"Kak, coba deh kakak ceritain siapa sih itu gading?"
"Ihh mamah. Ngapain sih musti nanyain tuh orang"
"Mamah pengen tau aja"
"Males mah, jangankan cerita, liat muka nya aja mau langsung aku binasakan dari muka bumi ini"
"Ohh jadi ceritanya benci nih sama dia" singgung ibu Sisil sembari terkekeh.
"Ati-ati loh kak, biasanya dari benci itu timbul rasa cinta loh". Lanjutnya.
"Gak bakalan mah". Sisil menjawab dengan gestur dan raut yang menyakinkan.
Sisil dan ibunya yang kini sedang duduk di meja makan. Sisil dengan dress putih dan bisa dikatakan agak bikini. Beserta ibu yang sedang melahap martabak telor yang ia sendiri beli pasca pulang mengajar mampu menjadikan dirinya bak wartawan, dan Sisil menjadi tahanan dalam bentuk narasumber di mata sang guru fisika sekolah menengah atas yang sekaligus menjabat menjadi ibunya tersebut.
"Yaudah, kalo gitu jelasin kayak gimana Gading itu, mamah pengen tau!" Dengan nada yang sedikit merayu.
"Udahlah mah, aku males bahas tentang dia, dia itu nyebelin".
"Coba dikit aja deh kak, mamah pengen tau, soalnya di sekolah mamah dulu, ada siswa yang namanya sama. Gading juga!" Paksanya.
"Oh ya mah" Sisil terkejut. Dan balik nanya ke ibunya. "Gading yang itu nyebelin gak mah"
"Gak nyebelin tapi ngeselin" jawab ibu Sisil sedikit bercanda.
"Itu sih sama aja mah" jawab Sisil kecewa.
"Kok bisa sama ya mah ama gading di sekolah aku, oh ya mah, mamah benci gak ama dia?" Tanya Sisil polos dan penasaran.
"Mamah sih gak benci, tapi marah dan kecewa. Dia itu seperti anak yang gak di didik, setiap ibu mengajar pasti selalu dibuat becandaan. Sebenarnya dia itu anaknya lumayan pinter, cuman kurang kasih sayang aja kayaknya". Ujar ibu sisil.
"Oh..." Ucapan ibu Sisil membuat Sisil mikir. "Kok bisa mirip ya sama gading" gumamnya di hati.
"Itu alumni disekolah mamah ya mah?. Tanya Sisil dengan wajah polos.
"Bukan kak. Dia itu satu angkatan sama kakak, ya mungkin sekarang kelas sebelas juga".
"Lah kok mungkin mah. Mamah kan satu sekolah ama dia" Sisil tiba-tiba terhenti dan meletakkan kembali cepat-cepat gelas beling yang isi airnya tinggal satu per dua volume dari gelas tersebut. Dan menelan buru-buru air yang masih berada di mulutnya saat ini.
"Dulu emang murid mamah, satu sekolah. sekarang dia udah pindah" jawab ibu Sisil.
"Pindah?" Tanya Sisil.
"Iya pindah. Emangnya kenapa kak?" Tanya ibu Sisil penasaran melihat raut wajah anaknya tersebut.
"Hehee gak papa mah" jawab Sisil kekeh tapi sambil mikir.
"Yaudah mah, aku kamar dulu yah. Mau selesai pr tadi siang." Sisil bergegas pergi menuju kamarnya.
"Mau mamah bantuin gak?" Tanya ibu Sisil sedikit berteriak karena Sisil sudah berjalan kurang lebih sepuluh meter dari meja makan.
"Gak mah, aku bisa sendirik" jawab Sisil dengan logat sama seperti ibunya.
Setelah membuka pintu kamarnya, Sisil segera menuju lemari pakaiannya. Disitu ia sembunyikan kertas-kertas surat yang gading berikan kepadanya.
Sisil kembali membacanya suratnya, sembari berpikir apakah gading di sekolah mamahnya dulu adalah satu orang yang sama dengan gading yang sekarang duduk sebangku dengannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
ELEPHANT (Gading Mulai Tumbuh)
JugendliteraturJika Gajah hanya butuh 5 jam untuk tidur, lalu menghabiskan 16 jam untuk makan, maka Gading hanya butuh 5 menit untuk melupakan sebab sisa waktunya ia habiskan untuk memikirkannya. Dia adalah Silvia Pricilla. Cewek cantik, dambaan tiap kaum Adam di...