3. Maaf

99 7 9
                                    

Hari Senin, 11 Februari 2019. Tepat seminggu setelah kejadian. Akhirnya korban pembantaian berdarah kemarin masuk kembali ke sekolah. Korban mengalami retak pada bagian tulang hidungnya. di tempat duduk baris terdepan pojok paling kiri, terlihat pelaku pembantaian dirinya sedang duduk sambil membaca sebuah buku novel yang berbeda dari sebelumnya. Kehadiran gading sang korban nampak tidak sedikit pun mengganggu konsentrasinya terhadap bahan bacaannya tersebut. Padahal teman-teman sekelasnya Riuh menertawakan hidung gading yang merah mengkilap bukti terjadi pembengkakan yang hanya ditutupi plester sebesar jari kelingking bayi sebelas bulan.

"Hahaa... Woy murid baru, napa tuh hidung kayak ban bocor aja pake ditambal segala hahaa". ujar siswa cowok yang mengejeknya saat perkenalan diri kemarin.

Gading yang tak nafsu untuk meladeni siswa tersebut. Langsung duduk menuju bangku kramatnya, bagaimana tidak, seekor singa betina disebelahnya sudah menanti untuk mencabik-cabik dagingnya. Namun nyatanya  tidak. Cewek yang kini ia claim sebagai sosok predator ternyata tidak memperdulikan dirinya.

Bahkan ucapan salamnya pun tidak digubris sama sekali.

"Hey... Hey.. Hey... Selamat pagi"

"Heeyyyy... Assalamualaikum ukthiii... Assalaaamualaikum... Heyy disini ada orang".

Setelah berkali-kali tidak dijawab Gading akhirnya memutuskan untuk mendekati telinga cewek predator tersebut untuk mengucap kan salam. Yang membuat predator geram.

"EEHHHH.. JANGAN COBA KURANG AJAR LOE YAH". Berdiri memukul kepala Gilang dengan bukunya.

"Weehhh.. dia marah gaess hahaa..." Memberi tahu orang sekelas secara tak langsung "santai dong santai, gitu doang kok emosii"

Suasana ini disaksikan oleh seluruh murid kelas XI IPA 2. Silvia Pricilla yang kini tengah menarik dan meremas kerah baju milik Gading. Dengan semangat 45 dia siap memerdekakan dirinya. Sayangnya cewek bak fighter MMA itu saat ini nampaknya kurang beruntung. Target sasaran empuk baginya berhasil melarikan diri. Gading melarikan diri ke ruang kepala sekolah. Dan melaporkan bahwa di kelasnya ada seorang predator yang mengancam kelestarian hidupnya. Ditaburi bumbu cerita penuh dusta, secara perlahan Gading sang pujangga kata, berhasil menghipnotis pak Abdullah.

"PANGGILAN KEPADA SILVIA PRICILLA KELAS XI IPA 2, UNTUK SEGARA MENUJU RUANG KEPALA SEKOLAH. SEKALI LAGI, PANGGILAN KEPADA SILVIA PRICILLA KELAS XI IPA 2 UNTUK SEGARA MENUJU RUANG KEPALA SEKOLAH SEKARANG".

Suara dari pengeras suara tadi sudah cukup bagi sisil untuk membuktikan bahwa dirinya tidak tuli. Adapun nama Silvia Pricilla dipanggil biasanya tak jauh dari organisasi Osis, atau adanya kejuaraan taekwondo.
Dengan penuh percaya diri Sisil menuju ruang kepala sekolah, tanpa terpikir dalam benaknya bahwa panggilan kali ini agak sedikit berbeda dari biasanya.

Kini Sisil berdiri tepat di depan pintu kepala sekolah, nampak seorang siswa laki-laki menyambut kedatangannya dengan penuh suka cita, tersenyum manis sesekali tersipu bukti ia seorang penipu. Dan seorang guru dengan raut wajah yang serius bagai hakim yang ingin memvonis sebuah kasus.

"Sisil kamu duduk"

"Iya pak!"

"Sekarang kamu minta maaf kepada Gading, apa yang telah kamu lakukan itu salah."

"Loh? Saya salah apa pak?"

"Gading, benar ini orang yang membuli kamu di kelas?".

"Iye pak" nunduk, seperti orang paling tersakiti.

"Tuhh.. jadi kamu Sisil, udah tau kan sekarang salahmu apa?".

Untuk kali ini Sisil mengaku kalah kepada gading, sisil tak mau berbuat anarkis di ruang kepala sekolah. Sisil meminta maaf, dan mengikuti perintah kepala sekolah atas permintaan gading untuk mencium tangannya.

ELEPHANT (Gading Mulai Tumbuh)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang