Rabu, 8 juli 2020
Terkadang kita mengingat masa lalu yang pernah kita alami.
Entah masa lalu yang pahit ataupun yang manis.
Masa lalu yang pahit mengajarkan kita, bahwa kita harus lebih tegar dan kuat menjalani hidup ini.
Terkadang, kita mengingat masa lalu yang pahit itu begitu sangat sedih.
Tetapi kita harus bangkit dari masa lalu yang pahit, agar bisa menimbun rasa sedih itu sendiri.#sinta
Setelah selesai sholat subuh tadi, Arlista mengahmpiri Emila untuk menuju ke rumah Rania. Mereka berdua lalu menaiki sepedanya masing-masing.
"Assalamualaikum ran." Ucap Arlista dan Emila serempak.
"Waalaikum salam sebentar, ma aku mau pergi joging dulu ke taman ya." Ucap Rania menghampiri mamanya di dapur."Sama Arlista dan Emila ya."
Rania pun mengangguk. "Yaudah hati-hati ya, nanti jangan lupa Arlista sama Emila disuruh mampir untuk sarapan oke.""Siap ma. Yaudah Rania pergi dulu ya assalamualaikum." Ucap Rania lalu mencium punggung tangan mamanya.
Rania pun keluar rumah dan menghampiri Arlista dan Emila.
"Katanya mau joging kok kalian bawa sepeda?" Tanya Rania kepada kedua temannya tersebut."Cuma naikin dari rumah sampai sini doang, nanti juga kalau joging sepedanya kita titipin disini." Jawab Arlista.
"Yaudah ayo." Mereka bertiga berlari menuju taman yang dekat dengan rumahnya Rania.
Matahari pun mulai menampakkan sinarnya yang terang di pagi hari, menyambut pagi yang indah dengan udara yang sangat sejuk.
Rania berjongkok untuk membenarkan tali sepatunya yang lepas, Arlista dan Emila kembali berlari meninggalkan Rania sendirian. Tetapi jaraknya lumayan dekat, rania berdiri dan berlari tanpa menoleh ke depan dan alhasil rania menabrak seseorang.
"Maaf enggak sengaja." Ucap Rania kepada seseorang tersebut dengan menundukkan kepalanya.
"Iya mbak enggak apa-apa." Ucap seseorang tersebut, suaranya pria. Rania pun mendongakkan kepalanya dan melihat siapa orangnya, seperti tidak asing wajahnya.
"Mbak bukannya yang kemarin kunci mobilnya jatuh ya?" Tanya pria tersebut kepada rania, jarak mereka hanya satu meter.
"Eh iya, kok anda ada disini? Rumahnya deket sini ya?""Iya mbak, saya asli orang sini. Tetapi ketika sd saya ikut orang tua saya ke jakarta." Jawab pria tersebut. Rania hanya mengangguk.
"Nama anda siapa?" Tanya Rania kepada pria tersebut, karena Rania sangat penasaran.
"Nama saya Edwin." Rania pernah mendengar nama itu, seperti tidak asing."Nama panjangnya siapa?."
Edwin pun mengerutkan dahinya bingung, kenapa wanita di depannya ini seperti reporter yang bertanya secara terus-menerus."Nama panjang saya Muhammad Edwin Gemilang mbak." Jawab Edwin sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Masya Allah. Ternyata ini kamu win udah besar ya. Ini aku rania temen sd kamu." Rania sangat antusias ketika mengetahui pria di depan ini adalah teman sdnya.
Pria itu nampak berpikir dan setelah itu ia tersenyum sumringah.
"Kamu Rania anaknya pak hendra ya?." Rania pun hanya mengangguk.
"Masya Allah udah besar ya kamu ran, lama kita tidak ketemu jadi pangkling." Ucap Edwin dengan senyum geli.Mereka tengah asyik mengobrol setelah itu ada seorang pria yang menghampiri Edwin dan memanggilnya kakak.
"Yaelah kak-kak. Aku cariin kemana-mana eh taunya malah ngobrol- eh bentar ini siapa kak." Tanya orang tersebut kepada Edwin.

KAMU SEDANG MEMBACA
Childhood Friend (RAED)
Algemene fictieBagaimana jika seseorang dipertemukan dengan teman masa kecilnya yang dulu pergi, dan setelah sekian lama kini ia akhirnya kembali lagi dan sudah menjadi orang dewasa dan bijak. apakah mereka akan saling jatuh cinta dan menuju ikatan yang suci? Yuk...