Yang Terpendam

6 0 0
                                    

“Ryrian, tolong ambilkan terumbu karang di sebelah sana!” Seorang gadis bersuara cempreng berteriak padaku dengan wajah angkuhnya, tak lupa ia mendongakkan kepalanya sedikit; menunjukkan kekuasaannya padaku. Namanya Rachaela. “Aku mau pakai untuk acara pesta nanti.”

Aku hanya berdecak ringan lantas berenang secepat mungkin dengan kedua kakiku.

Ada kecelakaan besar di tempatku tinggal; tsunami besar yang membuatku terseret ke lautan, lantas terjatuh ke dasar laut hingga akhirnya diselamatkan oleh Herenister.

Sebenarnya aku tidak pernah melihat wujud Herenister sendiri—begitu juga yang lainnya. Saat kesadaranku kembali, yang pertama kali kulihat adalah ratusan pasang mata mendekat padaku, menatapku seakan-akan aku adalah benda asing.

Tidak salah, aku memang benda asing. Benda asing dengan rambut hitam legam sepinggang yang ditolong Herenister hingga pada akhirnya aku punya kemampuan untuk bernapas di bawah air, meski fisikku berbeda dari Aquatias. Aquatias umumnya punya warna rambut yang cerah; tidak ada yang berwarna hitam.

“Tolong wajahmu jangan begitu!” Friella dahinya. “Kamu hanya pendatang di sini, sudah seharusnya dari awal kamu mati di atas. Untung saja kamu diselamatkan Herenister. Aku rasa kamu lebih cocok tinggal di Darenius.”

Baiklah, Herenister sangat membenciku.

Ada satu rahasia yang disembunyikan sejak lama: di bawah dasar laut, jauh di kedalaman ratusan kilometer, ada penduduk yang disebut Aquatias. Aquatias itu seperti Friella; memiliki ekor seperti putri duyung yang diceritakan pada dongeng malam hari.

Keberadaan Aquatias tidak pernah diketahui manusia kecuali aku, kurasa.

Aquatias tinggal di Aquirania. Aquirania sama seperti dunia bawah laut yang kita lihat di dongeng-dongeng; bukan gelap dan dingin seperti yang diceritakan dalam ensiklopedia. Bukan alam yang begitu indah, hanya ada terumbu karang—seperti pohon di daratan sana—diikuti dengan perumahan dari bebatuan yang lengkap dengan ukiran.

Darenius adalah sebuah tempat terpencil tepat di sebelah barat; tempat orang yang terasingkan ditempatkan. Tidak ada yang pernah benar-benar ke sana karena suasananya yang memang tak mengenakkan. Mungkin sebentar lagi aku akan dibuang ke sana.

‘Penduduk’ Darenius sendiri juga hanya satu atau dua orang, katanya. Meski begitu, banyak hiasan dan ornamen—yang dipakai saat pemberkahan—berada di sana, tergeletak begitu indah di atas tanah yang suram.

Sejujurnya, aku tidak berencana hidup lebih lama lagi. Aku rela jika harus mati sekarang juga dan masalahnya, aku tidak akan pernah bisa mati di sini.

Dengan berkah Herenister, maka tidak ada jalan kematian di dasar laut; di dalam ‘kota’ ini. Keputusan yang amat buruk. Sepertinya lebih baik aku tidak diselamatkan kala itu. Menjadi budak tidak masuk dalam daftar cita-citaku sama sekali.

Baiklah, aku pernah memasukkannya, tapi aku bersumpah kalau semua itu hanya candaan belaka. Aku hanya terlalu lelah bersekolah saat melontarkan kata itu.

Ucapan adalah doa, mungkin itu benar. Buktinya sekarang aku tengah memenuhi permintaan para gadis-gadis norak yang senang memberikan titah tak berguna.

Ini seperti kutukan saja. Ditambah dengan fakta bahwa hampir semuanya membenciku dan memperbudakku di sini, membuatku ingin berhenti bernapas saja.

Tales of Life (KUMCER)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang