"Pangeran Andre." Aku menoleh kepada si pemanggil. Ternyata Putri Yoona yang memanggil.
"Ya? Putri Yoona?" Iris coklatku menatap lekat gadis berambut pirang itu, gadis yang akan dijodohkan kepadaku saat aku berusia 17 tahun nanti.
Kulitnya semulus sutra, matanya seperti diisi kelereng hijau yang begitu menawan, warna bibirnya merah, semerah buah ceri, bulu mata lentik menjadi nilai plus. Singkatnya, dia terlihat cantik dan anggun.
"Pangeran ingin minum teh?" tawar Putri Yoona. Hari ini aku berkunjung ke kerajaannya yang terdapat di sebelah timur dari kerajaanku.
Aku mengangguk samar kepalaku. "Boleh jika anda berkenan, Putri Yoona."
Putri Yoona membungkukkan badannya sedikit, menatapku dengan iris hijau zamurdnya. "Baik, ikuti aku, Pangeran."
Kami--yang sedang berada di perpustakaan--berjalan menuju sebuah ruangan pribadi milik Putri Yoona, ruang yang biasa ia gunakan untuk mengadakan pesta minum teh pribadi.
Chandelier kristal bening yang menggantung diatas sebagai hiasan meski jarang dinyalakan karena pesta minum teh hanya berlangsung saat hari cerah. Suasana yang indah.
Aku menatap gadis itu, dalam hatiku bertanya, apakah Yoona benar-benar menyukaiku atau hanya sekedar mengikuti permintaan orang tuanya untuk menjadi pedamping hidupku seperti aku yang mengikuti perkataan orang tuaku?
Suara sendok beradu dengan gelas keramik terdengar jelas tatkala Putri Yoona mengaduk-aduk teh melati yang baru ia tuangkan dari teko.
"Pangeran ingin yang dengan gula atau yang tanpa gula?" Gadis itu bertanya padaku.
Aku memikirkannya sebentar, lalu berkata, "dengan gula."
Setelah ia menambahkan beberapa sendok gula pada cangkir baru, lalu menyondorkannya padaku, satu set dengan piring mini tempat cangkir itu diletakkan.
Ia menyeruput pelan teh yang masih hangat itu. Menikmati pagi yang indah ini.
Keheningan mengerubungi kami, kami tidak bercakap-cakap atau bersitatap sedaritadi. Rasa canggung senantiasa menjaga kami.
"Pangeran Andre," panggil gadis itu yang membuatku mengangkat kepalaku, menatapnya.
"Iya, Putri Yoona?"
"Apakah Pangeran menyukaiku?" Begitu mendengar pertanyaan itu, teh--yang sedang kunikmati--langsung tersedak di dalam kerongkongan-ku, membuatku terbatuk ringan beberapa kali.
Aku merapikan rambutku dengan jemari guna mengurangi rasa gugup. Sengaja kembali melontarkan pertanyaan, "Maksud Tuan Putri?"
Yoona menyelipkan beberapa anak rambutnya sebelum menjawabku. "Kita sudah dipertemukan sejak berusia 10 tahun, dan kita akan menjadi pasangan saat kita berusia 17 tahun."
"Lantas?"
"Apakah Pangeran memang menyukaiku dari hati atau Pangeran mau bersamaku hanya karena perjodohan ini?" Kini ia memperjelas pertanyaannya.
Aku terdiam, pikiranku dipenuhi berbagai macam hal.
Aku memang menyukainya sebagai teman masa kecil, teman yang tumbuh bersama denganku. Meski kami selalu terlihat kaku bila bersama.
Kebingungan menggeletik benakku.
Aku menghembuskan napas sejenak, lalu mengangkat sedikit sudut bibirku. "Tentu saja aku menyukaimu."
Di depanku, duduklah seorang gadis yang tengah tersipu malu setelah mendengar pernyataanku, wajahnya dihiasi dengan warna merah muda.
"Baik." Putri Yoona kini menatapku dengan elegan. "Terima kasih atas jawaban anda, Pangeran Andre."
KAMU SEDANG MEMBACA
Tales of Life (KUMCER)
RandomCerita? Ya, aku akan bercerita padamu. Dahulu kala, ada seorang gadis yang sulit tidur setiap malam, kelopak matanya tidak bisa terbenam meski sudah dipaksakan. Lalu dia memutuskan untuk menulis buku ajaib, buku yang bisa membuatnya tertidur setelah...