menikah rumah kita sebelahan nggak." Ucap Erwin. Mereka berdua kini sudah berada di jalan untuk menuju ke toko kue ranarem.

"Em,,, mungkin sebelahan." Edwin menjeda ucapannya sebentar lalu melanjutkan perkataannya. "Emangnya kenapa win?."

"Enggak apa-apa kak, nanti kita beli rumah yang sebelahan aja ya kak. Supaya kalau ada apa-apa bisa meminta bantuan satu sama lain."

Sang kakak yang fokus menyetir langsung saja menatap adiknya sebentar yang ada di sebelahnya dan terseyum. Ia lalu mengahadap ke depan lagi dan fokus untuk menyetir.
"Iya dek nanti kita beli rumahnya sebelahan juga gak papa."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 09, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Childhood Friend (RAED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang