Rabu, 22 juli 2020
*****
Rania tiba-tiba terbangun dari tidurnya, padahal jam masih menunjukkan pukul tiga dini hari.
Dia mengerjapkan matanya beberapa kali dan duduk di tepi ranjang, setelah itu dia melepas khimar yang dia pakai.
Lalu dia berdiri untuk pergi ke kamar mandi, dia ke kamar mandi ingin mengambil air wudhu untuk menunaikan sholat tahajud.Rania menjalankan sholat tahajudnya dengan khusyuk, setelah itu dia berdoa.
"Ya Rabb, hamba memohon kepadamu.
Siapapun jodoh hamba kelak, semoga ia adalah seorang laki-laki yang baik dan mencintaimu melebihi cintanya pada makhluk.
Semoga ia seorang yang taat, karena hamba ingin ia dapat membimbing hamba dan calon anak hamba ke surgamu ya Rabb.
Hamba memohon jaga ia baik-baik disana, lindungilah ia selalu dari marabahaya serta malapetaka.
Teguhkanlah iman islam dalam hatinya, dan istiqomah ia untuk berada dalam jalanmu ya Rabb.
Dan pertemukanlah hamba dengannya dalam waktu yang menurut engkau tepat ya Rabb, perlancarkanlah jalannya untuk dapat menemui hamba. Aamiin."Begitulah isi doa rania, meskipun umurnya masih dua puluh empat tahun. Tetapi jika jodohnya sudah datang, mungkin rania akan menikah.
Tetapi mengapa rania ketika bertemu dengan edwin jantungnya selalu berdetak lebih cepat dari biasanya.
Perasaan apakah itu?.
Rania menggelengkan kepalanya beberapa kali, dan setelah itu dia membereskan mukenanya .Di suatu kediaman rumah, ada seorang pria yang sedang menunaikan sholat tahajud.
Dia adalah edwin, dia melakukan sholat dengan khusyuk dan setelah itu dia berdoa."Ya Rabb, siapapun jodoh hamba kelak. Hamba akan menerimanya dan menuntunnya menuju surgamu, hamba ingin sehidup sejannah dengannya ya Rabb.
Meskipun hamba mencintai seseorang, jika seseorang tersebut jodoh hamba maka dekatkanlah ya Rabb, dan jika ia bukan jodoh hamba maka jauhkanlah ya Rabb.
Apapun keputusanmu ya Rabb, itu adalah yang terbaik untuk hamba. Aamiin."Setelah berdoa edwin melanjutkan membaca al qur'an, dan ketika subuh datang ia pun menunaikan sholat subuh ke masjid yang dekat dengan rumahnya.
****
"Ran, wajah kamu kok pucat gitu." Emila terlihat khawatir, setelah melihat wajah rania yang pucat pasi.
Kemudian ia menghampiri arlista yang sedang menata kue, emila mengatakan kepada arlista bahwa rania wajahnya pucat lalu mereka berdua menghampiri rania."Kamu kenapa ran?." Tanya arlista kepada rania, rania hanya menggeleng pelan dan tersenyum, setelah itu kegelapan menghampiri rania.
Rania ambruk dan badannya lemas seperti tanpa tulang."Astagfirullah RANIA." Pekik emila dan arlista secara bersama.
Arlista menempelkan punggung tangannya di dahi rania, dia kaget karena dahi rania sangat panas sekali.Setelah itu arlista dan emila meminta bantuan kepada karyawan untuk ikut menggotong rania ke dalam mobilnya emila, karena kebetulan hari ini yang membawa mobil adalah emila. Dan untuk karyawan, mereka disuruh menjaga toko karena arlista dan emila harus mengantarkan rania ke rumah sakit.
Sesampainya di rumah sakit, mereka berdua meminta bantuan kepada suster untuk membawa rania.
Mereka berdua menunggu di depan pintu sambil mondar mandir karena khawatir keadaan rania, setelah beberapa menit kemudian dokter yang memeriksa rania akhirnya keluar dari ruangan rania.Arlista dan emila langsung saja menghampiri dokter itu dan menanyai tentang bagaimana keadaan rania sekarang.
"Dok, bagaimana keadaan teman saya?." Tanya arlista kepada dokter, sedangkan emila hanya mengangguk.
Dokter itu terlihat gusar, tetapi ia harus memberi tahu bahwa rania terkena tifus.
"Pasien terkena tifus dan harus dirawat inap beberapa hari di rumah sakit." Dokter itu memberi tahu sambil memaksakan seulas senyuman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Childhood Friend (RAED)
General FictionBagaimana jika seseorang dipertemukan dengan teman masa kecilnya yang dulu pergi, dan setelah sekian lama kini ia akhirnya kembali lagi dan sudah menjadi orang dewasa dan bijak. apakah mereka akan saling jatuh cinta dan menuju ikatan yang suci? Yuk...