tidak cemen

15 1 0
                                    

"Ajii ji we bangun sarapan woy ayo woy cepet gua laper ji anjrit lo bangun buruan!" Ujar seseorang yang sedari tadi mengetuk pintu kamar sanji dengan tidak sabaran.

"Mas maaf, mas sanji nya sudah keluar dari tadi" Ujar art mereka yang baru saja membersihkan jendela.

"Lah kemana?"

"Bawa tas biru kecil, gak tau kemana"

"Yaudah deh makasih bi, semangat kerjanya" Dia menepuk nepuk pundak wanita itu dan melenggang turun.

"Eh kamu mau kemana? Ayo sarapan dulu ali" Ujar mama alingga yang melihat ali hendak keluar.

"Maaf ma, ali mau nyusulin sanji, mama sama papa makan aja ya? kapan lagi bisa romantis romantisan kan? Boleh kan pa?" Dia menoleh ke arah papanya dan diangguki, mumpung hari libur, ayahnya selalu mengizinkan tanpa banyak bertanya.

..

20 menit dia berlari kecil ke arah jalan raya, tepat di kanan jalan di perumahan sebelah, ada bangunan yang tidak terlalu besar menyambut ali, ia tau pagi pagi begini sanji pasti berkunjung, apalagi kalau dia sedang malas bergabung dengan keluarganya.

Suara tak tok tak tok menggema di seluruh ruangan, tanpa banyak waktu, ali langsung bisa menemukan sanji yang sedang bermain bersama salah satu orang disana.

"Yeaahh!!" Orang di depan mengepalkan tangannya ke atas, sebut saja ghani.

Sanji terduduk mengatur nafasnya, ghani menghampiri sanji dan ber tos ala lelaki.
"Lo udah ada perkembangan, tapi belum bisa ngalahin gue" Sombong ghani.

"Es teh tawar" Lanjutnya, sanji berdiri, itu memang aturan mereka berdua jika kalah harus membelikan minuman.

Dia menekan tombol mesin otomatis yang mengeluarkan minuman kaleng itu, saat berbalik, ia terkejut tiba tiba alingga ada di depannya, wajahnya langsung berubah datar.

"Ngapain lo disini?"

"Mau belajar tennis juga ah, biar lo gak usah kesini setiap pagi" Santainya.

Sanji tak menghiraukan, dia kembali menghampiri ghani dan melemparkan botol minuman yang dipegangnya.

"Ghan, gue langsung pulang ya"

"Tumben? Biasanya 8 jam lo disini betah, ini baru mau 2 jam" Ujar ghani sambil meneguk es teh nya.

"Nggak dulu, nanti gue ada urusan"

"Apa?" Bukan ghani, itu ali yang ada dibelakangnya.

"Kepo wlee" Sanji menjulurkan lidahnya dan melambai ke arah ghani dan langsung keluar gedung diikuti ali.

"Ji"

"Apa"

"Gue laper"

"Makan"

"Tadinya gue mau gabung lo main, lo malah pulang, gue belum sempet sarapan"

"Salah sendiri"

"Emang lo udah?"

"Belum"

Ini kesempatan alingga, dia berjalan menyusul dan sekarang sejajar dengan sanji.
"Cari makan yuk, bubur deket rumah kita enak lho, kalo gue gak salah inget, lo suka banget bubur ayam kan?"

"Kata siapa?"

"Kata siapa aja, udah ayo, kasihan cacing gue udah meronta gonta, cacing lo juga kan?" Ali mendorong sanji dari belakang.

Sanji malas meladeni ali, dia memasrahkan dirinya kali ini entahlah, mendengar bubur ayam membuat perut sanji keroncongan.

Mereka langsung memesan sesampainya disana, bapak penjual itu tersenyum dan mengangguk, lenggang, tidak ada yang memulai bicara hingga bubur mereka sudah disajikan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 23, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SATURNUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang