Cafe of Joy ☕

89 16 3
                                    

Selamat datang di kafe ini, silakan masuk jika anda berkenan. Oh tunggu dulu, biarkan aku memperkenalkan menu dalam kafe kami terlebih dahulu

Menu kami semua bertema bahagia, kamu dapat meminum happy coffee, memakan cookies joy, mencicipi kelezatan blithe pie dan berbagai macam jenis hidangan yang bisa kamu nikmati.

Oh, satu syarat, hanya orang depresi yang boleh masuk.

***

Namaku Silya, aku adalah seorang pekerja di sebuah kafe terpencil yang terletak di gang kecil, kamu tidak akan tahu lokasinya jika kamu tidak bisa mengunjungi deep web.

Aku suka pekerjaanku, memandangi orang-orang yang tidak memiliki tujuan hidup, mendengar cerita hidup mereka yang kadang terdengar dihiperbolakan (meski aku tidak peduli), aku sungguh menikmatinya.

Cerita orang-orang yang berkelainan mentalnya kadang terdengar lebih menarik dibandingkan cerita orang normal seperti diriku.

Tentu saja yang bekerja disini semua orang normal, maksudku, mungkinkah seseorang yang depresi menjalankan usaha kafe ini dengan baik? Kurasa tidak.

"Aduk sampai tidak berbuih," ujar Fyne, gadis yang lebih tua dariku tiga tahun, telah bekerja selama dua tahun, lebih lama dibandingkan diriku yang baru bekerja sembilan bulan lamanya.

"Iya, iya," balasku sembari mengaduk kuning telur dengan culas.

Kalian tidak penasaran bagaimana aku mendapatkan pekerjaan ini? Biarku beritahu.

Kemampuan codingku tidak buruk, jadi aku berhasil mengunjungi website kafe ini. Waktu itu, aku butuh uang jadi aku langsung melamar di kafe ini.

Apalagi namanya yang menurutku lumayan gecul jadi rasa penasaranku disedotnya.

Kalau kamu kepepet, pasti banyak hal tak terduga yang bisa kamu lakukan, ya 'kan?

Membuat kue tidak sesulit yang kalian kira, sangat mudah dan simpel, campur semua bahan lalu panggang, selesai.

Dan biarku beritahu, gaji disini sangat banyak, lebih banyak dari gaji seorang guru swasta, percayalah.

"Selamat datang di Cafe of Joy." Aku membungkukkan badanku begitu melihat seseorang berjalan mendekati kafe. Ya, aku menjadi pelayan saat siang hari sedangkan di pagi hari akulah yang bertugas memanggang kue.

Mata sayup-sayup, bawahnya dihiasi warna hitam pekat. Apa orang ini pengidap insomnia?

Lelaki berkacamata itu menatapku lesu lalu bertanya, "katanya aku bisa menemukan kebahagiaan disini, benarkah itu?"

Aku mengangguk antusias. "Rasakan-lah hidangan kami maka kamu akan bahagia."

Ia berjalan pelan mendekati pintu, hendak membuka pintu namun aku menghalanginya dengan cepat.

"Ah, satu syarat, hanya orang depresi yang boleh masuk," ujarku seraya mengeluarkan secarik kertas. "silahkan tulis masalah hidupmu di kertas ini, lalu kamu boleh masuk jika memenuhi syarat kami."

Dibalik kacamatanya terdapat mata yang sedang menyipit, lalu ia mengeluarkan tangan kirinya yang ia sembunyikan dalam kantong.

"Apa luka ini cukup?" Tangannya ia julurkan, memperlihatkan bekas-bekas luka yang memenuhi lengannya. Apakah dia sedang memberitahuku bahwa ia sudah sering melakukan self harm?

"Anuu-" Kalimatku yang belum selesai dipotong olehnya.

Ia melontarkan decakan ringan. "Kalau tidak bisa, aku pergi saja."

Tales of Life (KUMCER)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang