Tringg... Tringg...
Suara alarm yang telah gading setting sedari semalam berbunyi.
Yaps. Alarm pertama berbunyi pukul lima pagi yang tak berhasil membangunkan Kebo kasur kali ini. Lima belas menit kemudian, alarm kembali menyuarakan dirinya, dan nampaknya kali ini ia berhasil membuat siuman Kebo kasur, yang kini sedang menekan-nekan tombol mati alarm dengan mata yang masih terpejam. Per sekian detik, usahanya di sia-sia oleh si Kebo, dia kembali tertidur sembari menyertakan tilar. Namun alarm tidak menyerah begitu saja. Untuk ketiga kalinya alarm kembali mengancam kelangsungan tidur sang Kebo Kasur. Pertandingan ronde ketiga akhirnya dimenangkan oleh Alarm.Gading si Kebo Kasur, harus menyerah dan mengaku kalah, tatkala alarm semesta berkumandang di rumah tangganya. Sialnya Alarm ketiga tadi adalah suara sopran dari sang ibunda.
" Dingg... Gadinggg... Bangun... Alarm kamu udah berapa kali bunyi tuh"
Suara ibu gading dari dapur."Bener-bener ya nih anak, gak anak gak bapak, sama aja. Susah kalo disuruh bangun."
Gumamnya sambil memegang sebuah gayung yang diambilnya dari kamar mandi.Ibu gading kini berjalan menuju kamar gading sembari menenteng gayung berwarna pink yang gading beli di pasar Berehun beberapa waktu lalu.
Setibanya di depan pintu, yang kini ia buka secara sporadis. Dirinya melayangkan hujan berintensitas sedang yang diguyur kearah muka gading.Mbbuurrr...
Spontanitas gading teruji kali ini. Tampa basa-basi gading langsung meninggalkan tempat tidur dengan kepala yang tentunya masih pusing.
"Kamu ini Ding, alarm udah bunyik berkali-kali masih juga gak bangun-bangun. Semalam bilangnya mau bangun pagi, mau piket, mau apalah itu, udah jam segini, kagak bangun-bangun jugak.".
"Yaelah bu, ngak bisa apa banguninnya gak pake kekerasan napa?" Tanya gading sedikit pusing.
"Kagakkk bisaakkk..." Jawab ibunya nge-gass. "Bapak kamu tuh jangan di tiru, itu emang kupingnya udah di semen, jadi kagak bisa denger".
"SEMEN APA BUU..." jawab ayah dari kamar sebelah. "Pagi-pagi berisik amat, pasar juga kalo pagi gak kyak gini ingar bingarnya" lanjutnya dengan nada berat.
"Udah bapak diam aja, tidur aja terus nantii tak guyur juga sekalian" teriak ibu gading.
"Ding... Bilangin ke ibu kamu, jadi orang jangan galak-galak, kasian anjing, jadi ada saingan" lanjut ayah gading.
"Siapp komandan" jawab gading terkekeh.
Setelah percakapan itu selesai. Perang dunia ketiga pun di mulai.
Plontongg...
Gayung plastik berwarna pink yang baru di beli seminggu lalu sudah dapat dipastikan tidak bisa di pakai karena sudah tak mampu menampung air alias pecah. Sebab terbentur dahi jenong ayah gading.
Itulah ibu gading, Anarkis dan tak layak untuk ditiru oleh ibu manapun. Sedangkan ayah gading adalah lelaki yang cukup penyabar, ia tak pernah membalas perbuatan ekstrim sang istri. Karena dia tau, nantinya juga istrinya pula yang mengobati berbagai anarkisme perbuatannya sendiri terhadap suaminya. Ayah gading bilang itu Romantis. Sedikit bodoh sih, tapi itulah yang membuat rumah tangga mereka terlihat seru dan menarik.
****
Sementara itu di perumahan Griya Permata, di waktu yang sama. Sisil yang kini telah selesai mandi. Terlihat sedang memanggang roti untuk disantap oleh dirinya sebagai sarapan pagi, tak lupa pula ia penggangkan roti untuk ibunya sebagai bukti bahwa ia anak yang berbakti.
"Ehh anak mamah, udah mandi rupanya dia, lagi ngapain anak mamah? ujar ibu Sisil yang datang dengan rambut menyeramkan bak Mak lampir.
"Eh... Ehee.." Sisil sedikit terkejut. "Udah mah, ini lagi manggang roti buat mamah".

KAMU SEDANG MEMBACA
ELEPHANT (Gading Mulai Tumbuh)
Ficțiune adolescențiJika Gajah hanya butuh 5 jam untuk tidur, lalu menghabiskan 16 jam untuk makan, maka Gading hanya butuh 5 menit untuk melupakan sebab sisa waktunya ia habiskan untuk memikirkannya. Dia adalah Silvia Pricilla. Cewek cantik, dambaan tiap kaum Adam di...