8. ternyata & sebuah kebahagiaan

29 9 2
                                    

Selasa, 11 agustus 2020

Di sebuah kamar, terlihat ada seorang kakak beradik yang sedang fokus kepada pikirannya masing-masing. Tetapi sang kakak terlihat sangat  gusar, entah ada hal apa yang sedang di pikirkannya.

Karena tak tahan dengan keheningan ini, akhirnya sang adik mengangkat suara untuk memecahkan keheningan itu.
"Abang kenapa kok kelihatannya gusar gitu?." Tanya sang adik.

Karena tidak kunjung ada jawaban, sang adik akhirnya menepuk pundak sang kakak beberapa kali. Dan sang kakak kaget setelah itu beristigfar.

"Abang kenapa si dari tadi diam terus." Erwin memandang kakaknya dengan mengerutkan dahinya.

"Hm, enggak kenapa-kenapa kok dek." Balas edwin dengan meyakinkan adiknya tersebut.

"Bang, kita ini saudara kembar jadi ada ikatan batin. Abang jangan bohong deh." Erwin terus saja bertanya agar kakaknya mau berbicara.

"Lha kamu sendiri ngapain tadi diem terus." Edwin balik kepada adiknya tersebut.

"Bang, erwin suka sama seseorang. Tapi erwin takut untuk menyatakan perasaan ini." Jawab erwin.

"Kalau suka sama seseorang kamu harus mengajaknya ke jalan yang benar dan serius. Jangan sampai kamu membawa dia ke jalan yang salah dan menjerumuskan ke dalam hal yang membuat dosa." Ucap edwin panjang lebar kepada saudara kembarnya tersebut.

"Iya bang, kalau di pikir-pikir di umur erwin yang sekarang dua puluh lima tahun erwin udah mau nikah aja deh bang." Ucap erwin yang sedang duduk bersila dan mengetukkan jarinya di dagu.

"Bener kamu udah siap membimbing keluarga kamu kelak win?."

Erwin menghela nafas panjang, lalu berkata
"Insya Allah sudah siap bang, dari pada jadi zina qolbi bang malah membuat kita semakin menambah dosa." (Zina qolbi : Zina yang memikirkan lawan jenis)

"Astagfirullah, benar juga ya win. Tapi abang lagi bingung, kenapa ya rania tiba-tiba sikapnya beda banget sama abang."

Erwin mengerutkan dahi lalu berkata,
"Sikapnya emang gimana bang?."

"Ya seperti benci banget sama abang sekarang win. Emang abang salah apa ya?." Wajah edwin terlihat sedih setelah mengatakan itu.

"Sabar ya bang, mungkin dia lagi pengen gitu aja. Entar lagi juga balik sendiri seperti biasa." Ucap erwin menenangkan sang kakak, edwin hanya mengangguk dan tersenyum.

"Ngomong-ngomong kamu suka sama siapa dek?." Tanya edwin mengalihkan pembicaraan.

Sebelum erwin menjawab pertanyaan sang kakak, ada sebuah suara ketukan pintu sehingga mereka menoleh ke arah pintu tersebut.

"Makan malam dulu nak, entar dilanjut lagi ngobrolnya." Ucap mama aisyah dari luar.

"Iya ma bentar." Ucap edwin dan erwin serentak.

Setelah itu mereka keluar kamar dan menuju ke ruang makan, sesampainya di ruang makan mereka mengambil makanan dan memakannya dengan khidmat.

Makan malamnya sudah selesai dan mereka menuju ke ruang keluarga untuk sekedar berbincang maupun menonton tv.

"Nak pekerjaan kantor bagaimana, lancar kan?." Tanya sang papa.

"Alhamdulillah lancar pa." Jawab edwin, dan erwin hanya menganggukkan kepalanya.

"Terus apakah kalian sudah menemukan wanita  yang kalian inginkan?." Tanya sang papa lagi.

Edwin dan erwin saling pandang dan menganggukkan kepalanya, sang mama hanya tersenyum melihat tingkah anaknya tersebut.

Childhood Friend (RAED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang